Malam ini, Alvaro kembali harus menghadiri sebuah ajakan makan malam. Namun, kali ini bukan dari wanita yang dipilihkan oleh ibunya, melainkan sosok wanita yang dipilih oleh putranya.
Alvaro sempat menolak mentah-mentah, akan tetapi mengingat ucapan Bima tadi siang membuat pria tersebut berpikir ulang dan menerima ajakan dari guru Bima yang bernama Nana.
Alvaro hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih yang dipadukan dengan sweater berwarna coklat, serta celana jeans berwarna hitam.
Pria itu sedikit menyingkap lengan bajunya. Tersisa 20 menit lagi waktu menunjukkan pukul 8 malam. Setelah dirasa penampilan cukup, Alvaro pun segera keluar dari kamarnya.
Alvaro menutup pintu kamarnya, ia melihat Bima yang tengah menunggunya di sofa sembari memainkan ponselnya.
"Sudah siap, Boy?" tanya Alvaro.
"Siap,Papa." Pria kecil itu langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang saat ini dipakainya.
Alvaro pun menggandeng putranya, berjalan menuju pintu keluar. Saat berada di luar, Bima sibuk menunduk, melihat langkah kakinya yang serentak dengan sang ayah. Sesekali ia tersenyum menyamakan langkahnya dengan langkah lebar milik Alvaro.
Mereka berpapasan dengan seorang wanita berambut panjang yang tengah memakai masker, separuh dari wajah wanita tersebut tak terlihat dengan jelas.
Hatchimmm ...
Wanita tersebut bersin-bersin di hadapan Alvaro, membuat pria tersebut langsung mengambil sapu tangan di dalam sakunya, lalu kemudian menutup hidung anaknya.
"Papa, ada apa?" tanya Bima mendongak karena terkejut atas perlakuan ayahnya dengan tiba-tiba.
"Virus, Nak. Wanita itu menyebarkan virus," ujar Alvaro. Bima langsung mengambil alih untuk memegangi hidungnya sendiri. Sementara Alvaro kembali mengambil sesuatu yang ada di dalam tas kecil sang anak. Menyemprotkan hand sanitizer ke tangannya.
Rania yang berlalu dari pria yang berbeda generasi itu mendengar perbincangan mereka. Dan tentunya salah satu diantara mereka tengah menyinggung Rania, membuat wanita itu berbalik dan menatap siapa pria yang menyebalkan tersebut.
"Kamu, ...."
Baru saja Rania hendak berucap, akan tetapi kedua pria tersebut sudah masuk terlebih dahulu ke dalam lift, dan pintu lift tersebut langsung tertutup. Rania sempat melihat wajah Alvaro akan tetapi ia tidak melihat wajah Bima.
"Dasar pria menyebalkan! Apa tadi katanya? Virus? Jadi menurutnya aku penyebar virus? Dasar kamu pria bermulut besar! Aku juga tidak menginginkan terkena flu seperti ini!" tukas Rania mengoceh di balik maskernya.
"Kamu berbicara apa?" tanya Bu Isna dengan kepala yang menyembul dari balik pintu. Wanita paruh baya itu pun keluar dan melihat keadaan sekitar.
"Ada apa?" tanyanya lagi.
"Ada pria bermulut besar yang baru saja mengataiku," gerutu Rania. Wanita itu memilih untuk melangkah masuk ke dalam rumah.
"Pria bermulut besar? Siapa?" tanya Bu Isna lagi.
"Entahlah, Ma. Aku malas untuk membahasnya. Kepalaku terasa sangat berat," keluh Rania yang berjalan menuju ke kamarnya.
"Aduh, anak gadisku. Ibu akan membuatkan wedang jahe supaya tubuhmu terasa hangat," ujar Bu Isna yang langsung melangkah menuju ke dapur.
....
Alvaro tengah mengendarai mobilnya, menuju ke tempat yang telah dijanjikan sebelumnya bersama dengan Nana.
"Papa, apakah wanita virus tadi berbahaya?" tanya Bima dengan wajah polosnya.
Alvaro menganggukkan kepalanya, "Iya, Nak. Sebaiknya kamu jangan terlalu dekat-dekat dengan tetangga kita. Papa tidak ingin kamu juga ikut terserang flu nantinya," ujar Alvaro.
