Bab 5 Setelah 2 Minggu

Sesuai keyakinan Widya, Kirana adalah gadis yang ulet dan pekerja keras serta mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Widya tidak perlu bersusah payah mengajarkan tetangganya itu untuk mengambil alih pekerjaannya. Bukan hanya Widya yang merasa demikian, Dion pun mengakuinya.

Untuk anak gadis berusia 21 tahun yang belum punya pengalaman sebagai sekretaris, Kirana adalah gadis cerdas yang belum saja menemukan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.

Hanya saja, calon bossnya, Sebastian Pratama sama sekali belum mau bicara padanya, bahkan menyapa sekali pun.

Beberapa kali Dion dan Widya sengaja menciptakan situasi yang mengharuskan Sebastian berinteraksi dengan Kirana, selalu ada saja cara Sebastian untuk mengalihkannya.

Widya mengambil sisa cutinya sampai 3 hari ke depan. Minggu ini adalah minggu terakhirnya bekerja di MegaCyber. Widya masih harus masuk kerja 2 hari setelahnya, sebelum benar-benar resmi keluar.

Terlihat Kirana menarik nafas panjang berkali-kali untuk mengatasi kepanikannya. Hari ini Kirana harus mulai bekerja tanpa supervisi Widya yang sedang cuti. Widya pun sudah berpesan untuk tidak sering-sering menghubunginya hanya untuk menanyakan sesuatu tentang pekerjaan. Cukup kirim pesan dulu, kalau Widya menganggap penting dan mendesak, Kirana baru boleh menghubunginya.

Kirana duduk di mejanya dengan setumpuk map yang harus ditandatangani Sebastian hari ini. Tugasnya memeriksa dan memastikan kalau data lampiran berkasnya sudah lengkap sesuai standard Sebastian.

Sambil memeriksa berkas satu persatu, Kirana teringat akan pembiacaraanya dengan Widya beberapa hari lalu.

“Kamu harus sudah mulai berani jalan sendiri, Ki. Mbak lihat kamu sudah mampu kok mengambil alih tugas Mbak,” ucap Widya sebelum cuti.

“Tapi Pak Sebastian tidak sepemikiran dengan Mbak Wid dan Mas Dion,” lirih Kirana.

“Kamu itu Ki,” Widya terkekeh. “Istri mantan boss kamu aja berani kamu lawan karena merasa benar, masa Pak Sebastian yang mendiamkan kamu aja bikin kamu langsung menciut ?”

“Tatapan Pak Bas itu loh, Mbak,” Kirana bergidik.

“Kenapa ? Bikin kamu melehoy dan jatuh cinta gitu ?” ledek Widya sambil tertawa

“Haiizzz Mbak Wid, mana ada pikiran jatuh cinta. Melihatnya aja kayak tatapan malaikat maut.”

“Huusss kamu jangan sembarangan bicara. Memangnya kamu sudah pernah ketemu sama malaikat maut ?” Widya terkekeh mendengar ucapan Kirana.

“Pak Bas itu sebetulnya orang yang baik dan ramah. Tapi kejadian istrinya itu bikin dia jadi antipati sama wanita,” lanjut Widya.

“Heran loh saya, Mbak,” Kirana menyenderkan punggungnya ke kursi. “Pak Bas itu ganteng, tajir, pekerjaan juga mapan, mau cari pacar atau calon istri model kayak apa juga tinggal angkat tangan, kedip mata dan senyum sana sini.”

Ekspresi Kirana yang mengerutkan dahi sambil menggelengkan kepalanya dengan wajah sangat serius membuat Widya tertawa pelan.

“Kalau dengan uang memang gampang cari wanita buat sekedar pacar atau teman senang-senang. Tapi kalau cari istri yang benar bukan begitu caranya, Ki.”

“Yah maksud aku tinggal move on aja, banyak kesempatan dan juga banyak pilihan.”

“Kamu kira mau beli buah import kiloan di supermarket ? Lihat kondisinya bagus, nggak perlu tawar-tawaran, langsung pilih dan bayar ?”

“Bukan begitu, Mbak,” Kirana cemberut dengan jawaban Widya yang meledeknya sambil tertawa.

