Bab 14 Minta Penjelasan

Senin pagi Sebastian datang lebih awal dari biasanya. Setelah mengantarkan Kirana pulang hari Sabtu lalu, Sebastian sempat memikirkan calon istri pura-puranya itu.

Kirana menjadi pendiam dan hanya menatap ke samping jendela sepanjang perjalanan. Sebastian tidak bertanya ataupun mengajaknya bicara, begitu juga dengan Dion yang menjadi sopir di depan. Berbeda dengan perjalanan pergi menuju hotel, Kirana bagaikan penyiar berita yang banyak bicara.

Sebastian melirik jam tangannya. Jam 6.50. Dion pun belum kelihatan batang hidungnya. Pagi ini Sebastian sengaja berangkat membawa sendiri mobilnya.

Pagi ini Sebastian sengaja tidak menutup rapat pintunya, biar bisa mendengar kalau Kirana sudah datang. Dan ternyata hanya selang 15 menit kemudian, dia sudah mendengar adanya aktivitas orang di luar. Tapi dugaan Sebastian salah, bukan Kirana yang datang melainkan Mansyur yang sedang membersihkan ruangan sekretaris. Ruangan Sebastian sendiri sudah dibereskan sejak pukul 6.30.

Sebastian tidak bisa fokus dengan laptopnya. Entah mengapa sejak Sabtu malam, hatinya gelisah memikirkan Kirana. Mau menelepon sudah pasti gengsi rasanya. Sebastian tidak ingin Kirana menganggap serius drama Sabtu malam mereka.

Sebastian kembali melirik jam tangannya. Sudah jam 7.30 tapi Kirana masih belum kelihatan batang hidungnya. Baru Dion yang sudah menyapanya 5 menit yang lalu.

“Yon, Kirana nggak ijin atau cuti hari ini kan ?” Sebastian berbicara dengan asistennya melalui telepon di mejanya.

“Belum ada info apa-apa, Pak.”

Belum juga Sebastian menutup teleponnya, terdengar suara Kirana bergema dari telepon dan pintu ruangan yang terbuka.

“Maaf terlambat, Yon,” napasnya terengah seperti habis berlari.

“Belum terlambat, absensi belum juga merah,” Dion memperlihatkan layar handphonenya dimana tertera waktu baru menunjukan pukul 7.40.

“Pak Bas sudah datang ?” Kirana melirik pintu ruangan bossnya terbuka.

“Sudah dari kemarin,” jawab Dion asal tanpa mengalihkan pandangannya.

“Dih asal,” Kirana mencebik dan Dion tertawa.

“Sudah siap berkas yang mau ditandatangani hari ini ?” Dion menoleh ke arah Kirana yang sedang menyalakan komputernya.

“Masih ada 3 yang belum saya selesaikan. Baru masuk Jumat sore hampir jam 5.”

Dion bangkit dan sudah memegang tabnya. Dia menghampiri Kirana untuk mengambil 4 berkas yang harus ditandatangani Sebastian.

“Dion,” Kirana memanggil sesaat setelah Dion berbalik menuju ruangan Sebastian.

“Apa nanti sore Pak Bas ada di kantor ?”

Dion langsung mengecek tabnya sebelum menjawab.

”Tidak ada jadwal meeting keluar, tapi sepertinya three musketers akan datang membahas proyek yang di Kalimantan.”

Kirana menautkan kedua alisnya karena tidak mengerti tamu yang dimaksud Dion.

“Tiga Jones, Ki,” Dion tertawa melihat raut wajah Kirana.

“Dih kayak kamu bukan jones aja , Yon,” Kirana mencibir.

Dion hanya tertawa dan langsung masuk ke dalam ruangan Sebastian sambil menutup pintunya.

Seperti biasa, sesudah meletakan map berkas, Dion membacakan jadwal kegiatan Sebastian hari ini. Dion mengernyit karena melihat bossnya sedang melamun. Celotehnya sia-sia karena sangat terlihat kalau pikiran Sebastian sedang menerawang entah kemana.

“Pak Bas ! Pak Bas ! Pak !” Panggilan Dion pun tidak digubris sama sekali.

