Bab 4 Mulai Bekerja

Kirana sudah sampai di gedung MegaCyber tepat jam 7.15. Semalam Widya mengajaknya untuk berangkat bareng, tetapi Kirana menolaknya.

Kirana ingin mencari tahu transportasi umum yang harus dipilih, jarak tempuh yang dibutuhkan dan tingkat kemacetan jalan menuju ke kantor MegaCyber.

Jam 7.40, Kirana melihat Widya memasuki lobby kantor. Gadis itu pun bangun dari duduknya dan berjalan memghampiri Widya yang sudah berdiri di depan lift.

“Pagi Mbak Wid,” sapanya saat sudah berdiri di sebelah Widya.

“Loh kok nggak langsung naik ke lantai 15 ?” Widya sempat kaget mendengar suara Kirana.

Dalam pesannya semalam, Widya meminta Kirana langsung naik ke ruangannya di lantai 15. Widya juga sudah menitipkan pesan pada satpam dan resepsionis soal Kirana.

“Nggak enak, Mbak. Soalnya kan baru hari pertama.”

Keduanya pun langsung masuk ke dalam lift bersama beberapa karyawan yang juga baru datang.

Sampai di lantai 15, keduanya langsung menuju ruangan. Widya memberikan beberapa penjelasan awal yang biasa dilakukannya pada pagi hari.

“Biasanya Pak Sebastian sudah sampai di kantor jam 7.30. Selalu ontime, kecuali ada keperluan atau meeting di luar. Kamu usahakan sampai kantor jam 7, siap-siap dulu, jadi pas Pak Bas datang kamu sudah rapi.”

Kirana manggut-manggut dan sudah memegang buku tulis di tangannya. Dia sengaja membawa dari rumah untuk mencatat hal-hal penting menyangkut pekerjaannya.

“Hari ini Pak Bas ada beeakfast meeting di luar, jadi agak siang ke kantornya.”

“Apa ada yang harus aku siapkan untuk Pak Sebastian di pagi hari, Mbak ? Kopi atau teh mungkin ?”

“Tidak perlu. Pak Bas hanya mau minum kopi buatan Mansyur, office boy yang ditugaskan khusus untuk lantai 15 dan 16. Kedua lantai ini adalah ruangan khusus direksi.”

“Wakilnya Pak Bas, Mbak ?”

“Bukan, papinya Pak Bas, Pak Richard. Tapi sejak jabatan CEO dipindahkan ke Pak Bas, Pak Richard jarang datang.”

“Apa Pak Sebastian punya wakil, Mbak ?”

“Ada Pak Johan, wakil Dirut di MegaCyber, ruangan beliau di lantai 12. Pak Johan lebih fokus pada masalah internal perusahaan, sementara Pak Sebastian urusan eksternalnya. Tapi keputusan tetap ada di tangan Pak Bas.”

Banyak hal yang ditanyakan Kirana pagi ini. Hal-hal penting sudah dia catat dalam bukunya.

“Oh ya Ki, pergunakan kata saya kalau berbicara di kantor, jangan menyebut diri dengan aku.”

“Baik, Mbak.” Kirana mengangguk tanda mengerti.

Widya memandang Kirana dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Apa kamu tidak punya blazer dan sepatu hak ?”

“Nggak punya, Mbak. Tapi saya akan beli begitu mendapat gajian pertama.”

Kirana memandang dirinya sendiri. Pagi ini dia memakai kemeja bermotif polkadot kecil berbahan katun, rok polos menutupi lututnya dan sepatu tanpa hak.

“Sementara nggak apa-apa, Ki. Hanya saya pesan, jangan pakai kemeja yang motifnya aneh, apalagi berbahan tipis dan rok di atas lutut. Itu sudah menjadi peraturan tidak tertulis dari Pak Bas.”

“Saya akan ingat, Mbak.”

Widya pun mulai mengajarkan Kirana beberapa pekerjaan dasar sebagai seorang sekretaris CEO.

