Bab 9 Mulai Perhatian

Dua minggu berlalu sejak perdebatan Kirana dan Sebastian masalah status karyawan kontrak. Kirana tetap menjalankan pekerjaannya seperti biasa dan mempersiapkan diri bila sewaktu-waktu Sebastian memecatnya.

Namun keadaan tidak seperti dugaannya. Sebastian justru memperlihatkan perubahan sikapnya pada Kirana. Pria itu mulai melakukan komunikasi dengan Kirana saat membutuhkan data atau memberikan instruksi pekerjaan. Dion tidak lagi menjadi perantara pesan di antara mereka.

Meski terkadang masih kaku, Kiara sangat menghargai usaha Sebastian yang mau belajar memperbaiki sikapnya.

Dion pun merasa senang melihat usaha Sebastian untuk menerima kehadiran Kirana sebagai sekretarisnya. Bahkan Dion berharap kehadiran Kirana mampu mengembalikan pribadi Sebastian yang hilang karena pengkhianatan hampir 2 tahun yang lalu.

“Yon, Kirana sukanya makan apa ?”

Saat ini Sebastian dan Dion baru saja menyelesaikan meeting dengan calon klien di sebuah restoran.

Mendengar pertanyaan Sebastian, Dion langsung menatap bossnya dengan wajah tercengang. Rasanya tidak percaya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Sebastian.

“Sudah, kalau begitu lupakan saja,”. Sebastian mengibaskan tangannya.

Sadar kalau asistennya sedang memperhatikan dirinya, Sebastian berjalan mendahului Dion ke arah pintu keluar.

“Eh jangan dong, Boss. Kalau sudah punya niat baik harus dijalani,” ucap Dion setelah menyusul Sebastian.

Dion mengambil handphone dari saku celananya dan mulai menggerakan tangannya di layar handphone.

“Kamu nggak usah tanya Kirana,” perintah Sebastian dengan mata melotot.

“Bukan nanya, Pak. Saya minta Kirana jangan beli atau keluar makan siang.”

“Jangan bilang kalau saya mau belikan dia,” ujar Sebastian lagi.

“Jangan khawatir, Pak,” Dion tersenyum sambil menaik turunkan alisnya. “Masalah itu bisa saya atur.”

Keduanya langsung menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil.

“Yon, kenapa nggak beli di resto ini aja,” Sebastian mencegah Dion menyalakan mobil. “Biar sekalian dan ada alasan kasih Kirana.”

“Terus kenapa Bapak langsung keluar ?”

“Iya ya, kenapa tadi kita nggak pesan dulu.” Sebastian menggaruk tengkuknya dan tertawa pelan.

“Kalau begitu saya saja yang pesankan. Apa Bapak ada ide mau pesan apa ?” Dion sudah membuka pintu mobil lagi.

“Belikan nasi goreng saja, Yon dan buat yang pedas, Sepertinya saya lihat kalau Kirana suka sama makanan pedas.”

Dion mengangguk sambil tersenyum. Dia pun kembali masuk ke dalam restoran untuk memesan nasi goreng pedas.

“Ternyata diam-diam Pak Bas suka memperhatikan kebiasaan Kirana juga,” gumam Dion pada dirinya sendiri.

Dion kembali mengirim pesan pada Kirana untuk menyelesaikan beberapa data yang akan digunakan untuk bahan meeting dadakan. Dengan alasan itu, Dion meminta Kirana menyelesaikan tugasnya dulu sebelum makan siang, karena Sebastian akan tiba di kantor sekitar 30 menit lagi.

Dion tertawa sendiri membaca pesan berbalas dengan Kirana. Tidak tega membohongi Kirana sampai menunda waktu makan siangnya. Tapi melihat niat Sebastian yang luar biasa di mata Dion, apapun akan Dion lakukan. Apalagi Sebastian sempat salah tingkah saat sadar diperhatikan olehnya. Dia benar-benar berharap kalau Kirana mampu membawa Sebastian keluar dari penjara hatinya yang penuh kekecewaan.

35 menit kemudian, kedua pria itu sudah kembali ke gedung MegaCyber dan memggunakan lift khusus sampai di lantai 15.

“Pak Bas,” Dion menahan tangan Sebastian yang baru keluar dari lift. “Ada baiknya kalau Pak Bas yang langsung memberikan ini pada Kirana.”

Dion mengusungkan bungkusan nasi goreng pada Sebastian.

“Tidak usah,” Sebastian menggeleng. “Kamu aja yang kasih, bilang aja tadi kelebihan pesan.”