Dion mendekat dan memukul meja pelan namun mengembalikan nyawa Sebastian yang melanglang buana sejak tadi.

“Ngapain pake pukul meja !” Omel Sebastian dengan wajah merenggut.

“Bapak tidak lagi berpikiran aneh kan ?” Dion mengernyit.

“Aneh gimana ? Kamu pikir saya lagi mikirin perempuan ?”

Dion terkekeh, tanpa sadar bossnya mengakui kalau dirinya memang sedang memikirkan seseorang. Dion yakin seribu persen kalau nama Kirana yang jadi nominatornya.

“Kirana sudah datang dan ada di luar, Pak,” goda Dion sambil terkekeh.

“Siapa yang mikirin Kirana ? Saya tidak tanya dia sudah datang atau belum. Lagian memang mejanya kan di luar, masa di pangkuan saya,” Sebastian mengomel panjang lebar.

Dion bukan lagi terkekeh tapi sudah tahap tertawa. Hanya dipancing dengan nama Kirana, kalimat Sebastian jadi panjang kali lebar.

“Yakin Pak ?” Dion mengerling membuat Sebastian mendengus kesal.

“Sebelum masuk, Kirana sempat menanyakan jadwal hari ini. Mungkin calon istri Bapak ingin minta waktu berduaan.”

Sebastian langsung melotot kesal, namun anehnya hatinya sekaligus berdebar saat mendengar Dion mengatakan kalau Kirana menanyakan waktu luangnya.

“Ngaco kamu !” Sebastian meremas kertas baru yang ada di dekatnya lalu melemparkannya pada Dion.

“Bapak kayak abege aja. Malu-malu meong.”

“Kamu mau saya pecat ?” Sebastian kembali mendelik.

“Kalau saya dipecat, Kirana naik pangkat jadi asisten Bapak dong,” Dion makin menggoda bossnya dengan wajah jahilnya.

“Kamu benar-benar menyebalkan pagi ini, Yon. Cepat bacakan jadwal saya lagi,” omel Sebastian.

15 menit sesudah pembacaan ulang jadwal dan urusan kerjaan lainnya, Dion keluar ruangan Sebastian.

“Kamu dipanggil masuk tuh, mumpung jadwal boss pagi ini agak senggang,” Dion menghampiri meja Kirana dan menyuruh gadis itu gantian masuk.

“Ada perlu apa Pak Bas memanggil saya pagi-pagi begini ? Perasaan tidak ada yang hal penting yang harus saya laporkan.” Kirana memgernyit bingung.

Kirana pun bangun sambil membawa buku agenda dan pena sebelum masuk ke ruangan Sebastian.

Dion tertawa di mejanya karena berhasil mengerjai Kirana dan Sebastian.

Kirana sudah berada di dalam ruangan Sebastian dan berdiri dekat pintu. Tadi dia sudah mengetuk dan mendapat jawaban dari pemilik ruangan.

“Bapak panggil saya ?”

Sebastian menghentikan tangannya di atas laptop. Dia mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan pertanyaan Kirana.

“Tadi Dion bilang kalau Bapak memanggil saya.”

“Asem nih si Dion, siapa juga yang minta dipanggilkan Kirana,” omel Sebastian dalam hati.

“Dion malah bilang kalau kamu mau ketemu saya,”

Sebastian bangun dari kursinya menuju sofa. Pria itu menyuruh Kirana duduk di sofa juga. Wajahnya sengaja terlihat datar.

Kirana menarik nafas dan mengumpat dalam hati karena dikerjai teman kerjanya itu. Merasa tidak enak kalau keluar lagi, akhirnya Kirana ikut duduk di sofa berseberangan dengan Sebastian.

“Saya mau protes !” ucap Kirana dengan tegas. Duduknya tegak tanpa bersandar pada sofa.

Sebastian yang semula menyibukkan diiri dengan handphonenya langsung mendongak dan menatap Kirana dengan tatapan biasa-biasa saja. Padahal hatinya berasa aneh pagi ini.

“Protesnya nggak pakai demo segala kan ?” Sebastian terkekeh saat meledek Kirana. Raut wajah sekretarisnya terlihat jutek pagi ini.