“Sebetulnya tugas kamu lebih pada membantu Dion, asistennya Pak Bas. Urusan jadwal, meeting dan hal-hal penting dipegang langsung sama Dion.”

“Apa Pak Dion segalak Pak Bastian, Mbak ?”

Widya tertawa mendengar pertanyaan Kirana yang sedikit cemas, apalagi dia sampai menautkan alisnya.

“Dion baik hanya saja sedikit kaku, taat banget sama

aturan. Dia baru umur 25 tahun dan masih single,” Widya mengedipkan matanya sebelah. Kirana terkikik mendengar omongan Widya yang menekankan kata single.

“Mau dijodohkan sama saya, Mbak ?”

“Info aja. Kan kamu kayak wartawan tabloid gosip yang sukanya informasi pribadi.”

Kirana terkekeh sambil menutup mulutnya.

“Biasa teriakan jones, Mbak. Maklum sampai umur segini saya tuh belum pernah merasakan pacaran.”

“Memang pas sekolah nggak ada naksir-naksir gitu ?” ledek Widya.

“Nggak berani, Mbak. Sadar diri,” Kirana tertawa. “Beraninya ngelirik dari jauh doang.”

Widya pun ikut tertawa. Dia paham betul akan sikap Kirana yang selalu perduli dengan kedua orangtuanya. Kirana lebih memilih membantu kedua orangtuanya daripada menghabiskan waktu memikirkan kesenangan pribadinya. Bahkan saat kuliah, Kirana bekerja partime sebagai pelayan cafe setiap akhir pekan.

Saat asyik berbincang sambil praktek pekerjaan, telepon di meja Widya berbunyi.

“Kamu perhatikan cara saya menjawab telepon ya, Ki,” pesan Widya sebelum mengangkat teleponnya.

Ternyata panggilan dari HRD yang meminta Kirana untuk turun menandatangani kontrak kerja dan urusan administrasi lainnya.

Kirana pun pamit pada Widya dan bergegas turun ke ruang HRD. 30 menit kemudian Kirana sudah kembali masuk lift menuju lantai 15. Saat keluar dari lift, dia berpapasan dengan 2 orang pria tampan yang juga baru keluar dari pintu lift lainnya.

“Selamat pagi, Pak.” Kirana membungkukan badannya sebagai tanda hormat.

Pria yang lebih tinggi dengan jas biru dongkernya hanya melirik sekilas tanpa menjawab apapun, sementara pria lainnya yang berjas abu-abu membalas dengan anggukan.

“Selamat pagi,” balas si pria berjas abu-abu.

Keduanya mendahului Kirana menuju arah yang sama. Kirana yakin kalau keduanya adalah Pak Sebastian Pratama dan Dion asistennya.

“Sesuai informasi Mbak Wid kalau Pak Sebastian itu pria yang angkuh dan dingin. Hufftt semoga saja dia bisa menerima aku sebagai sekretarisnya,” batin Kirana.

Sampai di ruangan ternyata benar tebakan Kirana. Pria berjas abu-abu itu berdiri di belakang meja yang posisinya lebih dekat ke pintu. Terlihat pria itu sedang melepas jasnya.

“Yon, kenalin ini Kirana, yang akan menggantikan saya,” Widya memperkenalkan Kirana yang belum lama masuk.

Mereka pun bersalaman dan saling menyebutkan nama. Kirana memperhatikan Dion dalam pandangan matanya namun tidak terang-terangan.

“Mohon bantuannya ke depan Pak Dion.”

“Pak Dion ? Kamu panggil Mbak Widya dengan sebutan Mbak, lalu saya bapak. Apa tampang saya lebih tua dari Mbak Wid ?” protes Dion dengan wajah kesal.

Widya dan Kirana tertawa.

“Maaf, saya takut salah panggil, jadi cari aman saja. Jadi sebaiknya saya panggil kakak atau mas Dion ?” tanya Kirana dengan sopan.

