Bab 19 Pacaran Yuk !

Sebastian yang ternyata sejak tadi berdiri dekat situ segera berlari menuju kolam. Dia melemparkan dompet dan handphonenya ke atas rumput lalu menceburkan dirinya ke dalam kolam.

Posisi Kirana tidak jauh dari kolam sehingga Sebastian tidak perlu jauh berenang.

Dia merangkul leher Kirana dari belakang dan menenangkan gadis itu. Matanya menatap ke arah badan Kirana yang posisinya di depan Sebastian.

Setelah Kirana tenang, Sebastian memutar tubuh Kirana dan mendekapnya.

Beberapa orang yang sempat mendengar suara benda memasuki air mulai keluar dari dalam rumah mendekati kolam, begitu juga dengan Steven yang langsung lari ke bawah.

“Tenang, aku sudah memegangmu,” bisik Sebastian sambil perlahan membawa Kirana ke pinggir kolam.

Posisi Kirana sudah bersender di tembok kolam dengan posisi Sebastian mengukungnya. Tidak lama terlihat Dion, Amir dan Steven berdiri di pinggir kolam.

Bukannya menegakkan posisi berdirinya, Sebastian malah membawa tubuh Kirana masuk ke dalam air.

“Kedalaman kolam sisi yang ini hanya 120 senti, aku yakin kamu bisa berpijak pada lantainya,” bisik Sebastian kembali.

Perlahan Kirana menurunkan kakinya yang tadi menjepit di pinggang Sebastian. Wajahnya mendadak memerah saat membuktikan ucapan Sebastian. Bahkan posisi bahunya masih di atas air.

“Maaf,” lirih Kirana.

Meski Kirana sudah berdiri di atas kakinya sendiri, tangan Sebastian masih menahannya supaya posisi badan Kirana sampai ke bahu masih terendam air.

Dion berjongkok dan mengulurkan tangannya untuk membantu Sebastian dan Kirana naik melalui tangga kolam di samping mereka berdiri. Tapi Sebastian malah menggeleng sebagai penolakan.

“Suruh semua orang mengosongkan tempat ini !” perintah Sebastian.

Dion dan Amir bertukar pandangan sambil mengernyit. Kenapa sampai perlu menyuruh orang-orang pergi menjauh ?

“Saya bilang cepat Dion ! Kamu mau buat kami berdua masuk angin ? Bawakan handphone san dompet saya yang ada di sana,” Suara Sebastian bertambah galak Dia menunjuk ke arah rumput tempatnya melempar handphone dan dompet.

Meskipun masih bingung, Dion dan Amir beranjak bangun dan mengikuti perintah Sebastian.

“Dion ! Panggilkan Bik Sum !” Teriak Sebastian dari dalam kolam.

“Kamu ngapain masih di sini, Steve ? Nggak dengar aku bilang supaya jauh-jauh dari kolam ?” Sebastian memarahi sepupunya yang masih berjongkok dekat tangga kolam.

Kirana hendak melepaskan diri dari kungkungan Sebastian, namun pria di depannya malah menahan bahunya supaya tetap berada di dalam air.

“Saya bisa naik sendiri, Pak,” ucap Kirana dengan wajah memerah.

Berdekatan dengan Sebastian dengan posisi seperti ini membuat jantungnya bertambah tidak karuan. Belum lagi rasa malunya karena ternyata kolam renang ini tidak sedalam pemikiriannya.

“Tidak boleh sampai si keras kepala ini pergi !” Tegas Sebastian sambil menatap Steven dengan kesal.

“Tolong turuti permintaan Pak Bas, Steve.” pinta Kirana yang mulai kedinginan di dalam kolam. Dia menatap wajah Steven dengan tatapan memohon.

Meski tidak rela membiarkan Kirana berdua dengan Sebastian, tapi akhirnya Steven mengalah juga dan menjauhi kolam.

“Saya mau naik, Pak. Dingin,” ujar Kirana dengan bibir mulai bergetar.

“Kamu mau semua orang melihat tubuhmu seperti hanya memakai bikini ?” ketus Sebastian.

Kirana tercengang dan menatap dirinya yang sebagian masih terendam air. Wajahnya semakin memerah menahan malu.

Bajunya yang berbahan sifon terlihat tipis dan pasti akan menempel pada seluruh tubuhnya. Belum lagi warna peach yang sudah pasti membuat pakaian dalamnya terlihat jelas.

