Bab 7 Masa Percobaan

Tidak terasa sebulan berlalu. Kirana tersenyum sumringah saat melihat angka yang tercetak di rekeningnya. Meskipun bukan gaji pertama dari pekerjaan pertamanya, namun Kirana merasakan kebahagiaan karena mendapatkan gaji yang lumayan besar untuk ukuran dirinya.

Statusnya memang masih karyawan masa percobaan, tapi Kirana merasa kalau Sebastian berubah perlahan. Belum ada percakapan normal layaknya atasan dan sekretaris, tapi itu tidak jadi masalah untuk Kirana. Baginya penerimaan Sebastian akan hasil kerjanya lebih penting.

Pagi ini Kirana datang lebih awal dari biasanya dan terlihat langsung sibuk dengan pekerjaan rutin.

Dion cuti 2 hari terhitung sejak hari ini karena harus mengurus maminya di rumah sakit.

Sesuai pesan Dion, Kirana harus ikut mendampingi Sebastian untuk 3 meeting di luar hari ini. Sebelum jam 8 Kirana sudah menyelesaikan pekerjaan rutinnya. Sebastian datang jam 7.15, lebih pagi juga dari biasanya, hingga Kirana bisa mengurus berkas-berkas yang memerlukan tandatangan Sebastian.

Selain menitipkan berkas, Kirana juga sudah memberi Marsha info kalau dia akan menemani Sebastian meeting di luar karena Dion cuti. Ruangan lantai 15 akan kosong sampai mereka kembali.

Kirana masih merasa gugup saat harus satu lift dengan Sebastian menuju lantai dasar. Tidak ada percakapan apapun selama di dalam lift. Sampai si lobby, mobil dengan sopir sudah siap sejak 15 menit yang lalu.

“Kamu duduk di belakang,” perintah Sebastian saat melihat Kirana membuka pintu penumpang depan.

“Eh…saya…” Kirana terlihat bingung dan ragu saat mendengar perintah Sebastian.

Kirana ingat pesan Dion supaya Kirana duduk di depan kalau sedang bepergian dengan Sebastian. Tapi melihat bossnya memutar ke arah pintu di belakang sopir, akhirnya Kirana menurut dan membuka pintu penumpang belakang.

Perasaannya semakin gugup duduk bersebelahan dengan Sebastian. Sesekali dia melirik pria itu yang mulai membuka handphonenya.

“Mana berkas yang sudah Dion siapkan ?” Sebastian mengulurkan tangannya meminta dokumen yang dimaksud sambil menoleh ke arah Kirana.

Kirana yang sejak tadi meraskan panas dingin dan gugup terkejut mendengar suara Sebastian mengajaknya berbicara. Kirana mengambil tas hitam yang berisi dokumen dan laptop. Dia mengeluarkan 3 map berisi berkas yang sudah dititipkan Dion kemarin sore.

Sebastian menerima map dari tangan Kirana dan menbuka satu persatu untuk memastikan isi dokumennya.

“Semuanya sudah disusun sesuai jadwal hari ini. Jangan sampai terbalik,” Sebastian menyerahkan kembali ketiga map itu.

“Baik Pak,” jawab Kirana kaku.

Perjalanan 30 menit membawa mereka sampai di tempat yang dituju. Kirana tidak menyangka kalau nama cafe yang diinfo oleh Dion berada di salah satu hotel berbintang 5 yang ada di pusat kota Jakarta.

Kirana pun bergegas turun dengan membawa tas dokumen dan mengikuti Sebastian yang sudah dulu melangkah di lobby hotel.

Sampai di depan cafe, terihat seorang dengan seragam jas menyambut Sebastian. Kirana menebak kalau pria itu adalah manager cafe dan sudah mengenal Sebastian cukup baik karena si pria tadi menyambut Sebastian layaknya pelanggan lama.

Pria itu pun mengantar Sebastian ke salah satu meja yang berada agak ke belakang dan bersisian dengan dinding kaca dengan pemandangan ke taman asri dan kolam renang.

