Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan di skip biar terbaca oleh sistem. Lalu, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada aku dengan kasih Bunga, Kopi, Vote, dan 🌟🌟🌟🌟🌟. Semoga hari ini kalian bahagia dan dimudahkan rezekinya.
***
Bab 5
Rafael dan Ning Annisa yang saat ini dalam posisi yang sangat in-tim membuat tiga orang laki-laki dan seorang wanita dewasa itu sangat terkejut. Mereka tidak menyangka dengan apa yang sedang mereka lihat saat ini.
"Mas Fathir,"
"Kepala Sekolah."
Ning Annisa terkejut karena kakak kandungnya kini sedang berdiri di depan pintu bersama dengan penjaga sekolah, kepala sekolah, dan penjaga perpustakaan. Di satu sisi Ning Annisa merasa senang saat pintu itu terbuka, tetapi di sisi lain dia juga merasa malu karena ketahuan terkurung berdua dengan seorang laki-laki.
"Apa yang sedang kalian lakukan!" Gus Fathir marah saat melihat adik perempuannya sedang berada di dalam dekapan seorang murid laki-laki.
Rafael dan Ning Annisa segera melepaskan diri setelah Gus Fathir menarik tubuh Ning Annisa dan mendorong Rafael. Dia tidak suka saat melihat adiknya dipeluk oleh laki-laki yang bukan mahram baginya.
"Rafael! Ada apa ini" tanya kepala sekolah dengan murka.
Pemuda itu hanya diam membisu. Dia melirik ke arah Ning Annisa, berharap bisa membantu dirinya menjelaskan apa yang sedang terjadi saat ini.
"Kita terkurung di ruang ini karena tanpa sengaja pintu itu tertutup," kata Ning Annisa yang membalas pertanyaan dari kepala sekolah.
"Pintu itu tidak bisa di buka dari dalam. Meski kami sudah berteriak meminta tolong, tidak ada yang membantu kami membukakan pintu ini. Handphone aku mati dan punya Bu … Bu Guru ada di dalam tas yang disimpan di luar ruangan ini," lanjut Rafael.
Gus Fathir menatap wajah adiknya. Dia mencari kebenaran lewat tatapan matanya. Dia tahu kalau adiknya tidak akan melakukan hal tercela, apalagi sampai berbuat zina.
"Panggil kedua orang tua kalian saat ini, suruh mereka datang ke sekolah!" titah kepala sekolah.
"Untuk apa mereka dipanggil?" tanya Rafael tidak mengerti, kenapa orang tua dia kali ini harus dilibatkan atas insiden ini.
"Tentu saja untuk memberi tahu mereka, apa yang sudah kalian lakukan saat ini," jawab laki-laki yang memegang kuasa SMA ALEXANDRIA ini.
"Tapi kita tidak melakukan apa-apa semalam," bantah Rafael.
"Pokoknya, kalian berdua harus mempertanggungjawabkan kelakuan kalian ini!" ucap Kepala Sekolah dengan tegas.
Ning Annisa dan Rafael terkejut mendengar perkataan kepala sekolah. Lalu, keduanya bertanya secara bersamaan, " Maksudnya?"
"Siapa tahu apa yang sudah kalian lakukan di sini sejak kemarin sore sampai pagi ini. Dua orang, wanita dan pria dewasa yang di temukan dalam keadaan posisi in_tim. Maka kalian harus dinikahkan demi menjaga nama baik keluarga dan instalansi yayasan ini.
"Apa?" Rafael dan Ning Annisa, bagai kena sambaran petir. Keduanya terkejut, tidak percaya, dan tentunya tidak mau.
"Mas Fathir …." Ning Annisa sudah memasang wajah memelas pada kakaknya.
"Sebaiknya kita bicarakan ini bersama keluarga besar dari dua keluarga. Karena pernikahan itu bukan sesuatu yang dianggap enteng. Itu merupakan ibadah yang menyempurnakan sebagian dari agama. Tidak boleh main-main dalam memilih pasangan. Aku tidak mau adikku mengalami perceraian karena merasa tidak bahagia saat menjalani kehidupan rumah tangganya," ucap Fathir.
Rafael menatap kagum pada laki-laki dewasa yang berprofesi sebagai dosen ini. Dia sangat setuju dengannya. Dia juga tidak mau menikah sembarangan, apalagi dia sekarang masih sekolah.
Kepala sekolah dan kedua orangnya pun berbisik-bisik membicarakan hal ini. Lalu, mereka pun menyetujuinya.
"Baiklah, kita akan mendengar keputusan kalian besok. Sekarang pulanglah! Sebelum murid-murid yang lain datang ke sekolah," kata Kepala Sekolah.
Rafael dan Ning Annisa pun pulang ke tempatnya masing-masing. Mereka diam selama perjalanan ke parkiran. Hanya Gus Fathir yang sesekali bicara.
"Dek, kamu ini bikin Mas khawatir. Mas telepon kamu nggak angkat-angkat bahkan sampai malam hari. Karena takut terjadi sesuatu sama kamu, mas langsung datang ke sini. Di kontrakan kamu tidak ada, mas pun menghubungi kepala sekolah. Dan apa yang mas lihat tadi?"
"Mas Fathir, aku tidak melakukan apapun," lirih Ning Annisa.