“Lain kali pakai lapisan dalaman warna gelap kalau memakai baju warna terang begini. Kamu mau semua orang melihat bentuk pakaian dalammu ?”

Kirana hanya menoleh ke arah lain dengan wajah bersemu. Rasanya ingin kembali ditenggelamkan ke dasar kolam. Pria yang berstatus bossnya ini melihatnya dalam keadaan seperti ini.

Tidak lama Bik Sum dan seorang pelayan perempuan lainnya mendekat dengan membawa handuk dan jubah mandi.

“Rentangkan handuknya Bik,” perintah Sebastian.

Dia melihat kalau Dion dan Amir masih berdiri di teras bersama Echi dan Marsha. Tidak ketinggalan Steven juga berdiri menunggu di situ.

“Bapak naik dulu,” pinta Kirana.

Bisa dibayangkan kalau Kirana yang naik dulu sementara Sebastian menunggunya di dekat tangga kolam.

Sebastian menuruti permintaan Kirana dan mengambil handuk yang masih terlipat. Dia mengatur posisi Bik Sum dan pelayan lainnya berdiri di sisi kanan dan kirimya. Sebastian yang memegangi handuk yang sudah direntangkan.

“Kenapa Bapak masih di sini ?” Tanya Kirana sebelum naik ke atas kolam.

“Sudah cepetan ! Sejak tadi saya juga sudah melihat semuanya. Apa perlu saya kasih tahu detailnya ?”

Bik Sum dan pelayan tadi merasa bingung dengan ucapan Sebastian.

Akhirnya Kirana menaiki tangga perlahan. Kakinya baru terasa ngilu, namun dia tetap berusaha naik.

Sebastian langsung melilitkan handuk di tubuh Kirana. Dia tidak mau memberikan peluang kepada siapapun melihat kondisi Kirana.

“Keringjan dulu badan dan bajumu baru lapisi dengan jubah mandi sebelum ke kamar.”

Kirana hanya mengangguk dan dibantu oleh Bik Sum, gadis itu mengeringkan badannya lalu melapisi bajunya dengan jubah mandi.

Sebastian sudah melepas kemejanya, hanya tersisa kaos lengan pendek yang ketat dengan celana panjang bahannya.

“Aduh !” Kirana terpekik saat kakinya hendak melangkah mengikuti Sebastian.

Pria itu menoleh dan dengan sigap meraih tubuh Kirana yang oleng.

“Kenapa lagi ?”

“Kaki saya sakit Pak.”

Sebastian memberi kode supaya Bik Sum dan pelayan lain itu membantu Kirana berdiri dengan memegang di kedua sisi.

Sebastian bejongkok di depan Kirana dan memeriksa gadis itu. Dilihatnya ada memar dekat mata kaki Kirana. Tanpa canggung, Sebastian melepaskan tali sepatu Kirana.

“Bapak mau ngapain ?” Kirana langsung menunduk hendak menahan tangan Sebastian.

“Lepasin sepatu kamu lah, memangnya mau ngapain ?” jawab Sebastian dengan nada ketus.

Kedua sepatu Kirana pun berhasil terlepas. Dan tanpa diduga, Sebastian langsung mengangkat tubuh Kirana dalam gendongannya.

“Saya tidak perlu digendong, Pak,” Kirana masih berusaha melepaskan diri dari gendongan Sebastian.

“Diam !“ suara pelannya terdengar tegas dan galak. “Kamu mau kita jatuh berdua ? Lagian biar saja orang ngeliatin kita begini. Mereka tahunya kamu kan calon istri saya.”

Wajah Kirana kembali bersemu.

“Taruh tangan kamu di leher saya biar nggak jatuh. Bukan cuma kamu doang yang deg deg kan, saya juga.” gumam Sebastian tanpa menatap Kirana.

Kirana pun menurut. Dia mengalungkan tangannya di leher Sebastian. Pria itu meminta Bik Sum memanggilkan pelayan yang bisa memgurut.

Dengan langkah santai, Sebastian melewati orang-orang yang masih menatap mereka dengan raut tkdak percaya. Hanya Steven yang terlihat geram dan mengepalkan kedua tangannya di samping.

“Kiran nggak apa-apa, Bas ?” Mommy Amelia mendekat saat Sebastian sudah masuk ke dalam rumah.

“Sepertinya terkilir, Mom. Aku sudah minta tolong Bik Sum memanggil pelayan yang bisa urut.”