Kirana semula ingin duduk berseberangan dengan Sebastian, namun pria itu memandangnya dan memberi kode untuk duduk di sebelahnya.

Kirana pun menurut dan tangannya kembali dingin karena perasaan gugup yang mendera. Setelah memesan minuman, Sebastian meminta Kirana mengeluarkan dokumen pertama yang sudah disiapkan untuk meeting pagi ini.

“Apa Dion sudah memberitahu apa yang harus kamu kerjakan ?” tanya Sebastian tanpa menoleh.

“Hmmm… belum Pak. Pak Dion hanya meminta saya membawa berkas ini dan menyiapkan laptop Bapak,” jawab Kirana sedikit terbata karena gugup.

“Mana handphone kamu ?” Sebastian baru menoleh menatap Kirana sambil mengulurkan tangannya.

Kirana mengeluarkan handphone miliknya dari dalam tas dokumen dan meletakkan di atas meja.

Sebastian memperhatikan handphone Kirana dan terlihat menarik nafas panjang.

“Apa tidak bisa mengganti handphonemu dengan yang lebih canggih ?” tanyanya datar.

“Eh..ngg…Saya…” Kirana bingung tidak tahu harus memberikan jawaban apa.

“Kalau begitu catat poin-poin penting pertemuan ini dengan cara manual,” perintah Sebastian.

Kirana mengangguk dan mengeluarkan buku agenda serta pena dari dalam tasnya. Tidak lama klien yang dimaksud datang dengan seorang asistennya.

Kirana pun menyimak pertemuan Sebastian pagi itu dengan seorang klien dari Kalimantan. Perusahaannya ingin bekerjasama dengan MegaCyber untuk membangun jaringan internet di beberapa daerah pelosok yang masih minim dengan teknologi.

Kirana sendiri sekali-kali mencuri pandang pada Sebastian. Tidak aneh pria itu cukup terkenal sebagai pebisnis muda yang berhasil dan sempat masuk majalah. Sebastian terlihat sangat mengagumkan saat berbincang soal bisnis. Selain tampan dan gagah, kharismanya mampu membuat Kirana sulit mengalihkan tatapannya.

Jam 11 pertemuan pertama selesai dan berakhir dengan kesepakatan yang akan ditindaklanjuti kemudian.

Kirana dan Sebastian sudah kembali duduk di mobil menuju lokasi pertemuan kedua.

Sebastian sibuk dengan handphonenya dan 2 kali menerima panggilan telepon. Tapi dari pembicaraannya, Kirana tidak yakin kalau telepon kedua berasal dari klien atau investor. Nada bicara Sebastian terdengar santai dan bahasa yang digunakan adalah bahasa gaul yang umum digunakan.

Perut Kirana mulai merasa lapar karena memang sudah waktunya makan siang. Tetapi berhubung Sebastian hanya memesan kopi, maka Kirana ikut hanya memesan jus saja. Kirana berharap cacing-cacing di perutnya tidak berbunyi sampai terdengar keluar.

Pertemuan kedua berlangsung lebih singkat dari yang pertama. Sebastian tidak terlalu antusias dengan klien keduanya ini, hingga mempersingkat pebicaraan mereka tanpa kesepakatan akhir.

Jam 1.30 mereka sudah meninggalkan lokasi meeting yang lebih menyerupai restoran kekinian daripada sekedar cafe.

Kirana mengikuti langkah Sebastian yang cukup lebar dan cepat. Kirana sendiri sempat tertinggal karena langkahnya lebih pendek ditambah perut lapar dan sepatu hak 3 cm yang memperlambat langkahnya. Kirana belum terbiasa harus memakai sepatu ber-hak.

Sampai di mobil, Kirana memandang ke arah luar jendela hingga akhirnya dia tertidur dengan bersandar pada pintu. Sebastian menoleh saat mendengar suara benturan kepala Kirana dengan sisi pintu mobil. Dilihatnya Kirana tertidur cukup pulas. Tanpa sadar, Sebastian terpaku menatap wajah Kirana yang terpejam dan tidak terusik sekalipun kepalanya tidak bisa diam bersandar karena gerakan mobil yang sedang melaju. Entah mengapa, Sebastian merasa seperti melihat bayangan Shera di wajah Kirana yang sedang tertidur.