“Kirana tidak mungkin dibohongi, Pak,” Dion mulai memasang wajah serius. “Biarpun saya yang kasih, dia pasti tanya macam-macam. Lagian pesanan khusus begini mana mungkin kelebihan, apalagi rasa pedas. Saya sudah pernah menyampaikan pada Kirana kalau Pak Sebastian tidak suka makanan pedas, jadi tidak mungkin kan tadi kita pesan nasi goreng pedas untuk makan siang.”

“Memangnya Kirana pernah tanya-tanya soal makanan kesukaan saya ?”

Dion hanya mengangguk. Dalam hati pria berusia 25 tahun ini ingin tertawa ngakak. Dia bisa melihat ekspresi bahagia di wajah Sebastian hanya mendengar Kirana menanyakan soal makanan yang disukai dan tidak disukai boss nya.

“Jadi lebih baik Pak Bas yang kasih,” Dion menyerahkan kantong kertas yang berisi sekotak nasi goreng.

“Cckk nanti saya harus bilang apa sama Kirana ?”

“Terserah Pak Bastian. Nanti kalau disusun dulu malah terlihat kaku.”

Akhirnya Sebastian membawa kantong nasi goreng itu. Dion yang berjalan di belakangnya sudah menahan geli ingin tertawa keras. Sepanjang jalan menuju ruangan mereka, terlihat Sebastian sedang berpikir keras menyusun kalimat masalah nasi goreng.

Sebastian menarik nafas panjang saat melihat Kirana sedang duduk merapikan kertas-kertas di atas mejanya.

Gadis itu langsung menoleh dan berdiri saat melihat Sebastian diikuti Dion sudah berdiri di pintu masuk.

“Selamat siang, Pak.” Kirana menundukan wajahnya sekilas. Dia menautkan alisnya saat melihat Sebastian hanya berdiam di tempatnya.

“Selamat siang Pak Sebastian,” Kirana mengulang kembali sapaannya dengan suara sedikit lebih keras.

Sebastian tergagap mendengar suara Kirana. Pria itu semakin mengeratkan genggaman kantong nasi goreng di tangannya. Wajahnya terlihat ragu-ragu sambil melangkah mendekati meja Kirana.

“Dion bilang kamu belum sempat makan siang. Tadi saya minta dia memesankan kamu makanan,” ucapan Sebastian terdengar lebih kalem dari biasanya.

Pria itu meletakkan bungkusan di atas meja Kirana dan tanpa menunggu tanggapan Kirana, dia segera melanjutkan langkahnya menuju ruangannya sendiri.

“Terima kasih atas perhatiannya, Pak,” seru Kirana sebelum Sebastian menutup pintunya.

Sebastian hanya berdiam sejenak dan menarik kedua sudut bibirnya tanpa terlihat oleh Dion atau Kirana. Sesudah itu dia langsung menutup pintu dan berjalan ke mejanya.

Sebastian memegang dadanya sendiri. Ada degup aneh yang sudah lama tidak pernah mengusik relung hatinya.

Sebastian tidak langsung duduk di kursi kerjanya. Dia berdiri memandang ke arah luar jendela kaca yang menjadi dinding gedung kantornya.

Ingatannya kembali pada perdebatannya dengan Kirana dua minggu lalu. Saat mereka saling menatap tajam karena emosi, Sebastian menangkap rasa kecewa yang mendalam di mata Kirana. Pancaran yang tidak pernah dilihatnya saat berhadapan dengan wanita manapun, termasuk Shera.

Sebastian tidak menyangka kalau keputusannya membuat sekretarisnya itu merasa kecewa dan sedih begitu dalam. Padahal selama ini, Sebastian melihat Kirana adalah sosok gadis yang kuat dan penuh semangat. Segala kesulitan seperti tidak berarti buatnya apalagi sampai membuatnya putus asa dan bersedih.

Sebastian menarik nafas panjang. Dia berusaha mengingat alasan mengapa tidak memyukai Kirana pada awal mulanya.

Kirana gadis muda dengan pembawaan yang supel dan cenderung agresif, membuat Sebastian teringat akan perjumpaan pertamanya dengan Shera. Wanita itu cukup agresif mendekati Sebastian saat itu hingga membuat hati Sebastian melayang-layang karena sikap manis Shera, namun ternyata semuanya berujung dengan pekhianatan.

Tetapi Sebastian belum pernah melihat pancaran kekecewaan Shera seperti di mata Kirana, bahkan pada saat Sebastian memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka.

Bayangan tatapan Kirana mengusik hati Sebastian yang telah lama dibentengi oleh kekerasan hatinya untuk menjauhkan diri dari hubungan serius dengan wanita.