“Terserah kamu aja,” Dion mendengus dan kembali ke mejanya.

“Panggil Mas Dion aja, Ki. Kamu panggil saya mbak, jadi panggil Dion mas aja.”Widya yang menyahut.

“Oke Mbak !” Kirana mengangkat ibu jarinya sambil mengedip sebelah.

“Ekhhemm.”

Tepat saat itu suara dari balik pintu mengagetkannya. Kirana langsung mengelus dadanya.

“Ya ampun Pak, bikin kaget orang aja,” tutur Kirana sambil menepuk-nepuk pelan dadanya.

Widya dan Dion terkejut dan saling berpandangan. Mereka bersiap-siap mendengar omelan Sebastisn yang sudah mengerutkan dahinya sambil menatap tajam gadis yang berdiri di depannya.

Menyadari tidak ada sahutan dari Widya maupun Dion serta melihat tatapan tajam calon bossnya, Kirana langsung berusaha bersikap netral kembali. Dia sempat meirik Widya dan Dion, seolah-olah berteriak minta tolong dibebaskan dari tatapan tajam Sebastian.

“Ngg… ma-af Pak,” suara terbata keluar dari mulut Kirana sambil menundukkan kepalanya.

Sebastian masih berdiam dengan tatapan tajam memandang Kirana. Salah satu tangannya memegang handel pintu.

Widya cepat-cepat mendekat dan berdiri di sebelah Kirana.

“Pak Bas, kenalkan ini yang namanya Kirana. Dia yang akan menggantikan saya,” Widya memperkenalkan Kirana untuk menetralkan suasana.

Widya mendorong pelan pinggang Kirana untuk maju mendekat ke arah Sebastian.

“Selamat pagi Pak Sebastian, perkenalkan saya Kirana. Saya…”

“Dion, masuk ke ruangan saya !”

Tanpa memperdulikan Kirana yang sudah mengulurkan tangannya, Sebastian malah mengalihkan pandangannya pada Dion dan menyuruh asistennya masuk.

Kirana masih terbengong dengan tangan terulur mendapat perlakuan Sebastian yang terlihat tidak suka padanya.

Widya menepuk bahu Kirana dan menyuruhnya kembali ke meja mereka, sementara Dion bersiap masuk dengan tab di tangannya.

“Mas Dion,” panggil Kirana setengah berbisik.

Dion berhenti di depan pintu yang sedikit terbuka dan menoleh saat Kirana memanggilnya.

“Semangat !” Kirana mengangkat tangannya memberi tanda semangat pada Dion sambil tersenyum.

Dion sempat menggelengkan kepalanya dan ikut tersenyum, sementara Widya juga menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Kirana yang terlalu bersemangat.

Kirana kembali ke mejanya dan meneruskan pembelajarannya pada Widya.

Kira-kira 30 menit kemudian, Dion keluar dari ruangan Sebastian dan kembali ke meja kerjanya.

Kirana dengan penuh perhatian mendengarkan Widya hingga tidak terasa tiba waktu makan siang.

“Mbak Wid, apa kita tidak perlu menawarkan makan siang pada Pak Bas ?”

Widya menggeleng sambil mematikan komputernya dan menyiapkan tas kecil berisi dompet dan handphone.

“Biasanya Pak Bas langsung dengan Dion, kecuali memang ada pesan untuk kita.”

Bianca mengangguk-anggukan kepalanya. Dia melirik ke arah meja Dion yang sudah bersiap-siap juga.

“Makan siang keluar, Yon ?” tanya Widya saat melihat rekannya juga bersiap-siap.

“Mau ikut kalian. Tadi Pak Bastian membebaskan saya untuk makan siang sendiri.”

“Sip lah kalau begitu,” Kirana mengacungkan jempolnya dengan senyum lebarnya.

“Ki, selalu ingat mematikan komputer atau laptop setiap kamu akan meninggalkan ruangan cukup lama,” pesan Widya.

Kirana mengangguk sebagai jawaban pesan Widya. Ketiganya keluar bersama meninggalkan ruangan.