Perjalanan lebih lama dari sebelumnya. 1 jam kemudian, mobil memasuki sebuah restoran yang cukup mewah di kawasan utara Jakarta. Restoran di dekat pantai dengan pemandangan lautan yang cukup mempesona.

Sebastian meminta tolong Pak Tomo, sopirnya, untuk membangunkan Kirana sementara dia sendiri sudah turun menuju ke restoran.

Kirana terkejut dan cepat-cepat kembali duduk dengan posisi tegak.

“Sudah sampai, Non. Pak Sebastian sudah turun duluan,” ujar Pak Tomo saat melihat Kirana menatap bangku sebelahnya yang sudah kosong.

“Terima kasih, Pak. Saya langsung susul Pak Bas dulu.”

“Baik Non.”

Kirana pun bergegas turun dan masuk ke dalam restoran. Dia lebih dulu mencari toilet untuk merapikan diri sebelum menghampiri Sebastian. Selain menambah bedak dan lipstik serta merapikan blazernya, Kirana juga menyisir ulang ikatan rambutnya yang sedikit berantakan. Diliriknya jam tangan, masih jam 14.45. Jadwal meeting selanjutnya jam 3 sore. Kirana berharap Sebastian akan mengajaknya makan siang dulu sebelum meeting sore ini.

Selesai merapikan diri, Kirana berjalan menghampiri meja Sebastian. Seperti sebelumnya, Sebastian memilih meja di sisi jendela, dan kali ini pemandangan laut luas terpampang di depan mereka.

Kirana melirik segelas kopi yang sudah tersaji di meja. Dia meletakkan tas di salah satu kursi yang kosong dan duduk di sebelah Sebastian. Pria itu tidak menoleh sedikitpun saat Kirana duduk.

Melihat segelas kopi di depan bossnya, Kirana langsung menggeser cangkir itu dan membuat Sebastian menoleh menatapnya dengan dahi berkerut.

“Jangan minum kopi terlalu banyak, Pak,” ujar Kirana. “Bapak belum makan siang. Tidak baik terlalu banyak minum kopi. Lambung Bapak bisa terganggu. Ada baiknya kalau kita makan siang sebelum meeting. Saya juga lapar, Pak.” Kirana langsung mengangkat tangannya memanggil pelayan tanpa memperdulikan tatapan Sebastian.

Pria itu sendiri tertegun dan menatap lekat wajah Kirana yang menatap ke arah lain.

Ucapan Kirana barusan membuatnya kembali teringat pada Shera saat mantannya itu datang ke kantor sepulang kuliah dulu.

Flashback on

“Sayang, jangan terlalu banyak minum kopi. Pasti ini sudah gelas ketiga atau keempat atau bahkan kelima. Tidak baik buat lambung kamu kalau terlalu banyak minum kopi. Apalagi Dion bilang kamu belum makan siang.”

Shera yang baru saja masuk ke ruangan Sebastian langsung menegurnya saat melihat 2 cangkir ada di meja kekasihnya. Meski belum melihat isinya, Shera yakin kalau cangkir itu bekas minuman kopi.

“Biar nggak ngantuk, sayang,” Sebastian berdiri lalu berjalan mendekati pujaan hatinya. Tanpa meminta ijin, pria itu langsung memeluk Shera dengan penuh cinta.

“Tapi kedatangan kamu sepertinya langsung memberi semangat dan menjauhkan rasa kantuk,” Sebastian dengan wajah berbinar langsung mencium pipi Shera yang tersipu malu.

“Pokoknya kamu harus makan ya ! Jangan minum kopi terus. Aku nggak mau urusin kalau sampai sakit lambung gara-gara terlalu banyak minum kopi,” ancam Shera dengan suara manja yang membuat Sebastian semakin gemas dan kembali memeluknya.

Flashback off

“Pak Bas,” Kirana memanggil Sebastian untuk keika kalinya.