“Saya mau bicara serius, Pak !” omel Kirana dengan bibir mengerucut membuat Sebastian tiba-tiba jadi gemas.

“Iya saya juga serius. Memangnya kamu mau protesa apa ?” Sebastian menegakkan posisi duduknya.

“Saya mau protes soal perlakuan Bapak di acara pesta Tuan Herdiman.”

“Kenapa ? Saya kurang meyakinkan ?” Ledek Sebastian sambil tertawa pelan.

“Iissshh Bapak, saya sudah bilang kalau lagi bicara serius.”

“Iya… iya…” Sebastian mengangguk dan menghentikan tawanya. Tapi agak susah memasang wajah serius melihat raut muka Kirana yang terlihat lucu karena memberenggut.

“Tidak ada perjanjian kalau ada acara cium-cium segala !” protes Kirana dengan wajah kesal. “Mana bisa Bapak sembarangan mengambil ciuman pertama seorang perempuan yang hanya diajak bersandiwara.”

Sebastian terbelalak, ternyata sama seperti dirinya, Kirana juga tidak bisa melupakan adegan ciuman Sabtu malam.

“Terus saya harus bagaimana untuk memenuhi protes kamu ?”

“Mana bisa bibir saya yang sudah ternoda sama Bapak dibuat seperti semula lagi.”

“Bisa ! Sini saya ambil kembali ciuman saya,” Sebastian memajukan tubuhnya mendekat ke Kirana. Gadis di depannya justru langsung mundur.

“Bapak pikir saya perempuan gampangan seperti cewek-cewek yang Bapak kenal ?” Mata Kirana mulai berembun membuat Sebastian sedikit terkejut.

Gadis kuat dan periang di depannya sudah hampir menangis gara-gara menbahas ciuman. Sebastian kembali ke posisinya semula.

“Saya menyesal membantu Bapak hari Sabtu kemarin. Bapak pikir sudah kasih modal buat saya jadi cinderella lantas Pak Sebastian Pratama bisa memperlakukan saya seperti barang sewaan !” Nada suara Kirana sudah naik satu oktaf.

“Dan Bapak menganggap semuanya cuma sebagai lelucon, bagian dari skenario yang Bapak buat ?”

Kirana memalingkan wajahnya karena tetesan bening mulai keluar dari kedua sudut matanya.

Tidak ingin berlama-lama menumpahkan semua emosinya, Kirana beranjak bangun.

“Maaf kalau saya dianggap kurang ajar karena berani memarahi bossnya. Saya permisi.”

Sebastian langsung ikut beranjak dan menahan lengan Kirana. Gadis itu berusaha menepisnya dengan sedikit kasar namun genggaman Sebastian lebih kuat.

“Tolong lepaskan tangan saya, Pak. Saya mau keluar,” lirih Kirana.

“Saya belum bicara apapun dan kamu tidak mau mendengar sedikitpun ?”

Kirana menggeleng tanpa menoleh, dia masih berusaha melepaskan genggaman Sebastian.

Sebastian bergerak melewati meja yang menjadi pembatas buat mereka. Posisinya semakin dekat dengan Kirana membuat gadis itu bergeser memberi jarak.

“Maaf kalau tindakan saya sudah membuat kamu salah paham.”

Kirana menoleh dan menatap Sebastian dengan tatapan tajam. Hatinya mendadak jadi panas.

“Jadi Bapak menganggap saya cuma sebagai orang sewaan yang Bapak bisa pergunakan semaunya ? Saya memang sekretaris Bapak dan tugas saya membantu Bapak, tapi bukan berarti Bapak bisa sembarangan memperlakukan saya !” seru Kirana dengan nada marah.

Sebastian hanya terdiam mendengarkan Kirana mengeluarkan uneg-unegnya. Bahkan dia melepaskan tangan Kirana saat gadis itu menghempaskannya dengan kasar.

“Saya tidak salah paham dengan ciuman itu. Bapak pikir saya menganggap dengan ciuman itu berarti Bapak menyukai saya ?”

Kirana mendekati Sebastian dan tanpa terduga dia menarik kemeja bossnya hingga wajah Sebastian mendekat kepadanya.