"Baik, Pa." Bima memang tidak mengenali wajah Rania karena tertutup oleh masker. Begitu pula dengan Rania yang tidak melihat Bima dengan seksama. Padahal, Rania lah yang sangat dicari-cari oleh neneknya untuk dijadikan menantu sampai menyumpahi Alvaro agar berjodoh dengan wanita tersebut.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Alvaro pun tiba di resto X yang disebutkan oleh Nana tadi siang. Pria itu melirik jam tangannya sebelum turun dari mobil.
"Terlambat 10 menit," ujar Alvaro.
Alvaro turun dari mobil, lalu kemudian beralih ke pintu sebelahnya untuk menurunkan Bima. Pria tersebut menggandeng putranya untuk masuk ke dalam resto.
Saat berada di pintu masuk, Alvaro mengedarkan pandangannya. Namun, tiba-tiba Bima menggerakkan tangan Alvaro, membuat pria tersebut menatap anaknya.
"Papa ... Papa ... itu Bu Guru," ujar Bima seraya menunjuk ke arah Nana yang sudah melambaikan tangannya menatap dua pria tampan tersebut.
Alvaro mengikuti arah pandang Bima. Sontak pria tersebut terkejut. Wanita itu tidak sendirian melainkan bersama dengan dua pasangan yang berkisar umur 60 tahunan.
"Apakah itu kedua orang tuanya? Yang benar saja!" batin Alvaro berteriak.
Ingin rasanya Alvaro memiliki jurus menghilang saat itu juga. Kali ini ia benar-benar malu karena harus menghadapi pertemuan yang wanitanya tanpa berbicara terlebih dahulu sudah membawa kedua orang tuanya.
Namun, Alvaro tak bisa pergi begitu saja. Saat dua pasangan yang sudah menua itu melihat ke arahnya dan ikut melambaikan tangan.
"Kenapa Bu Guru bawa nenek,Pa?" tanya Bima mendongak menatap wajah ayahnya yang terlihat syok.
"Entahlah, Nak. Mungkin setelah ini kamu harus pindah sekolah," gumam Alvaro.
"Bima, ayo sini!" seru Nana yang sontak saja semua tatapan orang yang ada di sana menatap ke arahnya dan ke arah Alvaro secara bergantian.
"Harus setebal apa lagi wajahku menghadapi wanita yang satu ini,"batin Alvaro yang masih diam di tempatnya.
Hingga akhirnya Nana pun menghampiri kedua pria tampan itu. Menarik paksa lengan Alvaro untuk mengajaknya untuk menempati kursi yang telah disediakan.
Alvaro hanya bisa tersenyum canggung. Pria tersebut benar-benar merasa tak nyaman dengan situasi yang seperti ini. Dulu, ia hanya sekali menghadap orang tua dari wanita yang dicintainya, yaitu mendiang ibu dari Bima.
Alvaro sesekali menatap ke arah putranya, dan Bima tampaknya memberikan ekspresi yang serupa. Ia terkejut dengan kehadiran dua pasangan lanjut usia yang ada di tempat itu.
"Ayah,Ibu, ini adalah pria yang ku maksud," ucap Nana yang begitu antusias memperkenalkan Alvaro kepada kedua orang tuanya. Mata gadis itu tampak berbinar. Berbeda dengan Alvaro yang hanya memperlihatkan ekspresi keterkejutannya.
Nana melihat Alvaro yang diam saja. Wanita itu pun langsung menyenggol lengan Alvaro. "Ayo, Mas. Perkenalkan dirimu di depan orang tuaku,"ujar Nana yang terkesan sedikit memaksa.
"Apa dia bilang? Mas? Bukankah sudah ku katakan aku membenci panggilan itu keluar dari mulutnya. Yang boleh memanggil ku seperti itu hanya satu wanita, dan itu Diara, ibunya Bima." Alvaro berucap dalam hati.
"Saya Alvaro," ucap Alvaro begitu kaku. Ia masih menghargai kedua pasangan lanjut usia yang ada di hadapannya.
"Ternyata putriku sangat pintar dalam memilih seorang pria. Dia selalu menceritakan tentangmu setiap harinya," ujar ibu dari Nana.
"Kalau begitu, kapan kamu berencana untuk menikah dengan putriku?"tanya ayah dari Nana.
Alvaro langsung terkejut, pria tersebut membelalakkan mata mendengar penuturan dari pria tua yang ada di hadapannya itu.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Erina Munir
waduuhh...guru bedegong ni mah..baru kenal udh klrwatan...masa ortunya sampe ngomong gitu
2024-12-23
0
Putri Minwa
cerita yang menarik
2024-03-17
0
susi 2020
😎😎😎🙄
2023-04-15
0