Pria itu memang tengah memandangnya, namun Kirana tahu bahwa pikirannya sedang melayang entah kemana. Berkali-kali dia memanggil nama bossnya tapi posisi Sebastian tidak berubah. Kirana menarik nafas karena sadar bahwa tadi dia sempat ke ge-er an saat Sebastian menatapnya begitu dalam.

“Pak Sebastian Pratama !” panggil Kirana dengan cukup keras sambil menepuk bahu pria itu dengan keras pula.

Sebastian tersentak dari lamunannya. Tatapannya berubah tajam pada Kirana sambil menyentuh bahunya yang terasa agak sakit karena ditepuk Kirana.

“Kenapa Bapak memandangi saya seperti itu ? Apa ada yang aneh sama saya ?”

Terlihat Kirana mengangkat sebelah alisnya sambil meandangi Sebastian.

Pertanyaan Kirana membuat Sebastian malu hingga membuang pandangan ke arah lain. Sebasrian Sadar kalau dirinya sempat memandangi Kirana cukup lama.

Seorang pelayan mengantarkan makanan yang dipesan oleh Kirana.

“Saya tidak tahu apa kesukaan Bapak. Dion hanya berpesan kalau Pak Bastian tidak suka makanan pedas. Saya sudah pesankan ini.”

Kirana meletakan sepiring nasi goreng seafood tanpa cabe di depan Sebastian.

“Bapak harus makan biar asam lambung tidak naik. Tadi bapak melamun cukup lama, membuktikan bahwa otak bapak perlu asupan nutrisi karena hanya diisi oleh kopi saja,” ucap Kirana asal.

Sebastian langsung menoleh dan mendelik menatap Kirana. Sekretarisnya itu tidak menggubrisnya. Kirana mendekatkan nasi goreng pedas untuk dirinya sendiri. Selain lapar, tatapan Sebastian yang cukup lama membuat otaknya semakin susah berpikir dengan baik. Selain cacing di perutnha sudah merontaa minta asupan, badannya sempat keringat dingin karena deg deg kan ditatap oleh pria sekeren Sebastian.

Sebastian masih menatap Kirana dengan menautkan kedua alisnya.

“Bapak boleh kembali memandangi saya setelah perut bapak kenyang. Biar otak Bapak bisa bekerja lebih baik dan menemukan tujuan memandangi saya sejak tadi,” tutur Kirana kembali tanpa menoleh. mulutnya sudah mulai mengunyah nasi goreng pedas yang ada di depannya.

Sebastian mendengus kesal namun wajahnya merona karena malu mendengar ucapan Kirana. Dia merutuki dirinya yang larut dalam ingatan tentang Shera sambil memandangi Kirana.