“Saya tidak salah paham, hanya saya tidak terima diperlakukan sembarangan seperti itu,” ucap Kirana dengan tegas. “Jadi untuk ke depannya tolong perlakukan saya bukan sebagai sekretaris penggoda bossnya !”

Kirana melepaskan cengkramannya dengan kasar hingga Sebastian yang tidak siap terhuyung ke belakang.

Kirana bergegas keluar dan menutup pintu Sebastian dengan keras membuat pria itu teekejut dan mengelus dadanya.

Dion yang duduk di mejanya ikut terkejut saat mendengar bantingan pintu ruangan Sebastian. Ditambah lagi melihat wajah Kirana yang basah dengan air mata.

Tanpa bicara apapun, Kirana mengambil tas tangannya dan keluar ruangan menuju toilet untuk membersihkan wajahnya.

Dia mengutuki dirinya kenapa harus sampai menangis di depan Sebastian. Bukan seperti ini niatan awalnya. Dia ingin memarahi bossnya yang sudah seenaknya mencium bibirnya, di depan umum pula ! Tapi melihat sikap Sebastian yang biasa saja membuatnya teringat akan ucapan Steven.

Apa iya karena Sebastian orang kaya dengan sejuta pesona membuat Kirana diam saja diperlakukan seenaknya ? Hatinya memang dbuat tidak karuan saat diperlakukan begitu manis oleh Sebastian, tapi bukan berarti dia akan menuruti semua permintaan Sebastian.

Kirana memukul-mukul sendiri kepalanya di dalam toilet. Membodohi dirinya karena menangis di depan Sebastian. Kirana takut dengan sikapnya, Sebastian malah berpikir kalau dia menginginkan hubungan lebih dari pura-pura.

Sementara di dalam ruangannya Sebastian berdiri menghadap keluar jendela dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celananya. Kebiasaan Sebastian kalau sedang menghadapi masalah yang perlu ketenangan berpikir.

Bukan hanya Kirana, dia sendiri pun tidak menyangka akan nekad mencium gadis itu di depan umum. Perlakuan Steven pada Kirana membuat hatinya mendadak terbakar emosi. Padahal Kirana hanya calon istri pura-puranya.

Kirana memang tidak membalas pelukan Steven malam itu. Tapi bayangan Shera yang tertangkap basah tengah memeluk Steven dengan mesra, terlintas di benaknya saat itu. Kecurigaan Sebastian kalau Shera punya hubungan dengan Steven memang tidak pernah terbukti, meski Sebastian sering melihat kalau Shera sering mencuri-curi pandang pada Steven saat mereka bertemu dalam acara keluarga.

Sebastian menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Kenapa hatinya tidak karuan saat tahu kalau Kirana memang punya hubungan yang cukup dekat dengan sepupunya ? Bukankah Sebastian tidak punya hubungan khusus dengan Kirana selain sebagai boss dan sekretaris ?

Sebastian memejamkan matanya sejenak dan mencoba menelisik hatinya sendiri. Berharap dia mendapatkan jawaban yang membantunya bersikap jujur pada perasaannya.

Terpopuler

Comments

yuiwnye

yuiwnye

/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2025-03-10

1

yuiwnye

yuiwnye

ada yg salting 😆

2025-03-10

1

Yuli Yuli

Yuli Yuli

apa mgkn anak yg kndung shera anak stven ya, JD Sebastian trauma SM stven krna Kirana Deket SM stven

