Sejak hari itu, Arumi sering kali menghubungi Alvaro, hanya untuk menunjukkan foto-foto wanita pilihan ibu dari Alvaro tersebut.
Terkadang, Alvaro merasa pusing. Bagaimana tidak? Ada banyak kandidat yang ditunjukkan oleh ibunya itu. Membuat Alvaro sedikit kebingungan akan menemui siapa yang lebih dulu.
Siapa yang tak mau dengan Alvaro, yang memiliki julukan DUREN MATENG. Meskipun duda, Alvaro terlihat seperti pria lajang yang begitu keren dengan tubuh atletisnya dibalut dengan style yang membuat mata wanita tak bosan memandangnya.
Selain itu, Alvaro juga memiliki paras yang menawan, mampu mencuri hati wanita dengan sekali bertatapan mata saja. Dan yang paling penting adalah ia mapan. Profesinya sebagai pemimpin perusahaan menambah nilai berjuta-juta kali lipat ketampanan pada pria tersebut.
Di saat Alvaro tengah dipusingkan oleh hal tersebut, putranya justru merasa kegirangan, karena akan banyak pilihan yang mau menjadi pengganti dari ibunya nanti.
"Ternyata yang mau jadi mamanya Bima sangat banyak ya, Pa." pria kecil itu berceloteh sembari menatap banyak foto-foto yang ada di atas meja, tepatnya di ruang tengah.
Arumi tersenyum, lalu kemudian mengusap puncak kepala cucunya itu dengan penuh kasih sayang.
"Siapa yang akan menolak ketampanan papamu itu, Sayang. Coba Bima pilih, yang mana yang paling Bima sukai di antara foto-foto ini," ujar Arumi menyuruh cucunya sendiri untuk memilih.
"Ma, jangan mengada-ada," sergah Alvaro.
"Sssttt ... kamu diam saja, Al!" ujar Arumi meletakkan telunjuknya tepat di depan bibirnya.
"Foto yang pertama di ambil oleh Bima adalah wanita pertama yang harus kamu temui," lanjut Arumi.
"Cucuku, pilihlah yang mana, Sayang." Arumi kembali membujuk Bima, membuat Alvaro menghembuskan napasnya dengan kasar.
Bima tampak berpikir sembari mengetuk-ngetukkan keningnya dengan jari telunjuk. Tak lama kemudian, ia pun mengambil salah satu foto yang ada di atas meja tersebut.
"Bima pilih yang ini saja dulu, Nek." Bima memberikan foto yang ada di tangannya kepada Arumi.
Arumi tersenyum, lalu kemudian mengambil foto tersebut dari tangan cucunya. "Ternyata cucuku sangat pintar dalam memilih," ujar Arumi.
"Namanya Fanny, anak teman arisan mama. Besok, kamu harus meluangkan waktu untuk bertemu dengan gadis ini. Tenang saja, semua foto-foto wanita yang ada di sini semuanya seorang gadis. Kamu cukup tenar di antara para gadis-gadis," lanjut Arumi seraya mengembangkan senyumnya.
"Terserah mama saja," timpal Alvaro merasa frustasi. Pria tersebut melirik ibu dan anaknya secara bergantian, lalu kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
...****************...
Pagi ini, Alvaro telah duduk di kursi kebesarannya, bergelut dengan komputer serta beberapa dokumen yang ada di atas mejanya.
Tak lama kemudian, Alvaro melirik jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 10:00, yang berarti sudah waktunya untuk Alvaro menjemput putranya di taman kanak-kanak.
Alvaro meraih kunci mobil yang berada tak jauh dari jangkauannya. Pria tersebut beranjak dari tempat duduk, lalu kemudian melangkah pergi dari ruangannya.
Alvaro melihat Juni yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Saat menyadari keberadaan Alvaro, Juni pun langsung beranjak dari kursi.
"Tetaplah di tempatmu. Aku akan menjemput Bima. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu!" titah Alvaro.
"Baik, Pak." Juni menundukkan kepalanya, setelah Alvaro berlalu pria tersebut kembali menjatuhkan bokongnya ke kursi, lalu kemudian melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Alvaro masuk ke dalam mobilnya. Pria tersebut menghidupkan mesin mobil, lalu kemudian membawa BMW berwarna hitam tersebut menuju ke jalanan.
....
Di lain tempat, Bima tengah menunggu ayahnya di taman bermain yang berada di depan sekolahnya. Pria kecil itu tengah duduk di sebuah ayunan, di temani oleh salah seorang guru cantik yang juga menaiki ayunan yang ada di sebelahnya.
