Keesokan harinya, Alvaro datang bersama Juni sang asisten ke salah satu anak perusahaan yang dipimpin oleh Andre, suami dari saudara kembarnya.
Kedatangan Alvaro sangat disambut hangat oleh Andre, karena pria tersebut tahu jika Alvaro akan memberikan suntikan dana lagi ke perusahaan setelah Alvira berbicara dengan pria itu semalam.
"Silakan duduk, Bang." Andre mempersilakan Alvaro untuk duduk di sofa yang ada di dalam ruangannya.
Alvaro menjatuhkan bokongnya di sofa tersebut, begitu pula dengan Juni yang juga ikut duduk di sana.
Andre melirik sekretarisnya, wanita yang memiliki wajah cantik dengan berpenampilan menarik itu pun langsung mengetahui maksud dari atasannya itu. Ia menundukkan kepalanya untuk pamit undur diri.
"Sudah berapa lama dia bekerja denganmu?" tanya Alvaro saat melihat sekretaris cantik itu pergi dari ruangan tersebut.
"Lumayan lama, Bang. Mungkin ada sekitar dua tahunan," timpal Andre seraya mengulas senyumnya.
Alvaro hanya mengangguk paham. Pria tersebut menelisik setiap inci ruangan tersebut. Andre pun mengikuti arah pandang Alvaro seraya mengernyitkan keningnya.
"Mungkin kamu sudah tahu kedatanganku kemari?" tanya Alvaro.
Andre hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. Pria itu tak henti-hentinya mengulas senyumnya karena kedatangan Alvaro.
"Seharusnya kamu yang meminta bantuan, kamu juga lah yang datang ke kantorku. Namun, aku berbaik hati ingin menemuimu dan berniat kembali memberikan suntikan dana padamu," lanjut Alvaro.
Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Sekertaris cantik tadi datang sembari membawa nampan yang berisikan kopi, untuk tamu atasannya itu.
Wanita tersebut meletakkan satu persatu cangkir kopi satu persatu di hadapan Alvaro dan Juni. Alvaro menatap lekat wanita tersebut. Sekretaris Andre tampaknya menyadari tatapan Alvaro, wanita itu hanya menunduk lalu kemudian pamit undur diri dari sana.
"Ehemmm ...." Andre berdeham saat melihat Alvaro sedari tadi memandangi sekretarisnya itu.
"Silakan diminum dulu, Bang." lanjut pria itu sembari menawari minuman.yamh tersaji di depan mereka.
Alvaro kembali melemparkan pandangannya pada Andre. "Aku tidak ingin berbasa-basi terlalu lama, karena setelah ini aku akan menjemput Bima pulang," ucap Alvaro.
Pria tersebut mengeluarkan selembar cek dengan nilai yang fantastis tertulis di sana. Meletakkan kertas berharga itu ke atas meja.
Mata Andre membola, binar kebahagiaan terpancar jelas di mata pria tersebut.
"Terima kasih banyak, Bang." Tangan Andre hendak menjangkau cek tersebut, akan tetapi Alvaro kembali mengambil cek tersebut.
"Tapi kali ini, aku tidak memberikannya secara cuma-cuma. Aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku," ucap Alvaro.
Andre sempat tertegun saat cek tersebut diambil kembali oleh Alvaro. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Andre sedikit penasaran.
"Pecat sekretarismu hari ini juga!" titah Alvaro.
Andre langsung tercengang. "U-untuk apa me-mecatnya, Bang? Dia tidak memiliki kesalahan apapun. Jadi, mustahil untuk aku memecatnya begitu saja," timpal Andre.
"Aku menyukainya. Berikan dia padaku," ujar Alvaro tiba-tiba.
Seketika mata Andre pun membulat sempurna. Tak hanya Andre, mata Juni pun juga ikut terbelalak mendengarkan ucapan dari Alvaro. Ia tidak menyangka jika Alvaro senekat itu untuk mendapatkan gadis yang disukainya.
"Jika kamu tidak menyetujuinya, maka aku akan mengambil ini kembali," tukas Alvaro yang hendak memasukkan kembali cek tersebut ke dalam sakunya.
Namun, dengan cepat Aldo langsung menahan pria tersebut.
"Tunggu!!"
Pergerakan tangan Alvaro pun terhenti. Pria tersebut melirik ke arah Andre untuk mendapatkan jawabannya.