“Ya sudah, cepat kalian mandi dan ganti baju.”

Sebastian hanya mengangguk sementara Kirana hanya terdiam karena malu.

Bukannya membawa Kirana ke kamar tamu yang tadi dia pergunakan untuk bersiap. Sebastian malah naik ke atas menuju kamarnya berada.

“Barang-barang saya di bawah, Pak,” ucap Kirana pelan saat melihat Sebastian mulai menaiki tangga.

“Kamu diam saja, jangan banyak protes biar nggak tambah berat,” sahut Sebastian dengan muka datar.

Kirana terkejut karena Sebastian membawanya ke dalam kamar pria itu. Kamar nuansa putih abu-abu itu menebarkan wangi maskulin yang biasa tercium dari tubuh Sebastian.

Sebastian mendudukan Kirana di sofa. Tidak lama pintu kamar diketuk dari luar.

“Masuk,” jawab Sebastian.

Terlihat Bik Sum membawakan kantong pakaian lengkap dengan tas kecil Kirana yang berisi peralatan mandi.

“Apa perlu saya bantu Nona ?” Tawae Bik Sum.

Kirana cepat menggeleng dan dengan langkah terseok menuju kamar mandi. Dia berdiri di depan pintu sebelum masuk.

“Maaf Pak Bas, saya belum ijin mau pakai kamar mandi.” Kirana berbalik dan menatap Sebastian.

Pria itu memberi kode dengan gerakan tangan dan matanya menyuruh Kirana bergegas.

Butuh waktu cukup lama Kirana menyelesaikan kegiatan bebersihnya di kamar mandi. Karena bukan hanya mandi dan berganti baju, sebelumnya Kirana membersihkan wajah dari make up dan membuka tatanan rambutnya.

“Persis seperti Cinderella. Hanya sebentar jadi perempuan cantik, sekarang kembali jadi upik abu,” Kirana bermonolog sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

Perlahan Kirana membuka pintu kamar mandi dengan ember yang dibawakan Bik Sum berisi pakaian basahnya. Dilihatnya Sebastian sedang duduk di sofa dalam keadaan sudah rapi dan bersih.

“Maaf kalau saya kelamaan, Pak.” Kirana mendekati Sebastian dengan jalan agak pincang.

“Duduk sini,” Sebastian menepuk sofa di sebelahnya.

Ternyata bukan hanya Sebastian yang ada di kamae itu. Bik Sum dan seorang pelayan wanita yang seumuran dengannya juga ada di situ.

Kirana menurut dan duduk di sebelah Sebastian. Ternyata pelayan lain itu akan mengurut kaki Kirana yang terkilir.

Tanpa sadar, Kirana menggenggam tangan Sebastian untuk menahan sakitnya. Bukannya marah atau menolak, Sebastian malah balas menggenggamnya seolah ingun memberikan kekuatan.

“Sebaiknya jangan dipakai untuk banyak jalan dulu, Nona.”

Pelayan yang ternyata bernama Bik Jum itu menyudahi urutannya dan kembali meletakan kaki Kirana menapak lantai.

“Tidak parah, tapi kalau dipakai berjalan terlalu lama bisa bengkak kembali.”

Selesai mengurut Kirana, Bik Sum dan Bik Jum pamit meninggalkan kamar Sebastian. Tinggal keduanya masih duduk di sofa namun tidak lagi saling menggenggam.

“Terima kasih sudah menolong saya, Pak,” ucap Kirana pelan.

“Kamu pernah pacaran dengan Steven ?”

Bukannya menanggapi ucapan Kirana, Sebastian malah bertanya tentang Steven. Spontan Kirana langsung menggeleng.

“Saya belum pernah pacaran, Pak.”

“Tapi sepertinya kalian punya hubungan khusus. Terihat bagaimana dia menatapmu saat berbicara di pinggir kolam.”

“Bapak mengintip ?” Kirana menoleh dan menatap Sebastian dengan alis bertaut.

Sebastian diam saja dan mengambil handphone dari meja yang ada di sebelah sofa.

“Iihhh… saya tanya sama Bapak, malah sibuk sama handphone,” gerutu Kirana.

Kirana beranjak bangun dan menahan rasa sakit di kakinya.

“Mau kemana kamu ?”

“Mau turun, malas saya dekat-dekat sama Bapak,” omelnya dengan wajah kesal.

Sebastian menarik tangannya hingga Kirana jatuh ke atas pangkuannya.