Percakapan itu tidak mereka lanjutkan, karena Sebastian dan Dion sudah kembali ke ruangan setelah selesai meeting.

Lamunan Kirana buyar saat nada dering di handphonenya berbunyi nyaring. Dia mengutuk dirinya yang lupa mengecilkan handphonenya. Kalau Pak Sebastian pas ada dekat situ, sudah pasti matanya melotot melebihi ikan koi.

Kirana langsung mencari handphone di laci meja. Perasaannya mendadak tidak enak karena punya firasat jelek saat melihat nama Dion di layar handphonenya. Masih jam 7.10.

“Ya Mas,” sapa Kirana begitu mengangkat handphonenya.

“Ki, aku bakalan telat datang hari ini. Pak Bas sudah aku kabari lewat wa, tapi masih belum dibaca. Agenda Pak Bas hari ini sudah aku kirim ke email kamu. Kebetulan hari ini nggak ada jadwal meeting keluar, Ki.”

Kirana langsung lemas di kursinya. Bukan Mbak Wid saja yang tidak masuk hari ini, tapi Mas Dion kenapa jadi satu paket, keluh Kirana dalam hati.

“Cuti mendadak, Mas ?” tanya Kirana lesu.

“Mami aku sakit, Ki. Sebetulnya mau cuti, tapi Pak Bas minta aku tetap datang jam berapa pun karena ada masalah yang harus dibahas sebelum beliau berangkat ke Kalimantan.”

Kirana menggigit bibir bawahnya karena cemas. Tanpa sadar, kebiasaan lamanya muncul lagi kalau sedang panik tingkat dewa. Dia menggesekan kuku ibu jari dengan telunjuknya sambil sesekali menggigit bibirnya.

“Ki…Kirana,” panggilan Dion dari speaker handphone membuyarkan pikiran panik Kirana.

“Apa saya bisa, Mas Dion ?“ lirih Kirana pelan.

Dion malah tertawa mendengar suara Kirana yang memang terdengar cemas, bahkan suaranya sangat pelan mirip orang berbisik.

“Tenang Ki, selama tugas kamu beres semua, Pak Sebastian nggak akan marahin kamu. Beliau boss yang baik kok, Ki, hanya irit bicara apalagi sama perempuan.”

Kirana mengganggukan kepalanya. Tindakan sia-sia karena Dion tidak akan melihat gerakannya.

“Ki… Kirana,” panggil Dion kembali saat tidak mendengar sahutan dari Kirana.

“Saya….”

“Kamu pasti bisa, Ki. Sorry aku harus tutup telepon. Mau beresin urusan admin rumah sakit dulu,” Dion langsung memotong tanpa menunggu jawaban Kirana lagi karena namanya dipanggil oleh bagian administrasi.

Dion sedang membawa maminya ke rumah sakit pagi ini. Tadi pagi bibik menemukan maminya pingsan di kamar saat Dion sedang joging keluar. Papinya sudah meninggal 3 tahun yang lalu dan kedua adiknya tidak tinggal di Jakarta. Satu sudah bekerja di Surabaya dan yang satu lagi masihbkuliah di Jogja. Sehari-hari maminya hanya ditemani seorang pembantu yang memang sudah lama ikut keluarganya.

Setelah Dion menutup teleponnya, Kirana berulamg kali menarik nafas dan menghembuskannya dengan berat. Kalau saja sikap Sebastian selama ini sedikit lebih ramah padanya, Kirana tidak akan merasa cemas dan khawatir.

Kirana bisa merasakan tatapan Sebastian yang tidak suka kepadanya. Bukan sekedar sikap dingin pada perempuan, tapi Kirana menangkap semacam rasa benci tiap kali bertatapan dengan Sebastian, bahkan boss nya itu sama sekali tidak mau terlibat percakapan dengannya.

Kirana menyalakan komputer untuk membuka email dari Dion dan mencetaknya untuk dibacakan di depan Sebastian.

Baru saja selesai mengetik password untuk membuka komputer, langkah kaki yang sudah dikenalnya mulai terdengar.

Kirana merapikan dirinya dan berdiri di belakang mejanya.

