Suatu hari Angel merawat pria tersebut karena pria tersebut melukai dirinya sendiri.
"Kenapa melukai diri sendiri?" tanya Angel dengan nada lembut.
Pria tersebut hanya diam tanpa bicara sedikitpun hanya memperhatikan wajah Angel membuat Angel tersenyum.
"Sudah selesai," ucap Angel.
Angel membereskan perlengkapan dokternya untuk dimasukkan ke dalam tasnya bersamaan ponselnya berdering.
"Aku angkat telepon dulu ya," ucap Angel sambil membuka tasnya.
Walau pria tersebut tidak menjawab ucapan Angel tapi Angel selalu bicara agar pria itu mau bicara terlebih Angel memperlakukan semua pasien seperti pasien pada umumnya bukan pasien orang yang mengalami gangguan jiwa.
Angel menggeser tombol berwarna hijau kemudian menempelkan ponselnya ke telinganya tanpa melihat siapa yang menghubungi dirinya karena arah pandangannya ke pria tersebut.
("Hallo," panggil Angel)
("Hallo Doktor Angel, das ist Doktor Steven", sagte Doktor Steven und stellte sich vor).
("Hallo dokter Angel, ini dokter Steven," ucap dokter Steven memperkenalkan dirinya).
("Sorry, can you use English?" Angel asked).
("Maaf, apakah bisa menggunakan bahasa Inggris?" tanya Angel).
("Es tut mir leid, ich spreche nur Deutsch und Französisch", antwortete Doktor Steven).
("Maafkan saya, saya hanya bisa bahasa Jerman dan Perancis," jawab dokter Steven).
("Aduh aku tidak bisa bahasa Jerman dan Perancis," ucap Angel)
("Tut mir leid, ich verstehe nicht, was Doktor Angel gesagt hat", sagte Doktor Steven).
("Maaf, saya tidak mengerti apa yang dokter Angel katakan," ucap dokter Steven).
("Speaker," ucap pria tersebut yang sejak tadi diam).
Angel sangat terkejut karena pria tersebut mulai bicara namun Angel langsung menepisnya karena ada yang lebih penting. Angel melakukan permintaan pria tersebut walau dirinya sangat bingung akan apa yang akan dilakukan oleh pria tersebut.
("Tut mir leid, Doktor Angel, bist du noch da?", fragte Doktor Steven).
("Maaf dokter Angel, masih ada di sana?" tanya dokter Steven).
("Doktor Angel ist immer noch hier", antwortete der Mann)
("Dokter Angel masih ada di sini," jawab pria tersebut).
("Maaf ini siapa?" tanya dokter Steven).
.....
("Sorry, this is my friend who happens to be able to speak German," said Angel because the man was confused about his name).
("Maaf ini temanku yang kebetulan bisa bahasa Jerman," ucap Angel karena pria tersebut bingung menyebutkan namanya).
("Entschuldigung, das ist mein Freund, der zufällig Deutsch spricht", sagte der Mann).1
("Maaf ini temanku yang kebetulan bisa bahasa Jerman," ucap pria tersebut).
("Okay, wir von der Vereinigung der Ärzte, die Geisteskranke behandeln, möchten Doktor Angel einladen, zu der Veranstaltung zu kommen", erklärte Doktor Steven).
("Oke, kami dari perkumpulan dokter yang menangani pasien gangguan jiwa ingin mengundang dokter Angel untuk datang ke acara tersebut," ucap dokter Steven menjelaskan).
("Apa yang dikatakannya?"tanya dokter Angel dengan suara pelan).
("Oke, kami dari perkumpulan dokter yang menangani pasien gangguan jiwa ingin mengundang dokter Angel untuk datang ke acara tersebut," ucap pria tersebut menjelaskan).
("Katakan di tunggu undangan resminya dan apakah yang di undang semua dokter dari semua negara? tanya Angel)
("Doktor Angel hat gefragt, ob alle Ärzte aus allen Ländern eingeladen sind?", fragte der Mann).
("Dokter Angel bertanya apakah semua dokter dari semua negara di undang?" tanya pria tersebut).
("Ya, kalau bersedia datang kami akan mengirimkan undangannya," jawab dokter Steven).
("Apa yang dikatakannya?"tanya dokter Angel dengan suara pelan).
("Ya, kalau bersedia datang kami akan mengirimkan undangannya," jawab pria tersebut).
("Ok, aku tunggu undangannya," jawab Angel).
("Ok, ich warte auf die Einladung", antwortete der Mann).