“Memangnya tidak aman, Mbak ? Bukannya lantai ini khusus untuk Pak Sebastian ?”

“Buat jaga-jaga Bi, data di komputer kamu kan berisi data-data yang berkaitan dengan CEO. Dan hanya komputer di lantai 15 dan 16 yang diberi proteksi, tidak boleh dibuka oleh bagian IT tanpa seijin Pak Sebastian atau Pak Ruchard,” Dion yang menjawab sekaligus memberikan penjelasan.

“Apa sering ada hacker yang berusaha membobol data perusahaan ?” Kirana bertanya dengan wajah bingung.

Dion dan Widya tertawa melihat reaksi Kirana. Ketiganya sudah memasuki lift menuju lantai dasar, tempat kantin karyawan.

“Kamu lupa kalau bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, Ki ?” tanya Widya.

“Oh iya ya,” Kirana tersenyum lebar sambil menepuk jidatnya sendiri. “Berarti bukan di hacker tapi banyak hacker.”

“Hussstt,” Widya meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. “Ingat Ki, harus mulai belajar bicara hati-hati.”

“Maaf, Mbak,” Kiranya tersenyum kikuk.

Pembiacraan mereka pun terhenti karena semakin ke bawah, karyawan yang akan pergi makan siang mulai bertambah masuk ke dalam lift.

Kirana memperhatikan satu persatu karyawan yang masuk ke dalam lift terlihat sangat segan dan hormar pada kedua rekan barunya itu.