“Aawww…” Kirana meringis saat merasakan kakinya kembali ngulu.

“Kenapa nggak mau dekat-dekat sama saya ? Takut tambah deg deg kan ?” Ledek Sebastian dengan senyum mengejek.

“Nanti orang berpikiran macam-macam kalau kelamaan berdua di kamar sama Bapak.”

Kirana berusaha bangun tapi pinggangnya ditahan oleh Sebastian. Kakinya sendiri masih terasa ngilu.

“Tadi saya tanya, kamu punya hubungan apa sama Steven ? Dia mantan kamu ?”

Wajah Sebastian mendekat membuat Kirana menoleh ke samping. Rasa panas menjalar sampai ke wajahnya.

“Kirana, kamu yang tidak menjawab pertanyaan saya.”

Kirana menghela nafasnya, berusaha mengatasi degup jantungnya yang kian bertalu. Dia menoleh namun langsung memundurkan mukanya karena wajah Sebastian begitu dekat.

“Saya hanya teman kecil Steven, bukan pacar. Kan tadi saya sudah bilang kalau saya belum pernah pacaran.”

“Terus tadi ngapain dia pegang-pegang bahu kamu sambil bisik-bisik di pinggir kolam ?”

Kirana terkekeh. Ucapan Sebastian terasa seperti pacar yang sedang cemburu.

“Dia maksa saya untuk jadi pacarnya,” ucap Kirana.

“Tapi sayangnya sejak dulu sampai sekarang, perasaan saya ke dia nggak lebih dari sahabat.”

“Kalau perasaan kamu ke saya ?”

Bluisshh.

Wajah Kirana langsung memerah mendengar pertanyaan Sebastian.

“Kita pacaran beneran aja yuk !”

Kirana menatap Sebastian dengan mata membelalak. Sesaat kemudian. Kirana malah tertawa.

“Bapak lagi nembak saya atau lagi kasih saya misi lainnya ?” ledek Kirana.

“Saya sudah bilang pacaran beneran Kirana ! Kekasih ! Future husband kalau perlu !” Omel Sebastian dengan wajah kesal.

Kirana terdiam saat melihat wajah Sebastian benar-benar kesal.

“Bukan karena ingin menunjukan sama mantan istri kalau Bapak sudah bisa move on, kan ?” Kirana yang memang kurang peka soal hati masih mengoceh.

“Bukan karena Shera. Saya nggak ada getaran lagi sama dia. Tapi Steven.”

Kirana mengerutkan dahinya karena bingung dengan alasan Sebastian.

“Saya cemburu sama Steven ! Puas kamu ?” Sebastian menatap Kirana sambil melotot. “Saya cemburu melihat kamu dekat-dekat dengan Steven, apalagi pas dia pegang kamu sambil bisik-bisik. Saya juga deg deg kan dekat kamu, apalagi tadi pas gendong.”

Kirana tercengang tidak percaya dengan ucapan pria yang diam-diam dikaguminya tanpa berani mencintainya.

“Kita pacaran, ya ! Beneran bukan sandiwara lagi,”

Sebastian menatap Kirana dengan wajah serius.

“Tapi gimana kalau…mmmpphh.” Sebastian langsung menarik tengkuk Kirana dan menciumnya. Kirana terkejut saat bibir Sebastian menempel di bibirnya.

“Kamu kebawelan. Susah amat jawab iya !” Omel Sebastian setelah melepaskan ciumannya.

“Bapak nggak nge-prank saya, kan ?” Kirana masih dengan wajah polosnya memastikan.

“Cuma saya yang boleh melihat keadaan kamu se-seksi di kolam renang tadi,” jawab Sebastian santai.

Kirana langsung melotot menatap Sebastian. Rasanya bena-benar aneh, baru pertama kali mau pacaran tapi ditembak dengan gaya yang tidak ada romantisnya sama sekali.

Terpopuler

Comments

Yuli Yuli

Yuli Yuli

klo g dpksa Kirana takut kn krna Kirana org biasa

2024-03-21

0

Azhure

Azhure

antara di tembak apa di paksa ini? 😂😂😂

2023-11-03

1

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nyonya Rosa yg sombong gak menyukai Kirana, Tapi Mami Amelia malah sebaliknya..

