"Calon menantu ku," ucap Arumi tersenyum penuh arti.
Mendengar hal tersebut, Rania dan Alvaro pun langsung tertegun sembari saling melemparkan tatapan keterkejutannya.
"Ca-calon menantu?" gumam Bu Isna yang juga ikut terkejut dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Arumi.
"Iya. Aku telah lama mencari gadis ini, dan ternyata Tuhan melihat jerih payahku hingga akhirnya aku kembali bertemu dengan gadis cantik ini," ucap Arumi yang begitu terlihat antusias.
"Tapi ini adalah anakku. Wanita yang ku ceritakan sebelumnya. Ia menolak tujuh belas pria yang ku pilihkan untuknya hanya karena sibuk mengejar karirnya," ujar Bu Isna.
"Tujuh belas? Yang benar saja. Aku bahkan baru menghadiri lima kencan buta dan semuanya terkesan buruk. Mama memang selalu saja berlebihan," batin Rania.
"Bukankah ini adalah takdir? Kita bisa saja menjadi besan setelah ini," ucap Arumi.
Mendengar hal tersebut, Rania melihat ke arah Alvaro. Begitu pula dengan Alvaro yang juga ikut membalas melihat ke arah Rania.
Setelah berpandangan, kedua orang tersebut langsung membuang muka dengan mengucapkan kalimat cercaan di dalam hatinya.
"Dia? Dijodohkan denganku? Hah yang benar saja," batin Rania.
"Wanita ini, sungguh aku tidak menyukainya. Selain matanya yang selalu saja mendelik, terlihat dari wajahnya, bahwa dia adalah wanita yang ganas." Alvaro juga ikut berkata dalam hatinya.
Kembali pada kedua wanita yang ada di hadapan mereka. Tampaknya keduanya begitu terlihat antusias untuk menjodohkan anak mereka.
"Tapi Bu Isna, anak saya bukanlah perjaka. Dia seorang duda dan ini cucu saya," ujar Arumi memperkenalkan anak dan cucunya.
"Sini sayang, salim dulu sama nenek," lanjut Arumi yang menyuruh Bima untuk menyalami tangan Bu Isna. Bima yang menggemaskan layaknya seperti anak kucing itu pun langsung mematuhi ucapan neneknya.
"Wah, kamu lucu sekali," ucap Bu Isna sembari mengusap rambut ikal milik Bima.
"Salim juga sama calon mama," ujar Arumi terkekeh.
Bima menghampiri Rania. Pria kecil itu menadahkan tangannya untuk menyalami Rania. Wanita tersebut langsung memberikan tangannya dan dicium punggung tangan mulusnya itu oleh Bima.
"Aku akui kalau anaknya ini imut-imut, tetapi ayahnya amit-amit," batin Rania.
"Tidak masalah. Toh, anak Bu Arumi juga dudanya bukan sembarang duda. Kata anak jaman sekarang, sebutannya hot daddy. Dan anak Bu Arumi merupakan tipe-tipe hot daddy," papar Bu Isna.
Kedua wanita tua itu terkekeh sembari melihat kedua anaknya. Sementara Alvaro dan Rania, mereka benar-benar merasa tidak nyaman. Hingga akhirnya, Alvaro pun memilih untuk membuka suara.
"Aku permisi terlebih dahulu karena harus mengantarkan Bima ke sekolahan," ujar Alvaro seraya melirik jam tangannya. Ia membuat alasan demikian, karena tak ingin mendengarkan perbincangan kedua wanita tua itu yang selalu membahas tentang perjodohan.
Arumi langsung menggandeng tangan Bima dengan cepat. "Mama yang akan mengantar Bima ke sekolah. Kamu sebaiknya mengantar gadis yang ada di sampingmu saja," ucap Arumi mengulas senyum penuh arti.
"Nama anak saya Rania," celetuk Bu Isna.
"Nama yang cantik. Putra saya bernama Alvaro," ujar kedua wanita tersebut saling memperkenalkan anaknya masing-masing.
"Namanya juga keren," puji Bu Isna seraya mengacungkan satu ibu jarinya.
"Tidak usah Tante," tolak Rania.
Bu Isna maju selangkah mendekati anak gadisnya itu. Wanita tersebut menadahkan tangannya tepat di hadapan Rania.
"Apa?" tanya Rania yang memang tidak tahu maksud dari ibunya itu.
"Berikan kunci mobilmu kepada mama!" titah Bu Isna.
"Ma, ...."
"Tidak usah membantah, ayo cepat berikan!"
Rania pasrah, wanita cantik itu pun akhirnya memberikan kunci mobilnya pada ibunya.
"Varo, antar Rania!" kali ini Arumi lah yang memaksa putranya.