“Selamat pagi, Pak Sebastian,” sapanya dengan sangat sopan. Kirana membungkukan badannya sedikit dan jemarinya bertaut di depan perutnya.

Jangankan membalas sapaannya, meliriknya pun tidak Sebastian lakukan. Pria itu hanya diam dengan wajah datarnya langsung masuk ke dalam ruangan.

Mendadak emosi Kirana naik 1 level. Kepalan tangannya melayang di udara ingin meninju Sebastian yang menganggapnya seperti bayangan saja.

“Dasar pria sombong, sok cakep, sok penting, belagu, hidup lagi,” gerutu Kirana sambil mengutak-atik komputernya lalu mulai mencetak email dari Dion.

Selesai mempelajari jadwal Sebastian hari ini, Kirana menatap tumpukan map yang ada di depannya. Total ada 10 map yang diserahkan dari berbagai divisi pada Kirana kemarin sore. Pagi ini baru 4 yang Kirana pastikan bisa ditandatangani oleh Sebastian.

Kirana bangun dari kursi, menyelipkan hasil cetakan dari Dion di dalam agendanya dan membawa 4 map yang sudah dia periksa.

Sambil menarik nafas berkali-kali untuk menenangkan hatinya supaya tidak gugup, Kirana melangkah ke arah ruangan Sebastian dan mengetuknya.

“Kamu pasti bisa, Ki. Pak Bas itu sebenarnya orang yang baik. Selama pekerjaanmu beres, semua pasti akan baik-baik saja,” gumam Kirana pada dirinya sendiri sekaligus memberi semangat.

Tok tok tok

Kirana menunggu jawaban dari si pemilik ruangan, dia belum punya keberanian seperti Dion yang langsung masuk begitu mengetuk pintu.

Semenit. Dua mnit hingga menit keempat belum ada jawaban apapun.

Kirana pun mengulang ketukan pintu dan menunggu kembali jawaban dari dalam.

Kirana menghitung waktu dengan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Lagi-lagi setelah 3 menit, Sebastian tidak memberikan jawaban apapun dari dalam.

Kirana sudah membalik badan hendak menghubungi Widya atau Dion untuk sekedar minta pendapat. Mengingat pesan Widya dan repotnya Dion saat ini, Kirana mengurungkan niatnya dan bertekad akan langsung masuk setelah mengetuk pintu ketiga kalinya.

Kirana berbalik kembali, menarik nafas sebentar dan mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu. Saat tangannya masih melayang di udara, pintu sudah dibuka dari dalam.

Kirana langsung mendongak. Matanya bertatapan langsung dengan Sebastian yang berdiri di depannya dengan wajah dingin. Ditatap seperti itu mendak tubuh Kirana terasa kaku. Sudah 2 minggu dia bekerja tapi baru pagi ini berhadapan langsung dengan bossnya bahkan sampai saling menatap.

Kirana menelan salivanya dengan susah payah. Sosok Sebastian langsung membuatnya terpesona, badannya panas dingin dan jiwanya pun terasa klepek-klepek seperti kata Widya. Kirana bagaikan seekor ikan yang meloncat keluar dari kolam, tidak bisa berenang tanpa air.

“OMG, ternyata aslinya cakep banget apalagi dilihat dari dekar begini. Beruntung banget gue bisa jadi sekretarisnya, punya pemandangan begini indah setiap harinya,” batin Kirana.

Pria di depannya langsung melipat kedua tangannya di depan dada dan mengerutkan dahinya.

”Kamu mau ngapain ?”

Suara hardikan yang cukup keras itu membuyarkan lamunan Kirana. Untung jiwanya yang terpesona tidak sampai membuat air liurnya menetes.

Kirana kembali menelan salivanya dengan tersendat. Menyadari dirinya mendadak jadi bodoh dan linglung di hadapan pria sekeren Sebastian.

“Nggg…nggg… ma-af Pak. Saya… saya…,” Kirana menundukkan kepalanya dan menoleh ke samping. Alisnya bertaut dan mulutnya komat kamit merutuki kegugupannya.

