Alvaro bersama dengan anaknya tengah dalam perjalanan menuju ke kantor. Siang ini, putranya itu memilih untuk bersama papanya saja, menemani Alvaro di kantor.
Saat di perjalanan, Alvaro sesekali melirik ke arah anaknya. "Nak, boleh kah papa memberikan kamu saran?" tanya Alvaro.
"Apa itu saran, Pa?" tanya Bima dengan wajah polosnya.
"Emmmm ... begini, bolehkah papa memberitahukan kepadamu sesuatu," ujar Alvaro mencoba menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh anaknya.
"Boleh, Papa."
"Bisakah kamu berhenti memberitahukan pada semua orang tentang pencarian mama barumu? Jujur, papa sedikit malu akan hal itu," ucap Alvaro.
"Baiklah, Pa."
Alvaro merasa lega dengan jawaban yang ia peroleh. Tak terasa, mobil yang mereka naiki pun tiba di depan gedung perusahaan.
Alvaro langsung memarkirkan mobil tersebut, mengajak anaknya turun dan menggandeng tangan Bima untuk berjalan masuk.
Saat keduanya hendak memasuki lift, banyak sekali pegawai wanita yang melihat anak berusia lima tahun tersebut serta mengajak berbicara bocah menggemaskan itu.
"Wah ada Bima, lucu sekali," puji pegawai wanita yang satu.
Alvaro hanya diam sembari sedikit mengulas senyumnya saat mereka menegur anaknya. Bima juga tersenyum ketika mereka mengajaknya berbicara.
Tinggg ...
Lift terbuka, beberapa pegawai wanita tadi turun lebih dulu. Namun, sesaat kemudian Bima memanggil mereka.
"Tante ... Tante ... mau daftar jadi mamanya Bima nggak?".
Duarr ...
Serasa mendengar gemuruh di siang hari mendengar Bima kembali berucap seperti itu. Spontan Alvaro pun menutup mulut Bima dengan satu tangannya.
"Ah begini, abaikan saja ucapannya karena memang dia masih kecil," ujar Alvaro.
Pria yang terkenal sangat irit berbicara pada bawahannya pun, langsung berucap satu kalimat itu pada mereka. Dengan cepat Alvaro menekan tombol untuk menutup kembali pintu lift tersebut.
Pria itu merasa sedikit gugup, hanya bisa mengulas senyum yang mungkin agak tak enak di pandang. Bukan karena dirinya yang salah tingkah pada wanita-wanita yang ada di sana, melainkan karena terlalu malu anaknya yang berucap demikian, membuat Alvaro benar-benar kehilangan muka.
Setelah pintu lift benar-benar kembali tertutup rapat, Alvaro menghela napasnya dengan bersandar di dinding. Pria tersebut mengelus dada karena ulah anaknya.
"Papa kenapa?" tanya Bima dengan polosnya.
"Belum juga sehari, Nak. Kamu sudah melupakan ucapanmu," keluh Alvaro.
"Ucapan yang mana, Papa?" tanya Bima sembari menggaruk kepalanya.
"Tidak ada. Lupakan saja, lagi pula kamu tidak akan mengingatnya lagi setelah lima menit kemudian," ucap Alvaro.
Bima kembali mengangguk, bocah itu benar-benar polos. Sementara Alvaro, mulai saat ini harus ekstra menebalkan wajahnya, karena kemungkinan yang seperti ini akan kerap terjadi kepadanya.
Pintu lift pun kembali terbuka, Alvaro langsung menggandeng tangan anaknya, membawa bocah berusia lima tahun itu keluar dari ruangan sempit tersebut menuju ke ruangan ayahnya.
...****************...
Hari demi hari pun berganti, malam ini Alvaro tampak memakai pakaian formal, mengendarai mobilnya untuk menghadiri kencan buta yang di atur oleh ibunya.
Pria itu tidak sendirian, melainkan bersama dengan putranya untuk bertemu dengan wanita yang menjadi pilihannya saat di foto kemarin.
Tak lama kemudian, BMW berwarna hitam itu pun terhenti di salah satu restoran mewah. Alvaro dan Bima langsung turun dari mobil, lalu melangkah masuk ke dalam restoran tersebut.
Alvaro menduduki salah satu meja yang ada di sana, ditemani oleh putranya yang juga ikut duduk di samping ayahnya.
Sesaat kemudian, seorang wanita berparas cantik pun menghampirinya. Rambutnya panjang, tubuhnya langsing, berkulit putih serta mata yang sedikit sipit membuat wanita itu benar-benar terlihat cantik.