2023-07-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hari Pernikahan
2 Bab 2 Pengkhianatan
3 Bab 3 Sekretaris Pengganti
4 Bab 4 Mulai Bekerja
5 Bab 5 Setelah 2 Minggu
6 Bab 6 Perpisahan Widya
7 Bab 7 Masa Percobaan
8 Bab 8 Bersikap Profesional
9 Bab 9 Mulai Perhatian
10 Bab 10 Undangan Pesta
11 Bab 11 Calon Istri
12 Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13 Bab 13 Cerita Teman Lama
14 Bab 14 Minta Penjelasan
15 Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16 Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17 Bab 17 Ketemu Mantan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Pacaran Yuk !
20 Bab 20 Drama Honey Bee
21 Bab 21 Tamu Tak Diundang
22 Bab 22 Bukan Penculikan
23 Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24 Bab 24 Ketapel Cinta
25 Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26 Bab 26 Anak Siapa ?
27 Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28 Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29 Bab 29 Ajakan Bertemu
30 Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31 Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32 Bab 32 Family Time
33 Bab 33 Sebuah Jawaban
34 Bab 34 Jangan Dendam
35 Bab 35 Panggilan Tugas
36 Bab 36 Pertemuan di Mal
37 Bab 37 Masih di Mal
38 Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39 Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40 Bab 40 Menghilang
41 Bab 41 Bertemu Shera
42 Ban 42 Merindukanmu
43 Bab 43 Tidak Merindukanmu
44 Bab 44 Kemarahan Kirana
45 Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46 Bab 46 Kecelakaan Kendra
47 Bab 47 Usaha Sebastian
48 Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49 Bab 49 Will You Marry Me ?
50 Bab 50 Rencana Lamaran
51 Bab 51 Meminta Restu
52 Bab 52 Tak Tergoyahkan
53 Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54 Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55 Bab 55 Rencana yang Tertunda
56 Bab 56 Permintaan yang Sulit
57 Bab 57 Bertemu Mommy
58 Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59 Bab 59 Makan Siang
60 Bab 60 Pertemuan Sosialita
61 Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62 Bab 62 Melepas Rindu
63 Bab 63 Provokasi Shera
64 Bab 64 Ajakan Makan Malam
65 Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66 Bab 66 Bantuan Sahabat
67 Bab 67 Sekelebat Fakta
68 Bab 68 Bertemu Steven
69 Jalur Koneksi
70 Bab 70 Tantangan Kirana
71 Bab 71 Keputusan Steven
72 Bab 72 Keputusan Sebastian
73 Bab 74 Rencana Sebastian
74 Bab 75 Memancing di Air Keruh
75 Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76 Menyetujui Permintaan Steven
77 Bab 78 Tes DNA
78 Bab 79 Rencana Masa Depan
79 Pengakuan Shera
80 Kenyataan yang Menyakitkan
81 Kekesalan Kirana
82 Aksi Dendam yang Gagal
83 Kemarahan Steven
84 Karena Aku Mencintaimu
85 Mengulang Kembali
86 Gara-gara Deja Vu
87 Hari Bahagia
88 Bukan yang Pertama dan Terakhir
89 Terima kasih dan Info
90 Kegundahan Hati Kirana
91 Berita Bahagia
92 Ingin Bertemu Steven
93 Para Wanita yang Merepotkan
94 Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95 Berbagi Kabar Bahagia
96 Bumil yang Berubah-ubah
97 Tentang Renata dan Reina
98 Ngidam yang Aneh
99 Bagaikan Amplop dan Perangko
100 Pertemuan dengan Tuan Alexander
101 Ulat Bulu yang Bikin Mual
102 Obrolan Makan Siang
103 Kedatangan Sebastian
104 Pertengkaran Pertama
105 Maafkan Aku
106 Aksi Para Jones
107 Aksi Mommy Amelia
108 Sepenggal Cinta Bara
109 Kenangan Tentang Cinta
110 Mengusir Ulat Bulu
111 Istri Kesayangan
112 Makan Siang
113 Ungkapan Hati Bara
114 Bertemu Renata (Lagi)
115 Kekalutan Renata
116 Pamitan
117 Penyesalan Renata
118 Pengakuan Cinta
119 Kelahiran Para Penerus
120 Ronald dan Roland Pratama
121 Sisi Gelap Shera
122 Pillow Talk
123 Papa Pasti Kembali
124 Akhir Sebuah Rasa
125 Yang Pertama dan Terakhir
126 Ibarat Pohon Buah
127 Selalu Mencintaimu
128 Promo Novel Baru
129 Rilis Novel Baru