Pria di depannya masih menunggu dengan posisi yang sama. Bersedekap dan mengernyit menunggu penjelasan Kirana.

“Saya… saya mau kasih tahu kalau Mas Dion tidak masuk hari ini,” Kirana langsung bicara tuntas satu kalimatnya dengan cepat seperti kereta api ekspress.-

“Mas Dion ?” Kerutan di dahi Sebastian semakin bertambah dalam.

Kirana tertawa kikuk mendengar ucapan Sebastian dan mengusap-usap permukaan buku agenda yang digenggam dengan tangan kirinya.

“Hehehe… iya maksud saya Pak Dion, Pak,” Kirana menjawab dengan salah tingkah.

Sebastian tidak memberikan tanggapan apapun. Dia berbalik badan dan berjalan kembali menuju meja kebesarannya.

Kirana mengikutinya dari belakang dengan kepala sedikit menunduk , hingga tanpa sadar menabrak punggung Sebastian yang berhenti untuk menggeser kursinya sebelum duduk.

“Kamu ngapain di sini ?” Sebastian berbalik saat merasa punggungnya tertabrak.

Kirana mendongak dan langsung mundur beberapa langkah. Posisinya menjadi begitu dekat dengan Sebastian yang berhadapan dengannya. Apalagi saat dia mendongak, wajah Sebastian yang sedikit menunduk membuat Kirana merasakan hembusan halus nafas bossnya.

“Bapak kenapa berhenti mendadak ?” omelnya tanpa sadar sambil mengusap keningnya yang sedikit memerah.

Sebastian menarik nafas dengan perasaan kesal. Dia yang ditabrak, kenapa sekretarisnya malah yang protes padanya.

“Kamu ngapain ikuti saya sampai kemari ?” bentak Sebastian.

Kirana terkejut mendengar suara Sebastian yang terdengar sangat-sangat galak. Dia langsung melirik kanan kiri dan meyadari kalau insiden barusan adalah murni kesalahannya.

Lagi-lagi Kirana mengutuki dirinya. Bisa-bisanya dia mengikuti Sebastian yang mau duduk di kursi kebesarannya. Seharusnya dia berhenti di depan meja Sebastian. Tapi seperti tersihir akan pesona Sebastisn, dia malah mengikuti pria itu.

“Maaf Pak,” Kirana menundukan kepalanya dengan wajah merona karena malu.

Sebastian mendengus kesal dan langsung menuju kursi kerjanya lalu duduk di sana.

Sebastian semakin yakin kalau gadis di depannya ini tidak pantas dan tidak akan bisa menjadi pengganti Widya.

Kirana mundur sampai di depan meja Sebastian. Dia merusaha menetralkan kembali dirinya yang merasa malu setengah mati. Akhirnya dia memulai pekerjaannya dengan membacakan jadwal Sebastian sesuai dengan yang pernah Dion ajarkan.

Kali ini meskipun Sebastian sibuk dengan laptop di depannya, Kirana merasakan bahwa suaranya didengar dengan baik oleh bossnya.