Terpopuler

Comments

Yuli Yuli

Yuli Yuli

ya tu nm anaknya SM ibunya dgnti jg

2024-03-20

0

Renesme Kiky

Renesme Kiky

kok Bianca

2023-02-05

1

Ayuna

Ayuna

yg kasih semangat Kirana ke dion😂

2023-01-14

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hari Pernikahan
2 Bab 2 Pengkhianatan
3 Bab 3 Sekretaris Pengganti
4 Bab 4 Mulai Bekerja
5 Bab 5 Setelah 2 Minggu
6 Bab 6 Perpisahan Widya
7 Bab 7 Masa Percobaan
8 Bab 8 Bersikap Profesional
9 Bab 9 Mulai Perhatian
10 Bab 10 Undangan Pesta
11 Bab 11 Calon Istri
12 Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13 Bab 13 Cerita Teman Lama
14 Bab 14 Minta Penjelasan
15 Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16 Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17 Bab 17 Ketemu Mantan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Pacaran Yuk !
20 Bab 20 Drama Honey Bee
21 Bab 21 Tamu Tak Diundang
22 Bab 22 Bukan Penculikan
23 Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24 Bab 24 Ketapel Cinta
25 Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26 Bab 26 Anak Siapa ?
27 Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28 Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29 Bab 29 Ajakan Bertemu
30 Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31 Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32 Bab 32 Family Time
33 Bab 33 Sebuah Jawaban
34 Bab 34 Jangan Dendam
35 Bab 35 Panggilan Tugas
36 Bab 36 Pertemuan di Mal
37 Bab 37 Masih di Mal
38 Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39 Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40 Bab 40 Menghilang
41 Bab 41 Bertemu Shera
42 Ban 42 Merindukanmu
43 Bab 43 Tidak Merindukanmu
44 Bab 44 Kemarahan Kirana
45 Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46 Bab 46 Kecelakaan Kendra
47 Bab 47 Usaha Sebastian
48 Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49 Bab 49 Will You Marry Me ?
50 Bab 50 Rencana Lamaran
51 Bab 51 Meminta Restu
52 Bab 52 Tak Tergoyahkan
53 Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54 Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55 Bab 55 Rencana yang Tertunda
56 Bab 56 Permintaan yang Sulit
57 Bab 57 Bertemu Mommy
58 Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59 Bab 59 Makan Siang
60 Bab 60 Pertemuan Sosialita
61 Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62 Bab 62 Melepas Rindu
63 Bab 63 Provokasi Shera
64 Bab 64 Ajakan Makan Malam
65 Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66 Bab 66 Bantuan Sahabat
67 Bab 67 Sekelebat Fakta
68 Bab 68 Bertemu Steven
69 Jalur Koneksi
70 Bab 70 Tantangan Kirana
71 Bab 71 Keputusan Steven
72 Bab 72 Keputusan Sebastian
73 Bab 74 Rencana Sebastian
74 Bab 75 Memancing di Air Keruh
75 Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76 Menyetujui Permintaan Steven
77 Bab 78 Tes DNA
78 Bab 79 Rencana Masa Depan
79 Pengakuan Shera
80 Kenyataan yang Menyakitkan
81 Kekesalan Kirana
82 Aksi Dendam yang Gagal
83 Kemarahan Steven
84 Karena Aku Mencintaimu
85 Mengulang Kembali
86 Gara-gara Deja Vu
87 Hari Bahagia
88 Bukan yang Pertama dan Terakhir
89 Terima kasih dan Info
90 Kegundahan Hati Kirana
91 Berita Bahagia
92 Ingin Bertemu Steven
93 Para Wanita yang Merepotkan
94 Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95 Berbagi Kabar Bahagia
96 Bumil yang Berubah-ubah
97 Tentang Renata dan Reina
98 Ngidam yang Aneh
99 Bagaikan Amplop dan Perangko
100 Pertemuan dengan Tuan Alexander
101 Ulat Bulu yang Bikin Mual
102 Obrolan Makan Siang
103 Kedatangan Sebastian
104 Pertengkaran Pertama
105 Maafkan Aku
106 Aksi Para Jones
107 Aksi Mommy Amelia
108 Sepenggal Cinta Bara
109 Kenangan Tentang Cinta
110 Mengusir Ulat Bulu
111 Istri Kesayangan
112 Makan Siang
113 Ungkapan Hati Bara
114 Bertemu Renata (Lagi)
115 Kekalutan Renata
116 Pamitan
117 Penyesalan Renata