("Ok, aku tunggu undangannya," jawab pria tersebut).
("Ok, danke", antwortete Doktor Steven).
("Ok, terima kasih," jawab dokter Steven).
("Gern geschehen", antwortete der Mann).
("Sama-sama," jawab pria tersebut).
Tut Tut Tut Tut
Sambungan komunikasi langsung terputus kemudian Angel menatap ke arah pria tersebut.
"Tadi dokter Steven bilang apa?" tanya Angel yang masih penasaran.
"Hanya bilang Ok, terima kasih terus aku bilang sama-sama," jawab pria tersebut.
"Tuan sangat hebat bisa bicara bahasa Jerman, selain bahasa Jerman bisa bahasa apa lagi?" tanya Angel.
"Yunani, Spanyol, Perancis dan Inggris," jawab pria tersebut.
Angel sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh pria tersebut dan dirinya baru menemukan bahwa meski otaknya geser, pria tersebut sangat pintar karena pria tersebut bisa berbicara lima bahasa.
Angel menduga, dulunya pria ini pastinya dari keluarga kaya. Ketampanan dan kecerdasan pria ini menarik hati Angel.
"Apakah tuan ingat siapa nama tuan?" tanya Angel.
"Aku tidak ingat siapa namaku," jawab pria tersebut.
"Bagaimana kalau aku kasih nama Angelo dan aku memanggilnya dengan sebutan kak Angelo. Apakah kak Angelo suka dengan nama itu?" tanya Angel sambil tersenyum karena pria tersebut mau bicara karena sudah beberapa hari selalu diam.
"Suka," jawab Angelo singkat.
"Kalau begitu kak Angelo, aku mau melihat dan memeriksa pasien lainnya," ucap Angel.
Angelo hanya diam tapi pandangannya kembali kosong seperti biasanya. Angel hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian pergi meninggalkan Angelo.
Namun belum ada satu jam Angelo berteriak histeris membuat salah satu perawat berlari untuk memanggil Angel.
"Dokter Angel," panggil perawat tersebut ketika menemukan Angel sedang memeriksa pasien lainnya.
"Iya ada apa?" tanya Angel.
"Pasien yang waktu itu ditemukan dokter Angel di pemukiman penduduk." ucap perawat tersebut sambil mengatur napasnya karena habis berlari.
"Ada apa dengan Angelo?" tanya Angel.
"Angelo?" tanya ulang perawat tersebut.
"Pria itu tidak tahu namanya karena itulah aku kasih nama Angelo. Ada apa dengan Angelo?" tanya Angel mengulangi perkataannya.
"Angelo berteriak histeris," ucap perawat tersebut.
"Apa? Baik aku akan ke sana," ucap Angel.
Angel dengan cepat merapikan perlengkapan dokternya kemudian berjalan dengan cepat diikuti oleh perawat menuju ke ruangan Angelo.
"Deliaaa!!!! Delaaaa!!!" teriak Angelo histeris
"Kak Angelo," panggil Angel dengan suara lembut sambil melangkahkan kakinya ke arah Angelo tanpa ada rasa takut sedikitpun.
Grep
"Hiks .... Hiks .... Hiks ... Delia ... Hiks ... Hiks ... Dela..." ucap Angelo sambil terisak dan memeluk Angel.
Angel hanya diam dan membiarkan Angelo memeluk dirinya sambil mengusap punggung Angelo. Setelah beberapa saat Angelo mulai tenang dan tidak menangis lagi.
"Sekarang kak Angelo tidur ya," pinta Angel dengan nada masih lembut.
Angelo dengan patuh mengikuti permintaan Angel. Angelo berbaring di ranjang dan tidak berapa lama Angelo tidur dengan pulas. Angel dan perawat tersebut menghembuskan nafasnya dengan lega dan mereka pergi meninggalkan ruangan Angelo.
Beberapa hari ini Angelo suka tiba-tiba menangis dan secara konstan menyebut dua nama yaitu Delia dan Dela. Hanya Angel yang bisa menenangkan pria tersebut ketika Angelo sedang berteriak histeris.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Susi Susiyati
makin penasaran knpa bs gila,,,,
dr sekian bnyk pilihan nama np jd angelo yg di pilih...
2023-06-22
0
Yayuk Triatmaja
sebentar author akan cek. Maaf
2023-06-02
1
Iges Satria
di bab 1 angel perawat, tp di bab ini kok malah dokter, piye ? mana yg bener?
2023-06-02
1