2024-03-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hari Pernikahan
2 Bab 2 Pengkhianatan
3 Bab 3 Sekretaris Pengganti
4 Bab 4 Mulai Bekerja
5 Bab 5 Setelah 2 Minggu
6 Bab 6 Perpisahan Widya
7 Bab 7 Masa Percobaan
8 Bab 8 Bersikap Profesional
9 Bab 9 Mulai Perhatian
10 Bab 10 Undangan Pesta
11 Bab 11 Calon Istri
12 Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13 Bab 13 Cerita Teman Lama
14 Bab 14 Minta Penjelasan
15 Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16 Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17 Bab 17 Ketemu Mantan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Pacaran Yuk !
20 Bab 20 Drama Honey Bee
21 Bab 21 Tamu Tak Diundang
22 Bab 22 Bukan Penculikan
23 Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24 Bab 24 Ketapel Cinta
25 Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26 Bab 26 Anak Siapa ?
27 Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28 Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29 Bab 29 Ajakan Bertemu
30 Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31 Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32 Bab 32 Family Time
33 Bab 33 Sebuah Jawaban
34 Bab 34 Jangan Dendam
35 Bab 35 Panggilan Tugas
36 Bab 36 Pertemuan di Mal
37 Bab 37 Masih di Mal
38 Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39 Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40 Bab 40 Menghilang
41 Bab 41 Bertemu Shera
42 Ban 42 Merindukanmu
43 Bab 43 Tidak Merindukanmu
44 Bab 44 Kemarahan Kirana
45 Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46 Bab 46 Kecelakaan Kendra
47 Bab 47 Usaha Sebastian
48 Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49 Bab 49 Will You Marry Me ?
50 Bab 50 Rencana Lamaran
51 Bab 51 Meminta Restu
52 Bab 52 Tak Tergoyahkan
53 Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54 Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55 Bab 55 Rencana yang Tertunda
56 Bab 56 Permintaan yang Sulit
57 Bab 57 Bertemu Mommy
58 Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59 Bab 59 Makan Siang
60 Bab 60 Pertemuan Sosialita
61 Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62 Bab 62 Melepas Rindu
63 Bab 63 Provokasi Shera
64 Bab 64 Ajakan Makan Malam
65 Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66 Bab 66 Bantuan Sahabat
67 Bab 67 Sekelebat Fakta
68 Bab 68 Bertemu Steven
69 Jalur Koneksi
70 Bab 70 Tantangan Kirana
71 Bab 71 Keputusan Steven
72 Bab 72 Keputusan Sebastian
73 Bab 74 Rencana Sebastian
74 Bab 75 Memancing di Air Keruh
75 Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76 Menyetujui Permintaan Steven
77 Bab 78 Tes DNA
78 Bab 79 Rencana Masa Depan
79 Pengakuan Shera
80 Kenyataan yang Menyakitkan
81 Kekesalan Kirana
82 Aksi Dendam yang Gagal
83 Kemarahan Steven
84 Karena Aku Mencintaimu
85 Mengulang Kembali
86 Gara-gara Deja Vu
87 Hari Bahagia
88 Bukan yang Pertama dan Terakhir
89 Terima kasih dan Info
90 Kegundahan Hati Kirana
91 Berita Bahagia
92 Ingin Bertemu Steven
93 Para Wanita yang Merepotkan
94 Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95 Berbagi Kabar Bahagia
96 Bumil yang Berubah-ubah
97 Tentang Renata dan Reina
98 Ngidam yang Aneh
99 Bagaikan Amplop dan Perangko
100 Pertemuan dengan Tuan Alexander
101 Ulat Bulu yang Bikin Mual
102 Obrolan Makan Siang
103 Kedatangan Sebastian
104 Pertengkaran Pertama
105 Maafkan Aku
106 Aksi Para Jones
107 Aksi Mommy Amelia
108 Sepenggal Cinta Bara
109 Kenangan Tentang Cinta
110 Mengusir Ulat Bulu
111 Istri Kesayangan
112 Makan Siang
113 Ungkapan Hati Bara
114 Bertemu Renata (Lagi)
115 Kekalutan Renata
116 Pamitan
117 Penyesalan Renata
118 Pengakuan Cinta
119 Kelahiran Para Penerus
120 Ronald dan Roland Pratama
121 Sisi Gelap Shera
122 Pillow Talk
123 Papa Pasti Kembali
124 Akhir Sebuah Rasa
125 Yang Pertama dan Terakhir
126 Ibarat Pohon Buah
127 Selalu Mencintaimu
128 Promo Novel Baru
129 Rilis Novel Baru