Terpopuler

Comments

Dona Venalonza Ena

Dona Venalonza Ena

🤣🤣🤣🤣

2025-03-09

0

ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌

ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌

wkwkwk Kirana lucu sekali

2025-03-04

1

Yuli Yuli

Yuli Yuli

tu Sebastian uda pnya pkiran negatif r

2024-03-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hari Pernikahan
2 Bab 2 Pengkhianatan
3 Bab 3 Sekretaris Pengganti
4 Bab 4 Mulai Bekerja
5 Bab 5 Setelah 2 Minggu
6 Bab 6 Perpisahan Widya
7 Bab 7 Masa Percobaan
8 Bab 8 Bersikap Profesional
9 Bab 9 Mulai Perhatian
10 Bab 10 Undangan Pesta
11 Bab 11 Calon Istri
12 Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13 Bab 13 Cerita Teman Lama
14 Bab 14 Minta Penjelasan
15 Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16 Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17 Bab 17 Ketemu Mantan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Pacaran Yuk !
20 Bab 20 Drama Honey Bee
21 Bab 21 Tamu Tak Diundang
22 Bab 22 Bukan Penculikan
23 Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24 Bab 24 Ketapel Cinta
25 Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26 Bab 26 Anak Siapa ?
27 Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28 Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29 Bab 29 Ajakan Bertemu
30 Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31 Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32 Bab 32 Family Time
33 Bab 33 Sebuah Jawaban
34 Bab 34 Jangan Dendam
35 Bab 35 Panggilan Tugas
36 Bab 36 Pertemuan di Mal
37 Bab 37 Masih di Mal
38 Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39 Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40 Bab 40 Menghilang
41 Bab 41 Bertemu Shera
42 Ban 42 Merindukanmu
43 Bab 43 Tidak Merindukanmu
44 Bab 44 Kemarahan Kirana
45 Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46 Bab 46 Kecelakaan Kendra
47 Bab 47 Usaha Sebastian
48 Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49 Bab 49 Will You Marry Me ?
50 Bab 50 Rencana Lamaran
51 Bab 51 Meminta Restu
52 Bab 52 Tak Tergoyahkan
53 Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54 Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55 Bab 55 Rencana yang Tertunda
56 Bab 56 Permintaan yang Sulit
57 Bab 57 Bertemu Mommy
58 Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59 Bab 59 Makan Siang
60 Bab 60 Pertemuan Sosialita
61 Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62 Bab 62 Melepas Rindu
63 Bab 63 Provokasi Shera
64 Bab 64 Ajakan Makan Malam
65 Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66 Bab 66 Bantuan Sahabat
67 Bab 67 Sekelebat Fakta
68 Bab 68 Bertemu Steven
69 Jalur Koneksi
70 Bab 70 Tantangan Kirana
71 Bab 71 Keputusan Steven
72 Bab 72 Keputusan Sebastian
73 Bab 74 Rencana Sebastian
74 Bab 75 Memancing di Air Keruh
75 Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76 Menyetujui Permintaan Steven
77 Bab 78 Tes DNA
78 Bab 79 Rencana Masa Depan
79 Pengakuan Shera
80 Kenyataan yang Menyakitkan
81 Kekesalan Kirana
82 Aksi Dendam yang Gagal
83 Kemarahan Steven
84 Karena Aku Mencintaimu
85 Mengulang Kembali
86 Gara-gara Deja Vu
87 Hari Bahagia
88 Bukan yang Pertama dan Terakhir
89 Terima kasih dan Info
90 Kegundahan Hati Kirana
91 Berita Bahagia
92 Ingin Bertemu Steven
93 Para Wanita yang Merepotkan
94 Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95 Berbagi Kabar Bahagia
96 Bumil yang Berubah-ubah
97 Tentang Renata dan Reina
98 Ngidam yang Aneh
99 Bagaikan Amplop dan Perangko
100 Pertemuan dengan Tuan Alexander
101 Ulat Bulu yang Bikin Mual
102 Obrolan Makan Siang
103 Kedatangan Sebastian
104 Pertengkaran Pertama
105 Maafkan Aku
106 Aksi Para Jones
107 Aksi Mommy Amelia
108 Sepenggal Cinta Bara
109 Kenangan Tentang Cinta
110 Mengusir Ulat Bulu
111 Istri Kesayangan
112 Makan Siang
113 Ungkapan Hati Bara
114 Bertemu Renata (Lagi)
115 Kekalutan Renata
116 Pamitan
117 Penyesalan Renata
118 Pengakuan Cinta
119 Kelahiran Para Penerus
120 Ronald dan Roland Pratama
121 Sisi Gelap Shera
122 Pillow Talk
123 Papa Pasti Kembali