Terpopuler

Comments

faraakila

faraakila

hak 3 cm doang bikin lambat😭😭😭

2025-03-05

1

mrsdohkyungsoo

mrsdohkyungsoo

/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2025-02-21

0

Yuli Yuli

Yuli Yuli

tu emg karakternya Kirana kyak GT x Thor hrs JD dri sndri

2024-03-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hari Pernikahan
2 Bab 2 Pengkhianatan
3 Bab 3 Sekretaris Pengganti
4 Bab 4 Mulai Bekerja
5 Bab 5 Setelah 2 Minggu
6 Bab 6 Perpisahan Widya
7 Bab 7 Masa Percobaan
8 Bab 8 Bersikap Profesional
9 Bab 9 Mulai Perhatian
10 Bab 10 Undangan Pesta
11 Bab 11 Calon Istri
12 Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13 Bab 13 Cerita Teman Lama
14 Bab 14 Minta Penjelasan
15 Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16 Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17 Bab 17 Ketemu Mantan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Pacaran Yuk !
20 Bab 20 Drama Honey Bee
21 Bab 21 Tamu Tak Diundang
22 Bab 22 Bukan Penculikan
23 Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24 Bab 24 Ketapel Cinta
25 Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26 Bab 26 Anak Siapa ?
27 Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28 Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29 Bab 29 Ajakan Bertemu
30 Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31 Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32 Bab 32 Family Time
33 Bab 33 Sebuah Jawaban
34 Bab 34 Jangan Dendam
35 Bab 35 Panggilan Tugas
36 Bab 36 Pertemuan di Mal
37 Bab 37 Masih di Mal
38 Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39 Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40 Bab 40 Menghilang
41 Bab 41 Bertemu Shera
42 Ban 42 Merindukanmu
43 Bab 43 Tidak Merindukanmu
44 Bab 44 Kemarahan Kirana
45 Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46 Bab 46 Kecelakaan Kendra
47 Bab 47 Usaha Sebastian
48 Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49 Bab 49 Will You Marry Me ?
50 Bab 50 Rencana Lamaran
51 Bab 51 Meminta Restu
52 Bab 52 Tak Tergoyahkan
53 Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54 Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55 Bab 55 Rencana yang Tertunda
56 Bab 56 Permintaan yang Sulit
57 Bab 57 Bertemu Mommy
58 Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59 Bab 59 Makan Siang
60 Bab 60 Pertemuan Sosialita
61 Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62 Bab 62 Melepas Rindu
63 Bab 63 Provokasi Shera
64 Bab 64 Ajakan Makan Malam
65 Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66 Bab 66 Bantuan Sahabat
67 Bab 67 Sekelebat Fakta
68 Bab 68 Bertemu Steven
69 Jalur Koneksi
70 Bab 70 Tantangan Kirana
71 Bab 71 Keputusan Steven
72 Bab 72 Keputusan Sebastian
73 Bab 74 Rencana Sebastian
74 Bab 75 Memancing di Air Keruh
75 Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76 Menyetujui Permintaan Steven
77 Bab 78 Tes DNA
78 Bab 79 Rencana Masa Depan
79 Pengakuan Shera
80 Kenyataan yang Menyakitkan
81 Kekesalan Kirana
82 Aksi Dendam yang Gagal
83 Kemarahan Steven
84 Karena Aku Mencintaimu
85 Mengulang Kembali
86 Gara-gara Deja Vu
87 Hari Bahagia
88 Bukan yang Pertama dan Terakhir
89 Terima kasih dan Info
90 Kegundahan Hati Kirana
91 Berita Bahagia
92 Ingin Bertemu Steven
93 Para Wanita yang Merepotkan
94 Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95 Berbagi Kabar Bahagia
96 Bumil yang Berubah-ubah
97 Tentang Renata dan Reina
98 Ngidam yang Aneh
99 Bagaikan Amplop dan Perangko
100 Pertemuan dengan Tuan Alexander
101 Ulat Bulu yang Bikin Mual
102 Obrolan Makan Siang
103 Kedatangan Sebastian
104 Pertengkaran Pertama
105 Maafkan Aku
106 Aksi Para Jones
107 Aksi Mommy Amelia
108 Sepenggal Cinta Bara
109 Kenangan Tentang Cinta
110 Mengusir Ulat Bulu
111 Istri Kesayangan
112 Makan Siang
113 Ungkapan Hati Bara
114 Bertemu Renata (Lagi)
115 Kekalutan Renata
116 Pamitan
117 Penyesalan Renata
118 Pengakuan Cinta
119 Kelahiran Para Penerus
120 Ronald dan Roland Pratama
121 Sisi Gelap Shera
122 Pillow Talk
123 Papa Pasti Kembali
124 Akhir Sebuah Rasa