Sebastian menarik nafas panjang kembali dan menghembuskannya dengan kasar. Dia berharap keputusannya kali ini untuk bersikap baik pada Kirana tidak akan berujung dengan kekecewaan kembali seperti dengan Shera.

Di luar ruangan, Kirana terpaku menatap bungkusan nasi goreng yang diletakan Sebastian di atas mejanya.

“Awas ada racunnya,” ledek Dion sambil berjalan ke mejanya.

“Jangan ngaco deh, Mas Dion,” gerutu Kirana sambil membuka bungkus makanannya.

“Iya racun, biar kamu jatuh cinta sama Pak Bas,” Dion terkekeh.

“Itu mah bukan racun, tapi guna-guna.”

Perut Kirana mendadak berbunyi minta diisi. Aroma nasi goreng pedas langsung menggelitik penciumannya.

“Pasti mahal nih harganya,” ujar Kirana sambil memasukan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

“Tinggal makan doang, pusing amat dengan harganya. Lagian kan udah dibilangin kalau itu ada bumbu spesialnya.” Dion masih tertawa sambil meledek Kirana.

“Eh lupa, Mbak Wid pesan kalau nggak boleh makan di ruangan ini,” Kirana menutup kotak nasi gorengnya lalu beranjak hendak ke pantri.

“Udah makan di sini aja Hari ini nggak ada jadwal meeting lagi, jadi kemungkinan tidak akan ada tamu yang datang.”

“Nggak enak kalau Pak Bas keluar, saya lagi makan.”

Belum sampai kaki Kirana mencapai pintu keluar, terdengar suara pintu ruangan Sebastian dibuka.

“Mau kemana kamu ?” Tegur Sebastian yang muncul di balik pintu.

“Nggg… mau ke pantri, Pak. Mau makan,” Kirana berbalik badan dan memperlihatkan kotak nasi goreng di tangannya.

“Kenapa tidak makan di sini ?”

“Malu sama Pak Bas,” celetuk Dion sambil terkekeh.

“Malu kenapa ?” Sebastian menoleh menatap Dion dengan wajah bingung.

“Takut reaksi bumbu spesialnya tidak bisa ditahan, Pak,” sahut Dion kembali.

“Memangnya ada bumbu spesial apa ?” Sebastian semakin bingung dengan ucapan Dion.

Kirana langsung melotot menatap Dion sementara pria itu hanya cekikikan. Mulut Kirana komat-kamit mengutuki ucapan Dion.

“Jangan dengerin ucapan Mas Dion, Pak !” seru Kirana.

“Mas Dion ?” Sebastian menatap Kirana dengan alis bertaut membuat Kirana tertawa kikuk.

“Eehhh… iya Pak. Kan Mas Dion lebih tua dari saya,”

ucap Kirana terbata.

“Panggil Dion saja nggak usah pakai embel-embel apapun,” perintah Sebastian sambil menatap Kirana tajam.

“Ngggg… baik Pak,” sahut Kirana sambil menunduk.

Sebastian mendengus kesal dan sempat menoleh menatap Dion sekilas.

“Saya boleh terusin makan dulu ke pantri Pak ?”

“Terserah !” omel Sebastian sambil kembali ke ruangannya.

Awal tujuannya keluar ruang kerjanya ingin memanggil Dion aekaligus melihat Kirana menikmati nasi goreng yang dibawanya.

Mendengar Kirana memanggil Dion dengan sebutan Mas, entah kenapa mendadak hatinya kesal.

Sebastian langsung meraih botol air kemasan di atas mejanya lalu menenggak habis isinya. Dia sendiri bingung dengan perasaannya yang mendadak berubah-ubah.

Sementara di luar ruangan Dion masih tertawa sendiri sedangan Kirana sudah berlalu untuk makan siang di pantri.

“Ada yang mendadak posesif nih,” gumam Dion pada dirinya sendiri di sela tawanya.

Di pantri, Kirana pun sempat memikirkan kenapa Sebastian terlihat begitu kesal mendengar panggilannya pada Dion. Padahal ini bukan pertama kalinya dan sudah berlangsung sejak Kirana bergabung dengan MegaCyber.

“Benar-benar aneh,” gumam Kirana pada dirinya sendiri.