"Baiklah. Aku akan pecat dia hari ini," ucap Andre yang langsung menyetujui hal tersebut.
Senyum Alvaro pun langsung merekah. "Kalau begitu, panggil dia sekarang dan pecatlah wanita itu di hadapanku juga. Aku ingin mencari pembuktian dari ucapanmu itu," ujar Alvaro.
Terdengar helaan napas dari Andre. Pria itu beranjak dari tempat duduknya, lalu kemudian memanggil sang sekretaris melalui phone table yang ada di atas meja kerjanya.
"Segera ke ruangan saya!" titah Andre berucap pada sang sekretaris melalui telepon tersebut. Setelah mengatakan satu kalimat itu, Andre pun langsung menutup panggilannya. Pria itu kembali berjalan ke tempat duduknya yang semula.
Tak lama kemudian, sekretaris cantik itu pun masuk ke dalam ruangan tersebut. Alvaro kembali memperhatikan wanita itu dengan seksama.
"Ada apa, Pak Andre?" tanya wanita tersebut.
"Shinta, hari ini kamu saya pecat!" ujar Andre dengan tegas.
Wanita yang diketahui bernama Shinta itu pun langsung terkejut. "Ta-tapi, apa salah saya Pak?" tanya Shinta menatap atasannya itu tak percaya.
"Jika saya bilang kamu dipecat ya dipecat! Sekarang pergilah dari tempat ini!" tukas Andre yang terdengar sedikit menaikkan nada bicaranya.
Wanita tersebut tertunduk. Ia menitikkan air matanya saat Andre bertutur kasar pada dirinya. Ia membawa langkah kakinya untuk segera pergi dari tempat tersebut.
Namun, baru saja tangannya menyentuh kenop pintu. Tiba-tiba terdengar suara berat yang memanggilnya, membuat wanita tersebut langsung menolehkan kepalanya.
"Berkencan lah denganku!" ujar Alvaro dengan lantang. Sontak hal tersebut membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu langsung terkejut mendengar ucapan dari pria tersebut.
"Bagaimana? Apakah kamu mau?" tanya Alvaro.
Wanita tersebut hanya terdiam, sesekali dia melirik ke arah Andre yang sedari tadi menatapnya tanpa berkedip.
Alvaro menyadari akan tatapan sekretaris tersebut. "Kenapa? Apakah atasanmu akan melarangmu untuk menjalin hubungan denganku? Lagi pula kamu sudah dipecat dan tak terikat lagi dengan aturan kantor," lanjut Alvaro.
"Baiklah. Mari kita berkencan," ucap wanita itu.
Alvaro menyunggingkan senyumnya. "Keluarlah! nanti kita bicarakan lagi tentang kita. Untuk saat ini, aku masih memiliki urusan dengan mantan atasanmu," celetuk Alvaro.
Wanita itu pun kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, melangkah pergi dari ruangan tersebut.
"Ini ...." Alvaro kembali memberikan cek tersebut kepada Andre.
"Apakah abang benar-benar menyukainya?" tanya Andre.
"Tentu. Bukan kah sah-sah saja jika aku mendekatinya. Lagi pula aku seorang pria yang tak beristri, jadi jangan terkejut karena itu adalah hal yang wajar," ucap Alvaro.
Pria tersebut beranjak dari tempat duduknya. "Urusanku denganmu sudah selesai. Ku harap kamu bisa mengelola perusahaan kembali dengan baik. Jika kali ini kamu gagal, mungkin aku yang akan membicarakannya pada mama untuk mengambil alihnya," ujar Alvaro seraya tersenyum miring.
Pria tersebut langsung saja pergi meninggalkan ruangan itu bersama dengan Juni. Alvaro melihat wanita tadi tengah membereskan barang-barangnya yang ada di atas meja kerja, memasukkannya ke dalam sebuah kotak.
Awalnya Alvaro mengacuhkan wanita itu. Namun, tak lama kemudian ia kembali berbalik menghampirinya.
"Ini kartu namaku, jika kamu memang tertarik untuk berkencan denganku, hubungi saja aku." Alvaro memberikan kartu nama tersebut kepada Shinta, lalu kemudian pergi meninggalkan tempat itu dengan segera.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Erina Munir
maksudnya Alvaro ap yaa
2024-12-23
0
Putri Minwa
tetap rajin nulis ya
2024-02-26
0
kei
aldo??
2024-01-16
2