#4

Mia dan si setan berkepala plontos pun berjalan menuju rumah si setan berkepala plontos ketika ia masih hidup.

Mereka berjalan kaki cukup jauh.

“Kenapa? Kenapa kita tidak terbang seperti hantu-hantu yang ada di video-video penampakan itu!!!” tanya Mia ngos-ngosan, kelelahan.

Kaki nya sampai pegal rasa nya. Aneh memang setelah jadi hantu pun dia merasakan rasa pegal akibat berjalan lama.

“Jangan kira hantu itu semua nya bisa terbang. Hantu-hantu kelas teri seperti kita, jangan kan terbang memegang hidung untuk mengusir bau kentut manusia saja sulit.” Celetuk Tejo.

“ Huft! Ternyata di dunia persetanan ini tidak semudah yang terlihat di video-video yang viral pada zaman nya. Bukti nya ada strata sosial lah! Ada level kehantuan lah! Tidak semudah yang aku pikirkan.” Ucap Mia sambil memukul-mukul betis nya.

Setelah cukup lama berjalan, akhir Mia dan Tejo pun sampai di kediaman Tejo.

“Ayo masuk!” ucap Tejo sambil melewati pagar kecil di ujung pagar nya yang super besar dan panjang itu.

“kenapa lewat situ? Kenapa tidak dari gerbang utama saja?” tanya Mia kepo.

“Disana di tempelin jimat oleh mereka karena waktu itu ada orang indihome eh maksud nya indigo yang mengatakan kalau istri ku sedang di gangguin makhluk halus, yang tidak lain dan tidak bukan adalah diri ku.” Tejo menjelaskan alasan nya mengapa ia tidak bisa menggunakan gerbang keluar masuk para tamu biasanya.

Bukan karena gerbang utama itu berdiri tinggi dengan congkak nya namun karena ada jimat disana.

“Mereka sampai sebegitu nya dengan mu Tejo?” tanya Mia.

“Begitu lah!

“Ini dia rumah ku!!” Ujar Tejo

Mia langsung mengikuti tangan Tejo. “Wow sungguh rumah yang besar!” gumam Mia kagum.

Usai mengagumi rumah Tejo yang super duper besar, tanpa sengaja Mia melihat seorang wanita dan seorang pria. Mereka sedang asik berbicara dan tertawa di taman yang di tengah-tengah nya di tumbuhi oleh bunga-bunga.

"Itu adalah istri ku! Dan pria yang disebelahnya ini adalah selingkuhan nya!" Jelas Tejo, sambil mencibir pada wanita dan pria, yang tidak sadar ada setan yang sedang mencibir mereka.

"Jadi bagaimana cara mu untuk menakut-nakuti mereka?" Tanya Mia penasaran karena sepenglihatan Mia, teman nya, si setan berkepala plontos ini sedari tadi hanya sibuk memukul-memukul dan menendang-nendang kedua orang itu.

Namun jangan kena dan membuat kedua orang itu merasa sakit, semua gerakan nya bahkan tidak menyentuh kulit kedua orang itu sedikit pun..

"Itu lah permasalahan nya, hantu yang baru mati selama setahun seperti ku ini, tidak memiliki kekuatan untuk bersentuhan langsung dengan benda atau pun manusia!" Jawab nya, lirih dan melihat kedua tangannya dengan tatapan tidak berguna.

Tejo akhirnya terduduk di atas rumput di taman itu. Mia mendekatinya dan ikut – ikutan duduk disebelahnya.

Tejo melihat penuh kesedihan pada sang istri yang telah tega membunuhnya dan mengubur nya di taman itu.

"Aku menyesal telah menjadi orang yang arrogant selama aku hidup di dunia." Ucapnya pelan.

"Andainya aku tidak sombong dengan harta dan kepintaran ku, aku pasti sudah memiliki banyak teman. Dan teman-teman ku pasti saat ini akan mencari ku karena aku menghilang selama setaghun tanpa kabar berita." Lanjutnya, dengan penuh penyesalan.

"Sudahlah, itu lah yang disebut dengan penyesalan. Yang nama nya penyesalan memang selalu datang belakangan. Kalau dia datang di awal, itu nama nya pendaftaran." Ujar Mia, mencoba menghibur Tejo sambil menepuk- nepuk punggung Tejo.

Mia dan si setan berkepala plontos akhirnya berbincang-bincang di samping istri Tejo yang sedang asik berbincang dengan selingkuhan nya.

"Apa ini yang kau lakukan selama setahun ini?" Tanya Mia pada Tejo.

"Ya begitu lah. Aku selalu ada disini sepanjang hari, melihat nya melakukan aktivitas normalnya setelah melakukan pembunuhan pada ku." ujar Tejo kembali lirih.