124 Akhir Sebuah Rasa
125 Yang Pertama dan Terakhir
126 Ibarat Pohon Buah
127 Selalu Mencintaimu
128 Promo Novel Baru
129 Rilis Novel Baru
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1 Hari Pernikahan
2
Bab 2 Pengkhianatan
3
Bab 3 Sekretaris Pengganti
4
Bab 4 Mulai Bekerja
5
Bab 5 Setelah 2 Minggu
6
Bab 6 Perpisahan Widya
7
Bab 7 Masa Percobaan
8
Bab 8 Bersikap Profesional
9
Bab 9 Mulai Perhatian
10
Bab 10 Undangan Pesta
11
Bab 11 Calon Istri
12
Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13
Bab 13 Cerita Teman Lama
14
Bab 14 Minta Penjelasan
15
Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16
Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17
Bab 17 Ketemu Mantan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Pacaran Yuk !
20
Bab 20 Drama Honey Bee
21
Bab 21 Tamu Tak Diundang
22
Bab 22 Bukan Penculikan
23
Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24
Bab 24 Ketapel Cinta
25
Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26
Bab 26 Anak Siapa ?
27
Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28
Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29
Bab 29 Ajakan Bertemu
30
Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31
Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32
Bab 32 Family Time
33
Bab 33 Sebuah Jawaban
34
Bab 34 Jangan Dendam
35
Bab 35 Panggilan Tugas
36
Bab 36 Pertemuan di Mal
37
Bab 37 Masih di Mal
38
Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39
Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40
Bab 40 Menghilang
41
Bab 41 Bertemu Shera
42
Ban 42 Merindukanmu
43
Bab 43 Tidak Merindukanmu
44
Bab 44 Kemarahan Kirana
45
Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46
Bab 46 Kecelakaan Kendra
47
Bab 47 Usaha Sebastian
48
Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49
Bab 49 Will You Marry Me ?
50
Bab 50 Rencana Lamaran
51
Bab 51 Meminta Restu
52
Bab 52 Tak Tergoyahkan
53
Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54
Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55
Bab 55 Rencana yang Tertunda
56
Bab 56 Permintaan yang Sulit
57
Bab 57 Bertemu Mommy
58
Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59
Bab 59 Makan Siang
60
Bab 60 Pertemuan Sosialita
61
Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62
Bab 62 Melepas Rindu
63
Bab 63 Provokasi Shera
64
Bab 64 Ajakan Makan Malam
65
Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66
Bab 66 Bantuan Sahabat
67
Bab 67 Sekelebat Fakta
68
Bab 68 Bertemu Steven
69
Jalur Koneksi
70
Bab 70 Tantangan Kirana
71
Bab 71 Keputusan Steven
72
Bab 72 Keputusan Sebastian
73
Bab 74 Rencana Sebastian
74
Bab 75 Memancing di Air Keruh
75
Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76
Menyetujui Permintaan Steven
77
Bab 78 Tes DNA
78
Bab 79 Rencana Masa Depan
79
Pengakuan Shera
80
Kenyataan yang Menyakitkan
81
Kekesalan Kirana
82
Aksi Dendam yang Gagal
83
Kemarahan Steven
84
Karena Aku Mencintaimu
85
Mengulang Kembali
86
Gara-gara Deja Vu
87
Hari Bahagia
88
Bukan yang Pertama dan Terakhir
89
Terima kasih dan Info
90
Kegundahan Hati Kirana
91
Berita Bahagia
92
Ingin Bertemu Steven
93
Para Wanita yang Merepotkan
94
Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95
Berbagi Kabar Bahagia
96
Bumil yang Berubah-ubah
97
Tentang Renata dan Reina
98
Ngidam yang Aneh
99
Bagaikan Amplop dan Perangko
100
Pertemuan dengan Tuan Alexander
101
Ulat Bulu yang Bikin Mual
102
Obrolan Makan Siang
103
Kedatangan Sebastian
104
Pertengkaran Pertama
105
Maafkan Aku
106
Aksi Para Jones
107
Aksi Mommy Amelia
108
Sepenggal Cinta Bara
109
Kenangan Tentang Cinta
110
Mengusir Ulat Bulu
111
Istri Kesayangan
112
Makan Siang
113
Ungkapan Hati Bara
114
Bertemu Renata (Lagi)
115
Kekalutan Renata
116
Pamitan
117
Penyesalan Renata
118
Pengakuan Cinta
119
Kelahiran Para Penerus
120
Ronald dan Roland Pratama
121
Sisi Gelap Shera
122
Pillow Talk
123
Papa Pasti Kembali
124
Akhir Sebuah Rasa
125
Yang Pertama dan Terakhir
126
Ibarat Pohon Buah
127
Selalu Mencintaimu
128
Promo Novel Baru
129
Rilis Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!