Sedang asyik-asyiknya mencuci sepeda motor bebek butut miliknya, Jono disamperin emak di samping rumah. Karena sambil bersiul-siul menyanyikan lagu dangdut kesukaannya, Jono jadi tak mendengar kalau dari dalam rumah tadi emak sudah memanggilnya. Dari bibir Jono masih terdengar siulan berirama lagu dangdut dari Lesti yang sangat disukai olehnya berjudul Egois.
"Jono!" teriak Emak kesal.
Pemuda berusia dua puluhan itu kaget dan spontan menoleh.
"Ya, Mak?" sahut Jono.
"Ya, Mak! Ya, Mak! Dipanggil-panggil dari tadi kagak nyaut! Budek, lu?!" Emak nyap-nyap.
"Gantiin Bapak lu, tu. Jaga malam!" perintah Emak.
"Emang Bapak ke mana, Mak?" Jono menyudahi pekerjaannya mencuci sepeda motor bebek yang sudah butut, berwarna merah pudar karena termakan usia.
"Bapak lu sakit, meriang!" seru Emak kesal banget.
Tanpa pikir panjang, Jono mengangguk.
"Iya, deh. Jono yang jaga ntar malam."
"Jangan telat, lu. Bakda maghrib udah di pos!" Emak mengingatkan.
"Iya, Maaak ... Cerewet amat, sih?" Jono menaikkan sadel motornya dan mengambil kain lap dari dalam bagasi.
Emak tak berkomentar lagi, ia bergegas masuk ke rumah. Jono kembali sibuk dengan motor bututnya itu. Kali ini dia mengelap bodi motor yang masih basah bekas dicuci.
"Jonooo!" suara cempreng Emak terdengar lagi.
"Ya, Maaak?" sahut Jono cepat.
"Ke warung, gih! Beliin Bapak lu koyok cabe!" titah Emak beruntun.
"Ribet amat, ah. Timbang beli koyo cabe doang, gua jugak yang digeret-geret. Suruh Si To'ing ngapa?" Jono ngedumel sendiri.
"Jonooo!" teriak Emak semakin kesal.
"I-iya, iya, Mak!" Jono menaruh kain lap di sadel motor dan bergegas pergi ke warung.
Meski Emak terlihat cerewet, tapi ia sangat menyayangi Jono, anak semata wayang yang tiada gantinya. Jono juga meski kadang-kadang suka ngedumel sendiri karena kesal sama emak, tapi dia tidak pernah membantah perintah emak atau bapak. Jono adalah tipe anak penurut. Makhluk langka di jaman sekarang ini.
Bapak merintih di dalam kamar. Badannya panas dingin, meski sudah pakai jaket tebal dan selimutan, ia masih menggelepar seperti orang terjebak salju di kutub utara. Emak hilir-mudik keluar masuk kamar. Meski bukan baru sekali ini bapak sakit, tapi namanya bini mana ada yang bisa tenang kalau suaminya sakit.
"Ke mana sih, si Jon? Disuruh beli koyo cabe doang, lamanya minta ampun!" Emak ngomel-ngomel sendiri.
"Untuk apa koyo cabe?" Bapak bersuara dari dalam kamar.
Emak masuk lagi ke kamar.
"Ya, buat ditempel di badan Bapak, biar rada anget!"
Bapak masih menggigil di balik selimut.
"Jangan koyo cabe, jamu tolak angin ....." ujar Bapak mengeletar.
"Iya, ntar nunggu Jono balik dari warung," sahut Emak.
Tiba-tiba Jono datang dan mengeruk pintu kamar rumah yang sederhana itu.
"Mak, ini koyo cabenya." Jono mengeluarkan koyo cabe yang tadi dibeli dari dalam kantong baju.
Pintu kamar terbuka, Emak menyembul dari dalam.
"Beliin Bapak lu, jamu tolak angin, gih!" perintah Emak lagi.
Jono melongo. Bengong.
"Kenapa tadi nggak sekalian, Mak?" Jono protes.
"Barusan ini Bapak lu ngomong, minta jamu tolak angin," Emak berkilah.
"Ribet amat deh, ah!" Jono balik badan.
"Eh, mau ke mana, lu?! Disuruh orang tua juga. Durhaka sama orang tua, jadi batu baru tau rasa, lu!" Emak nyolot.
Jono berhenti melangkah dan menoleh ke arah Emak.
"Katanya Bapak minta jamu tolak angin. Gimana, sih?" ucap Jono. Ada ekspresi kesal di wajahnya.
"Oh, Mak kira lu mau ngeloyor ke mana gitu," Emak nyengir.
Jono beranjak pergi ke samping rumah, mengambil sepeda motornya.
"Masih ada duit, lu?" tanya Emak.
"Ada kalau cuma beli jamu, doang!"
Jono mengengkol tuas starter mesin sepeda motornya dan mesin motor bebek butut itu menyala. Suaranya terdengar sember. Maklum motor tua.
...****************...
Di tempat jualan jamu di pinggir jalan dekat perempatan. Jono menghentikan sepeda motornya. Lalu bergegas memesan jamu yang diminta oleh Bapak. Jamu tolak angin.
"Bang, jamunya satu, dibungkus," ujar Jono sambil melihat-lihat isi gerobak jamu.