Wanita tersebut memiliki banyak pertanyaan yang diajukan pada Bima.
"Apakah papamu sedang dekat dengan seorang wanita?" tanyanya.
Bima menjawabnya dengan sebuah gelengan. Dan wanita itu pun mengembangkan senyumnya.
"Kalau punya mama, Bima mau mama yang seperti apa?" tanya wanita itu lagi.
Bocah kecil itu diam sejenak, seakan berpikir apa yang harus ia jawab dari pertanyaan gurunya itu.
"Bima mau punya mama yang baik," timpal pria tersebut dengan sangat singkat.
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki yang datang menghampiri. Bima pun beranjak dari tempat duduknya, lalu kemudian berlari menghampiri ayahnya.
"Maafkan papa karena sedikit terlambat menjemputmu," ujar Alvaro seraya mengusap puncak rambut anaknya.
"Tidak apa-apa, Papa. Bima tidak sendirian di sini. Ada Bu Guru cantik yang menemani Bima," tutur bocah kecil itu.
Wanita yang sedari tadi menemani Bima pun sedikit menyisir rambutnya dengan jari-jarinya. Lalu kemudian ia berjalan menghampiri ayah dan anak tersebut.
"Terima kasih karena telah menemani anak saya," ujar Alvaro dengan menggunakan bahasa formal.
"Sudah kewajiban kami menjaga anak-anak di sini sebelum dijemput orang tuanya," timpal wanita tersebut seraya tersenyum dengan semburat merah di pipinya.
"Dari jauh saja sangat tampan, apalagi sedekat ini, dia semakin terlihat tak nyata, seolah aku tengah bertemu dengan seorang pangeran berkuda putih," batin wanita itu.
Alvaro mengernyitkan keningnya, melihat wanita yang ada di hadapannya itu menyelipkan rambutnya ke telinga sembari tersenyum tiada henti.
"Apakah Bu Guru mau mendaftar sebagai mama ku?" celetuk Bima.
"Saat ini papa sedang mencari mama baru untukku," tambah pria kecil itu.
Mendengar hal tersebut, sontak Alvaro membulatkan matanya. Ayahnya sudah seperti mainan yang ia tawarkan pada siapapun.
"Ssstt ... jangan berbicara seperti itu, Nak." Alvaro mencoba untuk menasihati anaknya agar tidak berucap demikian.
"Benarkah? Jika memang benar, aku juga mau menjadi salah satu kandidatnya," celetuk wanita tersebut yang membuat Alvaro semakin terkejut.
Wanita itu mengulurkan tangannya. "Setidaknya, kita saling mengenal terlebih dahulu. Namaku Nana." Wanita itu memperkenalkan dirinya sembari mengulas senyum.
Mustahil bagi Alvaro mengabaikan wanita yang ada di hadapannya. Sangat tidak sopan jika Alvaro mengacuhkan tangan yang sedari tadi terulur mengharap jabatan tangan darinya.
"Saya Alvaro," ujar Alvaro menjabat tangan wanita yang ada di hadapannya. Wanita itu tampak enggan melepaskan jabatan tangan dari Alvaro, membuat Alvaro kembali terkejut.
"Maaf, tangan saya."
"Ah iya, saya lupa." Wanita itu pun melepaskan jabatan tangannya setelah Alvaro menegurnya.
"Kalau begitu, saya permisi dulu," ucap Alvaro yang langsung membawa Bima untuk segera pergi dari sana. Bima pun mengikuti langkah kaki ayahnya itu. Sesekali pria kecil tersebut menoleh seraya melambaikan tangannya pada gurunya tadi.
Wanita yang bernama Nana itu pun membalas lambaian tangan Bima, lalu kemudian mengacungkan ibu jarinya, karena telah bersedia menjodohkan dirinya dengan ayah tampannya itu.
"Setidaknya aku sudah mendapatkan lampu hijau dari anaknya. Jika ada wanita lain yang mengejarnya, mungkin akan mundur karena aku telah direstui langsung oleh putranya," gumam wanita tersebut tampak kegirangan.
Dia tidak tahu, jika Bima memberikan banyak restu pada wanita lain untuk dijadikan ibu pengganti untuknya. Hanya saja, nantinya Bima akan memilih salah satu wanita terbaik yang ia pilih untuk benar-benar bisa bersama dengan ayahnya nanti.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Erina Munir
bima...juri juga ya
2024-12-23
0
Putri Minwa
mantap
2024-02-19
0
Enung Samsiah
iih buguru ni lebay
2023-11-19
2