Alvaro diikuti sang asisten masuk ke dalam mobilnya. Pria tersebut melonggarkan sedikit dasinya yang terasa mencekik lehernya.
Juni memperhatikan ekspresi atasannya itu dari kaca. "Apakah wanita tadi akan menjadi ibu untuk Bima?" tanya Juni sembari menghidupkan mesin mobilnya.
"Aku melakukannya hanya karena terpaksa. Sebaiknya tidak usah bertanya lebih jauh lagi," ujar Alvaro yang terlihat benar-benar kesal.
Juni hanya mengulum senyumnya. Entah apa tujuan pria tersebut hingga nekat mengambil langkah seperti tadi. Namun, Juni tahu betul jika sikap Alvaro tadi bukanlah menunjukkan suatu ketertarikan, mungkin bisa saja sebaliknya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, mobil yang dikendarai oleh Juni pun tiba di taman kanak-kanak. Alvaro baru saja hendak membuka pintunya. Namun, pria itu kembali berdecak sebal saat melihat anaknya bersama dengan guru yang mencoba untuk mendekatinya itu.
"Sepertinya aku harus kembali dihadapkan dengan ujian yang berat lagi," gumam Alvaro yang langsung turun dari mobil tersebut.
Juni mendengar ucapan Alvaro yang terkesan bisik-bisik itu. Pria ikut turun dari mobil dan melihat apa maksud dari ucapan atasannya itu.
Alvaro berjalan menghampiri sang anak yang saat ini sedang bersama dengan gurunya. Bima langsung berlari menuju ayahnya, saat melihat Alvaro yang berjalan menghampirinya.
"Apakah kamu sudah lama menunggu ayah?" tanya Alvaro. Pria kecil itu menganggukkan kepalanya.
Tak lama kemudian, wanita yang diketahui bernama Nana tersebut datang menghampiri keduanya. Alvaro pun langsung memasang ancang-ancang untuk segera pergi.
"Terima kasih sudah menemani Bima. Kalau begitu saya permisi dulu," ujar Alvaro yang baru saja hendak berbalik badan, tiba-tiba ada sebuah tangan yang bergelayut di lengannya membuat Alvaro sedikit terkejut.
"Maaf," ucap Nana yang kembali menarik tangannya yang telah lancang berada di lengan Alvaro.
"Ada apa?" tanya Alvaro terkesan dingin.
"Emmm ... begini, aku berencana untuk mengajak keluar untuk makan malam. Apakah kamu mempunyai waktu?" tanya Nana.
Alvaro tercengang, lalu kemudian menatap putranya yang tengah berada di gendongannya itu. Terlihat Bima tersenyum dengan menampilkan deretan giginya. Alvaro pun langsung memejamkan mata sembari menghela napasnya.
"Aku ti ...."
"Papa pasti mau Bu Guru. Papa juga sering makan malam dengan calon-calon mama untuk Bima," celetuk Bima yang langsung menyela ucapan Alvaro.
Pria itu langsung terkejut, sementara Nana tersenyum malu-malu karena Alvaro akan menerima tawarannya itu.
"Tapi Papa ...." Ucapan Alvaro kembali terhenti saat anaknya langsung berbicara tepat di depan telinganya.
"Papa, jangan menolak Bu Guru. Bu Guru yang jagain Bima di sekolah. Kalau Papa jahat sama Bu Guru, nanti siapa yang jagain Bima," bisik Bima
Setelah dipikir-pikir, apa yang dikatakan oleh anaknya itu memang benar. Tidak seharusnya ia bersikap acuh pada wanita yang ada di depannya ini. Bagaimana pun juga, wanita ini lah yang selalu menemani putranya dikala dirinya terlambat menjemput Bima.
"Bagaimana? Apakah kamu mau?" tanya Nana yang menunggu jawaban dari Alvaro.
"Baiklah," jawab Alvaro setelah mendengar ucapan dari putranya, ia pun memutuskan untuk menerima ajakan Nana.
"Kalau begitu, kita janjian di resto X jam 8 malam," ucap Nana dengan begitu antusias.
Alvaro hanya menganggukkan kepala. Sungguh, ia dibuat pusing oleh anaknya yang terlalu sibuk untuk mencari pengganti mamanya itu.
"Kalau begitu, saya permisi dulu," ujar Alvaro yang langsung meninggalkan wanita tadi sendirian.
Nana mengangguk, lalu kemudian mengembangkan senyumnya. Ia bahkan mengepalkan tangannya sembari berucap kata "Yes!"
Alvaro berjalan menghampiri Juni. Ia melihat wajah sang asisten tampaknya memerah karena hendak menertawakannya. Bagaimana tidak? Juni melihat sendiri saat itu Alvaro kembali dipermalukan oleh anaknya sendiri.