-

Terpopuler

Comments

Ratihds Yuni

Ratihds Yuni

kirana ,bianca ,kiara ? nah lo yg mana

2025-03-19

1

Baretta

Baretta

Typo Kak, tertukar dengan novel yang satu lagi

2025-03-19

0

Anita Nita

Anita Nita

sudah kena guna guna kirana kamu sebastian😂😂😂

2025-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hari Pernikahan
2 Bab 2 Pengkhianatan
3 Bab 3 Sekretaris Pengganti
4 Bab 4 Mulai Bekerja
5 Bab 5 Setelah 2 Minggu
6 Bab 6 Perpisahan Widya
7 Bab 7 Masa Percobaan
8 Bab 8 Bersikap Profesional
9 Bab 9 Mulai Perhatian
10 Bab 10 Undangan Pesta
11 Bab 11 Calon Istri
12 Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13 Bab 13 Cerita Teman Lama
14 Bab 14 Minta Penjelasan
15 Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16 Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17 Bab 17 Ketemu Mantan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Pacaran Yuk !
20 Bab 20 Drama Honey Bee
21 Bab 21 Tamu Tak Diundang
22 Bab 22 Bukan Penculikan
23 Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24 Bab 24 Ketapel Cinta
25 Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26 Bab 26 Anak Siapa ?
27 Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28 Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29 Bab 29 Ajakan Bertemu
30 Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31 Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32 Bab 32 Family Time
33 Bab 33 Sebuah Jawaban
34 Bab 34 Jangan Dendam
35 Bab 35 Panggilan Tugas
36 Bab 36 Pertemuan di Mal
37 Bab 37 Masih di Mal
38 Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39 Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40 Bab 40 Menghilang
41 Bab 41 Bertemu Shera
42 Ban 42 Merindukanmu
43 Bab 43 Tidak Merindukanmu
44 Bab 44 Kemarahan Kirana
45 Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46 Bab 46 Kecelakaan Kendra
47 Bab 47 Usaha Sebastian
48 Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49 Bab 49 Will You Marry Me ?
50 Bab 50 Rencana Lamaran
51 Bab 51 Meminta Restu
52 Bab 52 Tak Tergoyahkan
53 Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54 Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55 Bab 55 Rencana yang Tertunda
56 Bab 56 Permintaan yang Sulit
57 Bab 57 Bertemu Mommy
58 Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59 Bab 59 Makan Siang
60 Bab 60 Pertemuan Sosialita
61 Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62 Bab 62 Melepas Rindu
63 Bab 63 Provokasi Shera
64 Bab 64 Ajakan Makan Malam
65 Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66 Bab 66 Bantuan Sahabat
67 Bab 67 Sekelebat Fakta
68 Bab 68 Bertemu Steven
69 Jalur Koneksi
70 Bab 70 Tantangan Kirana
71 Bab 71 Keputusan Steven
72 Bab 72 Keputusan Sebastian
73 Bab 74 Rencana Sebastian
74 Bab 75 Memancing di Air Keruh
75 Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76 Menyetujui Permintaan Steven
77 Bab 78 Tes DNA
78 Bab 79 Rencana Masa Depan
79 Pengakuan Shera
80 Kenyataan yang Menyakitkan
81 Kekesalan Kirana
82 Aksi Dendam yang Gagal
83 Kemarahan Steven
84 Karena Aku Mencintaimu
85 Mengulang Kembali
86 Gara-gara Deja Vu
87 Hari Bahagia
88 Bukan yang Pertama dan Terakhir
89 Terima kasih dan Info
90 Kegundahan Hati Kirana
91 Berita Bahagia
92 Ingin Bertemu Steven
93 Para Wanita yang Merepotkan
94 Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95 Berbagi Kabar Bahagia
96 Bumil yang Berubah-ubah
97 Tentang Renata dan Reina
98 Ngidam yang Aneh
99 Bagaikan Amplop dan Perangko
100 Pertemuan dengan Tuan Alexander
101 Ulat Bulu yang Bikin Mual
102 Obrolan Makan Siang
103 Kedatangan Sebastian
104 Pertengkaran Pertama
105 Maafkan Aku
106 Aksi Para Jones
107 Aksi Mommy Amelia
108 Sepenggal Cinta Bara
109 Kenangan Tentang Cinta
110 Mengusir Ulat Bulu
111 Istri Kesayangan
112 Makan Siang
113 Ungkapan Hati Bara
114 Bertemu Renata (Lagi)
115 Kekalutan Renata
116 Pamitan
117 Penyesalan Renata
118 Pengakuan Cinta
119 Kelahiran Para Penerus
120 Ronald dan Roland Pratama
121 Sisi Gelap Shera
122 Pillow Talk
123 Papa Pasti Kembali
124 Akhir Sebuah Rasa