"Jamu itu banyak, Dek. Jamu apaan?" tanya si penjual jamu bingung.
Jono nyengir.
"Jamu tolak angin, Bang."
Tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti di depan gerobak jamu. Kaca mobil berlapis filter warna hitam gelap turun perlahan. Di dalam mobil tampak dua orang cewek cantik sepantaran Jono, menoleh ke luar.
"Ciieee ... Jono minum jamu, kayak putri keraton aja!"
Jono menoleh kaget, karena mendengar namanya disebut-sebut. Olalaaa ... ternyata si kembar Kayla dan Kayli yang berada di dalam mobil sport itu. Jono cuma nyengir karena diledek begitu rupa oleh Kayla.
"Lo, minum jamu kuat, Jon?" ledek Kayli yang duduk di belakang stir mobil.
"Jamu tolak miskin!" balas Jono asal-asalan.
"Eh, ntar malem lo main ke komplek, ya?" ujar Kayla.
"Emang ntar malam mau ke komplek. Aku jaga malam gantikan Bapak," sahut Jono polos.
"Asyik! Udah berapa hari lo nggak main ke komplek? Kita semua kangen, lho?" ujar Kayli menimpali.
"Males sering-sering ketemu kalian," Jono beralasan.
"Emang kenapa?" ujar Kayla heran.
"Takut aja kalian jatuh cinta sama aku," Jono nyengir.
Si kembar Kayla dan Kayli merengut kesal karena merasa dipermainkan. Begitulah Jono, pemuda sederhana yang menjadi teman akrab bagi anak-anak komplek. Selain ringan tangan membantu, Jono juga polos dan baik hati. Suka bercanda kepada teman-temannya dan tak pernah sakit hati meski diledek abis-abisan oleh anak-anak komplek.
...****************...
Pukul tujuh malam, Jono sudah mangkal di pos penjagaan perumahan Citra Regency. Teman jaganya Pak Tohir belum datang, tadi dia juga sudah menelepon kalau datang agak terlambat karena ban motornya gembos di jalan dan sedang ditambal.
Untuk membuang rasa sepi, Jono menyetel televisi yang ada di dalam pos. Dia memilih chanel yang menayangkan lagu-lagu dangdut.
"Hari gini nonton televisi, emang masih musim?" Kayla berdiri di depan pintu pos.
Jono sontak berdiri dan keluar dari pos. Dia juga melihat Kayli berdiri di dekat portal yang palangnya masih di atas.
"Ngapain di situ, mau gantung diri?" tegur Jono iseng.
"Nggak ada yang lebih jelek permintaan lo, ke gue?" sahut Kayli pura-pura kesal.
Jono tertawa.
"Becandaaa ... gitu doang diambil hati?" ujar Jono sambil senyum-senyum.
Kayli melangkah maju mendekati Jono. Kedua tangan cewek cakep berambut sebahu itu berada di belakang seperti menyembunyikan sesuatu. Ketika sudah berhadapan dengan Jono, tiba-tiba Kayli mengulurkan tangannya ke depan.
"Taraaa!" teriak Kayli dan Kayla berbarengan.
Jono bengong melihat ada kotak kecil dihiasi pita dengan bunga di ujungnya. Tiba-tiba muncul Tiara, Diana, Meiske dan beberapa orang lagi anak-anak komplek yang dekat dengan Jono.
"Selamat ulang tahun, Jonooo ..." seru mereka berbarengan.
Lalu mereka menyalami Jono bergantian. Tentu saja pemuda 20 tahun itu kaget bukan main. Di keluarganya memang tidak terbiasa merayakan hari ulang tahun. Jangankan merayakan, mengingat-ingat hari lahir saja tidak.
"Terima kasih ..." ujar Jono terharu.
Setelah menyalami Jono, cewek-cewek anak komplek yang datang bareng-bareng itu membuka sebuah kotak berisi cake ulang tahun. Lalu meminta Jono meniup lilin yang sudah dinyalakan oleh Meiske.
"Ada yang kurang ini," ujar Jono tiba-tiba.
Ha?! Cewek-cewek yang mengerubuti Jono melongo bengong. Apa yang kurang?
"Mana ini anak-anak cowoknya?" ujar Jono polos.
Oalah! Jono, Jono ... cewek-cewek itu pada tertawa. Meski merasa heran, tapi akhirnya mereka tahu juga alasannya dari ucapan Jono sendiri.
"Apa mereka tidak mau berteman lagi denganku?"
"Jono, dengerin, ya. Cowok-cowok itu, kaum lo itu. Mana pernah mau ngingat-ngingat soal ulang tahun?"
"Jadi, jangan kecewa!"
"Beruntung masih ada kami, kaum hawa yang masih mau mengingat-ingat hari lahir."
Jono cuma diam saja mendengar ucapan cewek-cewek itu, tapi dalam hatinya ia bergumam, Emak juga perempuan, nggak pernah tuh, ngingetin kapan aku ulang tahun? ©
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Lylac
seru seru bacanya
2022-12-11
0
👑Ria_rr🍁
itu sudah biasa Mak. kebiasaan anak² klo di panggil 'iya muluk' kgak brangkat menghampiri emaknya🤭
2022-11-08
0
[AIANA]
klo kyk gini gaya elu bgt mak. gue jadi menyangsikan elu aslinya mana
2022-10-20
1