"Mas tahu kamu tidak akan pernah melakukan hal yang dilarang oleh agama. Tapi, kamu sudah membuat keluarga kita kecewa. Apa kata keluarga besar kita di kampung, seorang Ning tertangkap basah terkurung di ruangan berduaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Umma, tidak setuju kalau kamu mengajar di sekolahan umum seperti ini. Nanti akan mas carikan sekolah khusus putri kalau kamu memang mau mengajar."
Rafael yang sejak tadi diam mendengarkan merasa iri kepada perempuan bercadar itu. Dia tidak pernah ada yang mengomeli dirinya karena merasa khawatir dan sayang seperti itu. Bahkan kedua orang tuanya entah kapan terakhir kali memeluk atau merangkul dirinya, seperti yang dilakukan oleh Gus Fathir kepada Ning Annisa.
***
Malam harinya kedua keluarga itu saling bertemu di sebuah restoran. Mereka memesan ruang privasi untuk membicarakan masalah yang terjadi pada kedua anak mereka.
"Maafkan saya, Pak Kiai. Karena perbuatannya membuat putri Anda terlibat masalah," kata papanya Rafael.
"Ini bukan kesalahan Nak Rafael sepenuhnya, Pak Regan. Mungkin ini adalah suratan takdir, kita agar bisa saling bersilaturahmi," balas Kiai Akbar dengan ramah.
Rafael yang mengenakan pakaian kasual terlihat lebih dewasa. Sebaliknya dengan Ning Annisa yang memakai gamis berwana soft pink terlihat lebih muda. Kedua orang ini diam-diam saling lirik. Rafael baru tahu nama perempuan itu Annisa setelah kedua keluarga saling memperkenalkan diri.
"Lalu, apa sebaiknya kita nikahkan mereka berdua?" tanya Regan.
"Sebaiknya begitu, itu adalah jalan yang terbaik bagi keduanya. Meski begitu, aku harap kita sebagai sebagai orang tua masih memantau mereka. Annisa adalah satu-satunya putri dari keluarga kami. Tentunya kami semua menginginkan kebahagiaan padanya," balas Kiai Akbar.
"Aku akan menyayanginya seperti anak kami sendiri. Justru aku berharap Ning Annisa bisa menjadi pendamping Rafael agar dia bisa menjadi orang yang lebih baik lagi," ucap seorang wanita cantik yang berpenampilan anggun.
Rafael mengumpat dalam hatinya. Dia kesal sama kedua orang tuanya yang kurang perhatian padanya. Selain itu mereka juga tidak memberikan kasih sayang dan cinta padanya.
Beda dengan Ning Annisa yang terus berdoa dalam hatinya. Dia pasrah dengan garis jodoh yang sudah ditakdirkan oleh Allah untuknya. Meski dia tahu saat ini pemuda itu masih dalam kegelapan karena tidak tahu ilmu agama. Namun, siapa tahu kedepannya dia bisa menjadi laki-laki yang bisa menjadi imam bagi dirinya.
Cinta. Jelas itu belum hadir di kedua hati orang itu. Bisa saja dengan seiring berjalannya waktu, perasaan itu akan muncul.
"Begitu juga dengan kami, tentunya akan menyayangi Nak Rafael selayaknya putra kami," balas Umma Khadijah dengan suaranya yang lembut.
"Terima kasih Bu Nyai. Kami merasa bahagia bisa besanan dengan pemimpin pondok Pesantren Al-Ikhlas," ucap Regan.
Rafael membelalakkan matanya. Dia tidak menyangka kalau calon mertuanya itu adalah salah satu pemilik pondok pesantren terkenal.
Rafael tidak tahu apa-apa tentang hal yang berbau agama. Dia minim sekali akan pengetahuan ini. Dia hanya tahu agamanya Islam, Tuhannya adalah Allah, Nabinya adalah Muhammad. Dia tidak tahu kalau 'Ning' dan 'Gus' itu gelar atau panggilan yang sering disematkan pada keturunan Kiai pendiri pondok pesantren.
Bahkan Gus Fathir untuk meyakinkan dirinya, tadi semoat meminta Rafael untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Wajah Rafael itu campuran bule karena salah satu orang tuanya adalah orang asing.
"Selain itu tolong ajarkan kami untuk belajar agama Islam," kata Regan.
"Kalau itu Insha Allah, Annisa bisa membantu kalian," balas Kiai Akbar.
Kedua keluarga itu pun sepakat untuk menikahkan Rafael dengan Ning Annisa besok setelah shalat Subuh di masjid terdekat rumah orang tua Rafael.
"Annisa, kamu perlihatkan wajahmu sama calon suamimu ini," titah Kiai Akbar.
Rafael menelan ludahnya. Dia merasa jantungnya bertalu-talu. Rasa penasaran akan wajah wanita yang mengusiknya sejak malam kemarin kini akan bisa dia lihat.
'Aku sangat penasaran dengan wajahnya. Apa dia cantik atau jelek?'
***
Bagaimana reaksi Rafael saat melihat wajah Ning Annisa? Tunggu kelanjutannya, ya!
Sambil menunggu up bab berikutnya. Yuk baca juga karya aku yang lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
meE😊😊
psti cantik bgd lah annisa
2022-11-24
2
Susilawati Rela
ini kejadiannya apa Aulia sudah menikah???🤔
2022-11-08
2
Maulana ya_Rohman
bikin shyok.....😱😱😱😱😱 krn melihat kecantikannya annisa
2022-11-08
2