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1 Hari Pernikahan
2
Bab 2 Pengkhianatan
3
Bab 3 Sekretaris Pengganti
4
Bab 4 Mulai Bekerja
5
Bab 5 Setelah 2 Minggu
6
Bab 6 Perpisahan Widya
7
Bab 7 Masa Percobaan
8
Bab 8 Bersikap Profesional
9
Bab 9 Mulai Perhatian
10
Bab 10 Undangan Pesta
11
Bab 11 Calon Istri
12
Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13
Bab 13 Cerita Teman Lama
14
Bab 14 Minta Penjelasan
15
Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16
Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17
Bab 17 Ketemu Mantan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Pacaran Yuk !
20
Bab 20 Drama Honey Bee
21
Bab 21 Tamu Tak Diundang
22
Bab 22 Bukan Penculikan
23
Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24
Bab 24 Ketapel Cinta
25
Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26
Bab 26 Anak Siapa ?
27
Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28
Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29
Bab 29 Ajakan Bertemu
30
Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31
Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32
Bab 32 Family Time
33
Bab 33 Sebuah Jawaban
34
Bab 34 Jangan Dendam
35
Bab 35 Panggilan Tugas
36
Bab 36 Pertemuan di Mal
37
Bab 37 Masih di Mal
38
Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39
Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40
Bab 40 Menghilang
41
Bab 41 Bertemu Shera
42
Ban 42 Merindukanmu
43
Bab 43 Tidak Merindukanmu
44
Bab 44 Kemarahan Kirana
45
Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46
Bab 46 Kecelakaan Kendra
47
Bab 47 Usaha Sebastian
48
Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49
Bab 49 Will You Marry Me ?
50
Bab 50 Rencana Lamaran
51
Bab 51 Meminta Restu
52
Bab 52 Tak Tergoyahkan
53
Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54
Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55
Bab 55 Rencana yang Tertunda
56
Bab 56 Permintaan yang Sulit
57
Bab 57 Bertemu Mommy
58
Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59
Bab 59 Makan Siang
60
Bab 60 Pertemuan Sosialita
61
Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62
Bab 62 Melepas Rindu
63
Bab 63 Provokasi Shera
64
Bab 64 Ajakan Makan Malam
65
Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66
Bab 66 Bantuan Sahabat
67
Bab 67 Sekelebat Fakta
68
Bab 68 Bertemu Steven
69
Jalur Koneksi
70
Bab 70 Tantangan Kirana
71
Bab 71 Keputusan Steven
72
Bab 72 Keputusan Sebastian
73
Bab 74 Rencana Sebastian
74
Bab 75 Memancing di Air Keruh
75
Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76
Menyetujui Permintaan Steven
77
Bab 78 Tes DNA
78
Bab 79 Rencana Masa Depan
79
Pengakuan Shera
80
Kenyataan yang Menyakitkan
81
Kekesalan Kirana
82
Aksi Dendam yang Gagal
83
Kemarahan Steven
84
Karena Aku Mencintaimu
85
Mengulang Kembali
86
Gara-gara Deja Vu
87
Hari Bahagia
88
Bukan yang Pertama dan Terakhir
89
Terima kasih dan Info
90
Kegundahan Hati Kirana
91
Berita Bahagia
92
Ingin Bertemu Steven
93
Para Wanita yang Merepotkan
94
Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95
Berbagi Kabar Bahagia
96
Bumil yang Berubah-ubah
97
Tentang Renata dan Reina
98
Ngidam yang Aneh
99
Bagaikan Amplop dan Perangko
100
Pertemuan dengan Tuan Alexander
101
Ulat Bulu yang Bikin Mual
102
Obrolan Makan Siang
103
Kedatangan Sebastian
104
Pertengkaran Pertama
105
Maafkan Aku
106
Aksi Para Jones
107
Aksi Mommy Amelia
108
Sepenggal Cinta Bara
109
Kenangan Tentang Cinta
110
Mengusir Ulat Bulu
111
Istri Kesayangan
112
Makan Siang
113
Ungkapan Hati Bara
114
Bertemu Renata (Lagi)
115
Kekalutan Renata
116
Pamitan
117
Penyesalan Renata
118
Pengakuan Cinta
119
Kelahiran Para Penerus
120
Ronald dan Roland Pratama
121
Sisi Gelap Shera
122
Pillow Talk
123
Papa Pasti Kembali
124
Akhir Sebuah Rasa
125
Yang Pertama dan Terakhir
126
Ibarat Pohon Buah
127
Selalu Mencintaimu
128
Promo Novel Baru
129
Rilis Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!