118 Pengakuan Cinta
119 Kelahiran Para Penerus
120 Ronald dan Roland Pratama
121 Sisi Gelap Shera
122 Pillow Talk
123 Papa Pasti Kembali
124 Akhir Sebuah Rasa
125 Yang Pertama dan Terakhir
126 Ibarat Pohon Buah
127 Selalu Mencintaimu
128 Promo Novel Baru
129 Rilis Novel Baru
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 1 Hari Pernikahan
2
Bab 2 Pengkhianatan
3
Bab 3 Sekretaris Pengganti
4
Bab 4 Mulai Bekerja
5
Bab 5 Setelah 2 Minggu
6
Bab 6 Perpisahan Widya
7
Bab 7 Masa Percobaan
8
Bab 8 Bersikap Profesional
9
Bab 9 Mulai Perhatian
10
Bab 10 Undangan Pesta
11
Bab 11 Calon Istri
12
Bab 12 Memperkenalkan Calon Istri
13
Bab 13 Cerita Teman Lama
14
Bab 14 Minta Penjelasan
15
Bab 15 Keponya Mommy Amelia
16
Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
17
Bab 17 Ketemu Mantan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Pacaran Yuk !
20
Bab 20 Drama Honey Bee
21
Bab 21 Tamu Tak Diundang
22
Bab 22 Bukan Penculikan
23
Bab 23 Kenapa Kamu Mencintaiku ?
24
Bab 24 Ketapel Cinta
25
Bab 25 DLBK Bukan CLBK
26
Bab 26 Anak Siapa ?
27
Bab 27 Cerita dari Masa Lalu
28
Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
29
Bab 29 Ajakan Bertemu
30
Bab 30 Bertemu Tante Rosa
31
Bab 31 Selalu Ada Untukmu
32
Bab 32 Family Time
33
Bab 33 Sebuah Jawaban
34
Bab 34 Jangan Dendam
35
Bab 35 Panggilan Tugas
36
Bab 36 Pertemuan di Mal
37
Bab 37 Masih di Mal
38
Bab 38 Cinta yang Sesungguhnya
39
Bab 39 Pesan yang Menyakitkan
40
Bab 40 Menghilang
41
Bab 41 Bertemu Shera
42
Ban 42 Merindukanmu
43
Bab 43 Tidak Merindukanmu
44
Bab 44 Kemarahan Kirana
45
Bab 45 Dia Bukan Siapa-Siapa
46
Bab 46 Kecelakaan Kendra
47
Bab 47 Usaha Sebastian
48
Bab 48 Bertemunya Masa Lalu dan Masa Depan
49
Bab 49 Will You Marry Me ?
50
Bab 50 Rencana Lamaran
51
Bab 51 Meminta Restu
52
Bab 52 Tak Tergoyahkan
53
Bab 53 Lamaran dan Orang Ketiga
54
Bab 54 Dugaan yang Terbukti
55
Bab 55 Rencana yang Tertunda
56
Bab 56 Permintaan yang Sulit
57
Bab 57 Bertemu Mommy
58
Bab 58 Sisi Lain Mommy Amelia
59
Bab 59 Makan Siang
60
Bab 60 Pertemuan Sosialita
61
Bab 61 Wanita-wanita Kuat
62
Bab 62 Melepas Rindu
63
Bab 63 Provokasi Shera
64
Bab 64 Ajakan Makan Malam
65
Bab 65 Dukungan Sahabat Lama
66
Bab 66 Bantuan Sahabat
67
Bab 67 Sekelebat Fakta
68
Bab 68 Bertemu Steven
69
Jalur Koneksi
70
Bab 70 Tantangan Kirana
71
Bab 71 Keputusan Steven
72
Bab 72 Keputusan Sebastian
73
Bab 74 Rencana Sebastian
74
Bab 75 Memancing di Air Keruh
75
Bab 76 Pembiacaraan Dari Hati ke Hati
76
Menyetujui Permintaan Steven
77
Bab 78 Tes DNA
78
Bab 79 Rencana Masa Depan
79
Pengakuan Shera
80
Kenyataan yang Menyakitkan
81
Kekesalan Kirana
82
Aksi Dendam yang Gagal
83
Kemarahan Steven
84
Karena Aku Mencintaimu
85
Mengulang Kembali
86
Gara-gara Deja Vu
87
Hari Bahagia
88
Bukan yang Pertama dan Terakhir
89
Terima kasih dan Info
90
Kegundahan Hati Kirana
91
Berita Bahagia
92
Ingin Bertemu Steven
93
Para Wanita yang Merepotkan
94
Masa Lalu di Tengah Kebahagiaan
95
Berbagi Kabar Bahagia
96
Bumil yang Berubah-ubah
97
Tentang Renata dan Reina
98
Ngidam yang Aneh
99
Bagaikan Amplop dan Perangko
100
Pertemuan dengan Tuan Alexander
101
Ulat Bulu yang Bikin Mual
102
Obrolan Makan Siang
103
Kedatangan Sebastian
104
Pertengkaran Pertama
105
Maafkan Aku
106
Aksi Para Jones
107
Aksi Mommy Amelia
108
Sepenggal Cinta Bara
109
Kenangan Tentang Cinta
110
Mengusir Ulat Bulu
111
Istri Kesayangan
112
Makan Siang
113
Ungkapan Hati Bara
114
Bertemu Renata (Lagi)
115
Kekalutan Renata
116
Pamitan
117
Penyesalan Renata
118
Pengakuan Cinta
119
Kelahiran Para Penerus
120
Ronald dan Roland Pratama
121
Sisi Gelap Shera
122
Pillow Talk
123
Papa Pasti Kembali
124
Akhir Sebuah Rasa
125
Yang Pertama dan Terakhir
126
Ibarat Pohon Buah
127
Selalu Mencintaimu
128
Promo Novel Baru
129
Rilis Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!