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1 Hari Pernikahan
2
Bab 2 Pengkhianatan
3
Bab 3 Sekretaris Pengganti
4
Bab 4 Mulai Bekerja
5
Bab 5 Setelah 2 Minggu
6
Bab 6 Perpisahan Widya
7
Bab 7 Masa Percobaan
8
Bab 8 Bersikap Profesional
9
Bab 9 Mulai Perhatian
10
Bab 10 Undangan Pesta
11
Bab 11 Calon Istri
12
Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13
Bab 13 Cerita Teman Lama
14
Bab 14 Minta Penjelasan
15
Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16
Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17
Bab 17 Ketemu Mantan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Pacaran Yuk !
20
Bab 20 Drama Honey Bee
21
Bab 21 Tamu Tak Diundang
22
Bab 22 Bukan Penculikan
23
Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24
Bab 24 Ketapel Cinta
25
Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26
Bab 26 Anak Siapa ?
27
Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28
Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29
Bab 29 Ajakan Bertemu
30
Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31
Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32
Bab 32 Family Time
33
Bab 33 Sebuah Jawaban
34
Bab 34 Jangan Dendam
35
Bab 35 Panggilan Tugas
36
Bab 36 Pertemuan di Mal
37
Bab 37 Masih di Mal
38
Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39
Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40
Bab 40 Menghilang
41
Bab 41 Bertemu Shera
42
Ban 42 Merindukanmu
43
Bab 43 Tidak Merindukanmu
44
Bab 44 Kemarahan Kirana
45
Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46
Bab 46 Kecelakaan Kendra
47
Bab 47 Usaha Sebastian
48
Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49
Bab 49 Will You Marry Me ?
50
Bab 50 Rencana Lamaran
51
Bab 51 Meminta Restu
52
Bab 52 Tak Tergoyahkan
53
Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54
Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55
Bab 55 Rencana yang Tertunda
56
Bab 56 Permintaan yang Sulit
57
Bab 57 Bertemu Mommy
58
Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59
Bab 59 Makan Siang
60
Bab 60 Pertemuan Sosialita
61
Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62
Bab 62 Melepas Rindu
63
Bab 63 Provokasi Shera
64
Bab 64 Ajakan Makan Malam
65
Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66
Bab 66 Bantuan Sahabat
67
Bab 67 Sekelebat Fakta
68
Bab 68 Bertemu Steven
69
Jalur Koneksi
70
Bab 70 Tantangan Kirana
71
Bab 71 Keputusan Steven
72
Bab 72 Keputusan Sebastian
73
Bab 74 Rencana Sebastian
74
Bab 75 Memancing di Air Keruh
75
Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76
Menyetujui Permintaan Steven
77
Bab 78 Tes DNA
78
Bab 79 Rencana Masa Depan
79
Pengakuan Shera
80
Kenyataan yang Menyakitkan
81
Kekesalan Kirana
82
Aksi Dendam yang Gagal
83
Kemarahan Steven
84
Karena Aku Mencintaimu
85
Mengulang Kembali
86
Gara-gara Deja Vu
87
Hari Bahagia
88
Bukan yang Pertama dan Terakhir
89
Terima kasih dan Info
90
Kegundahan Hati Kirana
91
Berita Bahagia
92
Ingin Bertemu Steven
93
Para Wanita yang Merepotkan
94
Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95
Berbagi Kabar Bahagia
96
Bumil yang Berubah-ubah
97
Tentang Renata dan Reina
98
Ngidam yang Aneh
99
Bagaikan Amplop dan Perangko
100
Pertemuan dengan Tuan Alexander
101
Ulat Bulu yang Bikin Mual
102
Obrolan Makan Siang
103
Kedatangan Sebastian
104
Pertengkaran Pertama
105
Maafkan Aku
106
Aksi Para Jones
107
Aksi Mommy Amelia
108
Sepenggal Cinta Bara
109
Kenangan Tentang Cinta
110
Mengusir Ulat Bulu
111
Istri Kesayangan
112
Makan Siang
113
Ungkapan Hati Bara
114
Bertemu Renata (Lagi)
115
Kekalutan Renata
116
Pamitan
117
Penyesalan Renata
118
Pengakuan Cinta
119
Kelahiran Para Penerus
120
Ronald dan Roland Pratama
121
Sisi Gelap Shera
122
Pillow Talk
123
Papa Pasti Kembali
124
Akhir Sebuah Rasa
125
Yang Pertama dan Terakhir
126
Ibarat Pohon Buah
127
Selalu Mencintaimu
128
Promo Novel Baru
129
Rilis Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!