"Ma, jangan seperti ini." Alvaro mencoba untuk berusaha menolak permintaan ibunya itu.
"Ya sudah, kalau begitu mama akan langsung menikahkan mu saja," ujar Arumi dengan enetengnya. Ia memilih untuk mengancam anaknya, membuat Alvaro pun menghela napasnya dengan berat.
"Cepatlah! Aku tidak mempunyai banyak waktu," ucap Alvaro yang langsung melenggang pergi.
Rania masih berdiri di tempat, membuat Bu Isna sedikit mendorong tubuh putrinya itu agar anaknya menyusul Alvaro dengan segera.
Brugh ...
Dorongan Bu Isna membuat Rania menabrak tubuh bagian belakang Alvaro. Tentu saja pria tersebut langsung mendecak kesal sembari melanjutkan langkahnya untuk memasuki lift.
"Dasar pria sialan!" gerutu Rania yang juga ikut masuk ke dalam lift yang mengantarkan mereka ke lantai dasar, tepatnya di parkiran.
"Sepertinya kamu benar-benar terlihat modus," cecar Rania.
"Tutup mulutmu!" tukas Alvaro.
Tak lama kemudian, pintu lift pun terbuka. Mereka tiba di tempat parkiran mobil. Alvaro berjalan terlebih dahulu dan Rania mengekor pria tersebut dari belakang.
Alvaro menghentikan langkahnya, Rania tanpa sengaja menabrak belakang Alvaro. "Ck, apa kamu benar-benar gila!" cecar Rania seraya mengusap keningnya.
Alvaro berdecih mendengar ocehan dari Rania. "Seharusnya dia yang meminta maaf karena telah menabrakku," gumam Alvaro.
Pria tersebut kembali melanjutkan langkahnya tanpa berucap sesuatu pada Rania. Setibanya di mobil miliknya, ia melirik ke arah Rania yang sudah siap membuka pintu sebelahnya.
"Apakah kamu serius ingin ikut denganku?" tanya Alvaro menjengit.
"Iya. Kenapa? Apakah kamu keberatan?" tanya Rania blak-blakan.
"Tentu saja. Aku ingin menyetir dengan tenang. Jika kamu ikut bersamaku, maka suasana di dalam mobil sangat berisik dan kamu mengganggu konsentrasi ku dalam berkendara," ujar Alvaro.
Rania mengernyitkan keningnya. "Benar-benar pria bermulut besar. Apakah dia tidak sadar, bahwa dia lebih banyak berbicara dibandingkan aku?" gumam Rania.
Gadis itu mendecak sebal, lalu kemudian memilih untuk tetap masuk ke dalam mobil Alvaro. Pria tersebut menghela napasnya, dan ikut masuk ke dalan mobilnya.
"Jika kamu keberatan mengantarku, aku akan melaporkannya pada ibumu. Bagaimana pun juga, ini semua adalah ide ibumu," tukas Rania.
"Ide ibuku? Yang benar saja! Kamu bisa katakan saja secara langsung bahwa kamu tertarik padaku," balas Alvaro yang mulai menghidupkan mesin mobilnya.
"Hah? Aku tertarik padamu? Memangnya apa yang bisa dibanggakan darimu?"
"Banyak, apa yang ku punya, serta paras tampanku." Alvaro membalas ucapan Rania dengan begitu percaya diri. Alvaro tidak menyadari, saat ini dirinya lebih banyak berbicara dibandingkan bersama dengan wanita lain. Jika dengan wanita lain, dirinya terkesan kaku dan lebih banyak diam.
"Apa yang kamu miliki? Aku tidak tertarik sama sekali! Rupamu juga tak jauh beda seperti tutup panci!" ketus Rania.
"A-apa kamu bilang? Tutup panci?" ujar Alvaro tidak percaya.
"Iya, tutup panci. Kamu terlihat seperti tutup panci!" cecar Rania yang lebih mengeraskan suaranya lagi.
Alvaro mengerem mendadak, menepikan mobilnya dengan tiba-tiba. "Turun!" sentak Alvaro.
Tanpa perlawanan, Rania langsung turun dari mobil. Setelah berhasil turun dari kendaraan tersebut, Alvaro langsung melajukan mobilnya.
Rania tertawa keras, hingga beberapa orang yang lewat menilai dirinya bak orang gila. "Apakah dia marah karena ku sebut tutup panci?" gumam Rania memegangi perutnya yang sakit akibat terlalu banyak tertawa.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Erina Munir
😄😄😄😄😄😄😄😄😄 tutup panci...rania pancinya...klop deeehhh
2024-12-23
0
Putri Minwa
bawah Isna tegas juga ya
2024-03-17
0
Adelia Rasta
😆😆😆 semangat alvaro
2023-04-12
2