"Apakah ini benar Alvaro, anak dari Tante Arumi?" tanya wanita itu dengan lembut dan juga sopan.
"Iya benar," ujar Alvaro menimpali.
"Dari segi penampilan, cukup lumayan. Dia tak terlihat buruk," batin Alvaro.
Setelah mendengar jawaban dari Alvaro, wanita itu pun menjatuhkan bokongnya di salah satu kursi yang letaknya satu meja dengan Alvaro.
"Saya Fanny," ujar wanita tersebut mengulurkan tangannya untuk mengajak berkenalan.
"Alvaro," timpal Alvaro menjabat tangan wanita tersebut.
"Ini anaknya ya?" tanya wanita itu.
"Iya." Alvaro mengangguk, melihat Bima yang tersenyum saat dipertemukan dengan wanita yang ada di depannya.
Namun, dalam hati Alvaro merapalkan do'a. Semoga putranya itu tidak mengatakan hal-hal yang memalukan, yang dapat membuat Alvaro kehilangan muka saat itu juga.
Tak lama kemudian, salah seorang pelayan pun datang dengan membawa daftar menu yang ada di tangannya. Masing-masing dari mereka mendapatkan daftar menu tersebut kecuali Bima.
Alvaro menunjukkan pada Bima, makanan yang mana yang hendak putranya makan. Bima pun memilih salah satu pilihan yang diberikan oleh ayahnya itu.
Tanpa keduanya sadari, wanita tadi mengulas senyum sembari melirik kedua pria tampan yang berbeda generasi tengah berinteraksi.
"Ternyata dia lebih tampan dari pada yang ku duga. Meskipun dia seorang duda berumur 30, tapi dia tak terlihat seperti seorang yang berumur 30. Dia terlihat jauh lebih muda dan terlihat sangat tampan dan mapan," batin wanita tersebut.
Saat Alvaro meletakkan buku menu yang ada di tangannya, wanita itu pun segera mengalihkan pandangannya dari Alvaro ke arah lain. Ia menunjuk salah satu menu yang dipilihnya kepada pelayan tersebut.
Tak lama kemudian, pelayan itu pun berlalu dari hadapan mereka, untuk menyiapkan hidangan yang dipesan.
Alvaro mengeluarkan ponselnya, lalu kemudian mengotak-atik benda pipih itu. Sudah cukup lama ia tak berhadapan dengan wanita, sekali berhadapan ia akan menemui banyak wanita nantinya dan itu membuat dia sedikit canggung.
"Namanya siapa?" tanya wanita tersebut pada Bima.
"Bima, Mama."
Deggg ...
Seketika jantung Alvaro hendak lompat dari tempatnya. Alvaro sudah menduganya sedari awal, bahwa putranya ini pasti akan mempermalukan dia di depan wanita itu.
Bagaimana Alvaro tidak malu? Bima tanpa berbasa-basi langsung memanggil wanita yang baru ditemui dengan sebutan mama.
Fanny, wanita yang ada di hadapan Alvaro itu langsung tersenyum. Seketika dirinya hendak terbang ke langit ke tujuh setelah dipanggil mama oleh putra dari pria tampan yang ada di hadapannya itu. Seakan bahwa dirinya telah memiliki harapan untuk lebih serius setelah ini dengan Alvaro.
Ia tahu, bahwa Alvaro merupakan idaman semua wanita. Tidak ada yang menolak Alvaro, baik itu dari segi tampang, atau pun dari segi uang. Pria tersebut terlihat sempurna tanpa cela di mata semua wanita karena kesempurnaan yang dimilikinya. Dan tentunya, meskipun ada kekurangan yang pria itu miliki seolah tertutup oleh apa yang dia punya.
Sementara Alvaro, pria itu hanya mengulas senyum tanpa tahu harus berbicara apa. Sungguh, putranya benar-benar luar biasa mempermalukannya seperti ini.
"Entah setelah ini, hal apa lagi yang akan kamu sebutkan, Nak. Jujur saja, saat ini papa ingin sekali menenggelamkan diri ke lautan yang paling dalam," batin Alvaro.
Bersambung ....
Guys, bantu rate bintang lima dong biar novelnya nanti cepet lulus kontrak😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Putri Minwa
😂😂😂
2024-02-19
0
susi 2020
😲😲😲😲
2023-04-14
2
susi 2020
🤭🤭🤭
2023-04-14
0