"Awas saja jika kamu berani menertawai ku!" tukas Alvaro yang langsung masuk ke dalam mobil.
Juni menutup pintu mobil tersebut setelah memastikan Alvaro benar-benar masuk. Pria tersebut memalingkan wajahnya sejenak, lalu kemudian tertawa sembari memegangi perutnya. Setelah tawanya mereda, baru lah sang asisten tersebut masuk dan menempati kursi supir. Ia langsung melajukan mobil tersebut menuju ke rumah utama, untuk mengantarkan Bima tinggal bersama dengan neneknya.
.....
Siang itu, Arumi tengah bersantai dengan Fahri di teras sembari menunggu kedatangan cucu kesayangannya. Keduanya sedang menikmati beberapa scoop ice cream yang diletakkan di satu gelas, menikmati ice cream coklat tersebut satu gelas berdua.
"Ini namanya romantis, satu gelas berdua," celetuk Fahri sembari memasukkan ice cream tersebut ke dalam mulutnya.
"Bukan romantis, Mas. Tapi terkesan pelit," gerutu Arumi karena Fahri yang sedari tadi memakan ice cream miliknya itu.
"Tidak apa-apa, Istriku. Aku membantumu menghabiskannya. Lagi pula jangan terlalu banyak-banyak kamu memakan makanan manis," ujar Fahri.
"Kenapa Mas? Pasti karena aku sudah manis kan?" ucap Arumi sembari tersenyum dan menopang dagunya.
"Takutnya nanti kamu kena diabetes, sudah tua makannya harus di jaga," ujar Fahri yang masih sibuk menikmati ice cream tersebut tanpa henti.
Arumi berdecak kesal mendengar ucapan suaminya itu. Wanita tersebut langsung mengambil gelas ice cream, menjauhkannya dari Fahri.
"Berhenti makan ini! Mas juga sudah tua. Muka sudah keriput, rambut juga sudah memutih," balas Arumi mencerca suaminya.
"Tetapi masih tetap tampan dan menawan bukan?"
"Hah?! tampan dari mananya," ujar Arumi sembari mencebikkan bibirnya.
Pertengkaran mereka terhenti saat mobil mulai memasuki pekarangan rumah. Arumi langsung beranjak dari tempat duduknya untuk menyambut kedatangan cucunya itu. Begitu pula dengan Fahri. Keduanya mulai melupakan ice cream yang menjadi perdebatan mereka tadi.
"Nenek, Kakek!" seru Bima langsung menghambur ke pelukan Arumi dan Fahri.
"Cucuku sayang." Arumi langsung berjongkok menyambut pelukan dari Bima.
"Vira mana?" tanya Alvaro.
"Ada di dalam," timpal Arumi.
Alvaro langsung berjalan memasuki rumah. Pria tersebut mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah hingga menemukan Alvira yang sedang menata bekal makan siang untuk suaminya di dapur.
"Varo," gumam Alvira saat menyadari saudara kembarnya itu datang.
"Apa kamu sudah melakukannya?" tanya Alvira yang masih sibuk menata makanan di dalam kotak makan tersebut.
"Tentu saja, meskipun itu sedikit menurunkan harga diriku," timpal Alvaro mengambil satu buah perkedel buatan Alvira dan memakannya.
Alvira pun tersenyum. " Terima kasih."
"Hmmm ...," balas Alvaro yang kemudian mengambil satu buah perkedel lagi, memakannya sembari meninggalkan saudara kembarnya itu.
Flashback :
Malam sebelumnya, Alvira meyakinkan Alvaro dan meminta saudara kembarnya itu untuk membantu menyuntikkan dana tambahan ke perusahaan yang dipimpin oleh suaminya.
"Baiklah, aku akan membantunya untuk kali ini saja. Jika nanti, aku temukan bahwa kinerjanya buruk, aku tidak segan-segan melaporkannya pada mama dan papa," tegas Alvaro.
"Tapi aku juga meminta bantuan lagi padamu," ujar Alvira.
Alvaro menjengit, " Apa itu?"
"Bisakah kamu mengencani sekretaris Andre? Bila perlu suruh suamiku untuk memecatnya sebagai syarat memberikan uang tersebut," tutur Alvira.
"Kenapa?"
"Dia lah salah satu alasanku untuk terus mengantarkan makan siang pada suamiku," ujar Alvira yang terdengar ambigu.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Erina Munir
ooo..cembokuur ya viraa..😆😆😆
2024-12-23
0
susi 2020
😂😂🤣🤣🤣🤣
2023-04-15
1
susi 2020
😂😂🤣🤣
2023-04-15
0