125 Yang Pertama dan Terakhir
126 Ibarat Pohon Buah
127 Selalu Mencintaimu
128 Promo Novel Baru
129 Rilis Novel Baru
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1 Hari Pernikahan
2
Bab 2 Pengkhianatan
3
Bab 3 Sekretaris Pengganti
4
Bab 4 Mulai Bekerja
5
Bab 5 Setelah 2 Minggu
6
Bab 6 Perpisahan Widya
7
Bab 7 Masa Percobaan
8
Bab 8 Bersikap Profesional
9
Bab 9 Mulai Perhatian
10
Bab 10 Undangan Pesta
11
Bab 11 Calon Istri
12
Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13
Bab 13 Cerita Teman Lama
14
Bab 14 Minta Penjelasan
15
Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16
Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17
Bab 17 Ketemu Mantan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Pacaran Yuk !
20
Bab 20 Drama Honey Bee
21
Bab 21 Tamu Tak Diundang
22
Bab 22 Bukan Penculikan
23
Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24
Bab 24 Ketapel Cinta
25
Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26
Bab 26 Anak Siapa ?
27
Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28
Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29
Bab 29 Ajakan Bertemu
30
Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31
Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32
Bab 32 Family Time
33
Bab 33 Sebuah Jawaban
34
Bab 34 Jangan Dendam
35
Bab 35 Panggilan Tugas
36
Bab 36 Pertemuan di Mal
37
Bab 37 Masih di Mal
38
Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39
Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40
Bab 40 Menghilang
41
Bab 41 Bertemu Shera
42
Ban 42 Merindukanmu
43
Bab 43 Tidak Merindukanmu
44
Bab 44 Kemarahan Kirana
45
Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46
Bab 46 Kecelakaan Kendra
47
Bab 47 Usaha Sebastian
48
Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49
Bab 49 Will You Marry Me ?
50
Bab 50 Rencana Lamaran
51
Bab 51 Meminta Restu
52
Bab 52 Tak Tergoyahkan
53
Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54
Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55
Bab 55 Rencana yang Tertunda
56
Bab 56 Permintaan yang Sulit
57
Bab 57 Bertemu Mommy
58
Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59
Bab 59 Makan Siang
60
Bab 60 Pertemuan Sosialita
61
Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62
Bab 62 Melepas Rindu
63
Bab 63 Provokasi Shera
64
Bab 64 Ajakan Makan Malam
65
Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66
Bab 66 Bantuan Sahabat
67
Bab 67 Sekelebat Fakta
68
Bab 68 Bertemu Steven
69
Jalur Koneksi
70
Bab 70 Tantangan Kirana
71
Bab 71 Keputusan Steven
72
Bab 72 Keputusan Sebastian
73
Bab 74 Rencana Sebastian
74
Bab 75 Memancing di Air Keruh
75
Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76
Menyetujui Permintaan Steven
77
Bab 78 Tes DNA
78
Bab 79 Rencana Masa Depan
79
Pengakuan Shera
80
Kenyataan yang Menyakitkan
81
Kekesalan Kirana
82
Aksi Dendam yang Gagal
83
Kemarahan Steven
84
Karena Aku Mencintaimu
85
Mengulang Kembali
86
Gara-gara Deja Vu
87
Hari Bahagia
88
Bukan yang Pertama dan Terakhir
89
Terima kasih dan Info
90
Kegundahan Hati Kirana
91
Berita Bahagia
92
Ingin Bertemu Steven
93
Para Wanita yang Merepotkan
94
Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95
Berbagi Kabar Bahagia
96
Bumil yang Berubah-ubah
97
Tentang Renata dan Reina
98
Ngidam yang Aneh
99
Bagaikan Amplop dan Perangko
100
Pertemuan dengan Tuan Alexander
101
Ulat Bulu yang Bikin Mual
102
Obrolan Makan Siang
103
Kedatangan Sebastian
104
Pertengkaran Pertama
105
Maafkan Aku
106
Aksi Para Jones
107
Aksi Mommy Amelia
108
Sepenggal Cinta Bara
109
Kenangan Tentang Cinta
110
Mengusir Ulat Bulu
111
Istri Kesayangan
112
Makan Siang
113
Ungkapan Hati Bara
114
Bertemu Renata (Lagi)
115
Kekalutan Renata
116
Pamitan
117
Penyesalan Renata
118
Pengakuan Cinta
119
Kelahiran Para Penerus
120
Ronald dan Roland Pratama
121
Sisi Gelap Shera
122
Pillow Talk
123
Papa Pasti Kembali
124
Akhir Sebuah Rasa
125
Yang Pertama dan Terakhir
126
Ibarat Pohon Buah
127
Selalu Mencintaimu
128
Promo Novel Baru
129
Rilis Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!