125 Yang Pertama dan Terakhir
126 Ibarat Pohon Buah
127 Selalu Mencintaimu
128 Promo Novel Baru
129 Rilis Novel Baru
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1 Hari Pernikahan
2
Bab 2 Pengkhianatan
3
Bab 3 Sekretaris Pengganti
4
Bab 4 Mulai Bekerja
5
Bab 5 Setelah 2 Minggu
6
Bab 6 Perpisahan Widya
7
Bab 7 Masa Percobaan
8
Bab 8 Bersikap Profesional
9
Bab 9 Mulai Perhatian
10
Bab 10 Undangan Pesta
11
Bab 11 Calon Istri
12
Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13
Bab 13 Cerita Teman Lama
14
Bab 14 Minta Penjelasan
15
Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16
Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17
Bab 17 Ketemu Mantan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Pacaran Yuk !
20
Bab 20 Drama Honey Bee
21
Bab 21 Tamu Tak Diundang
22
Bab 22 Bukan Penculikan
23
Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24
Bab 24 Ketapel Cinta
25
Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26
Bab 26 Anak Siapa ?
27
Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28
Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29
Bab 29 Ajakan Bertemu
30
Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31
Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32
Bab 32 Family Time
33
Bab 33 Sebuah Jawaban
34
Bab 34 Jangan Dendam
35
Bab 35 Panggilan Tugas
36
Bab 36 Pertemuan di Mal
37
Bab 37 Masih di Mal
38
Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39
Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40
Bab 40 Menghilang
41
Bab 41 Bertemu Shera
42
Ban 42 Merindukanmu
43
Bab 43 Tidak Merindukanmu
44
Bab 44 Kemarahan Kirana
45
Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46
Bab 46 Kecelakaan Kendra
47
Bab 47 Usaha Sebastian
48
Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49
Bab 49 Will You Marry Me ?
50
Bab 50 Rencana Lamaran
51
Bab 51 Meminta Restu
52
Bab 52 Tak Tergoyahkan
53
Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54
Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55
Bab 55 Rencana yang Tertunda
56
Bab 56 Permintaan yang Sulit
57
Bab 57 Bertemu Mommy
58
Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59
Bab 59 Makan Siang
60
Bab 60 Pertemuan Sosialita
61
Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62
Bab 62 Melepas Rindu
63
Bab 63 Provokasi Shera
64
Bab 64 Ajakan Makan Malam
65
Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66
Bab 66 Bantuan Sahabat
67
Bab 67 Sekelebat Fakta
68
Bab 68 Bertemu Steven
69
Jalur Koneksi
70
Bab 70 Tantangan Kirana
71
Bab 71 Keputusan Steven
72
Bab 72 Keputusan Sebastian
73
Bab 74 Rencana Sebastian
74
Bab 75 Memancing di Air Keruh
75
Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76
Menyetujui Permintaan Steven
77
Bab 78 Tes DNA
78
Bab 79 Rencana Masa Depan
79
Pengakuan Shera
80
Kenyataan yang Menyakitkan
81
Kekesalan Kirana
82
Aksi Dendam yang Gagal
83
Kemarahan Steven
84
Karena Aku Mencintaimu
85
Mengulang Kembali
86
Gara-gara Deja Vu
87
Hari Bahagia
88
Bukan yang Pertama dan Terakhir
89
Terima kasih dan Info
90
Kegundahan Hati Kirana
91
Berita Bahagia
92
Ingin Bertemu Steven
93
Para Wanita yang Merepotkan
94
Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95
Berbagi Kabar Bahagia
96
Bumil yang Berubah-ubah
97
Tentang Renata dan Reina
98
Ngidam yang Aneh
99
Bagaikan Amplop dan Perangko
100
Pertemuan dengan Tuan Alexander
101
Ulat Bulu yang Bikin Mual
102
Obrolan Makan Siang
103
Kedatangan Sebastian
104
Pertengkaran Pertama
105
Maafkan Aku
106
Aksi Para Jones
107
Aksi Mommy Amelia
108
Sepenggal Cinta Bara
109
Kenangan Tentang Cinta
110
Mengusir Ulat Bulu
111
Istri Kesayangan
112
Makan Siang
113
Ungkapan Hati Bara
114
Bertemu Renata (Lagi)
115
Kekalutan Renata
116
Pamitan
117
Penyesalan Renata
118
Pengakuan Cinta
119
Kelahiran Para Penerus
120
Ronald dan Roland Pratama
121
Sisi Gelap Shera
122
Pillow Talk
123
Papa Pasti Kembali
124
Akhir Sebuah Rasa
125
Yang Pertama dan Terakhir
126
Ibarat Pohon Buah
127
Selalu Mencintaimu
128
Promo Novel Baru
129
Rilis Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!