Saat Alvaro masuk ke dalam gedung perusahaan, semua orang langsung menunduk hormat. Dengan penuh kharisma dan terlihat lebih berwibawa, pria tersebut melenggang melewati pegawai yang menundukkan kepalanya.
Alvaro berjalan beriringan dengan Juni, sang asisten. Juni menuju ke meja kerjanya, sementara Alvaro masuk ke dalam ruangannya.
Alvaro kembali melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Pria tersebut memeriksa dokumen yang ada di atas mejanya, membaca dokumen tersebut dengan seksama.
Terdengar suara ketukan pintu. Tak lama kemudian, Juni pun muncul dari balik pintu itu dengan satu buah berkas lainnya yang ia bawa.
Juni menyadari kening atasannya itu tampak berkerut. Pria tersebut langsung menanyainya karena merasa penasaran.
"Apakah ada yang salah?" tanya Juni.
Alvaro hanya tersenyum sembari memijat keningnya. "Aku merasa heran dengan anak perusahaan yang dikelola oleh Andre, entah mengapa kita selalu menyuntikkan dana untuk membantu perusahaan tersebut, akan tetapi mereka masih saja mengeluh akan kekurangan dana. Bahkan sampai saat ini, aku tidak melihat adanya perkembangan dari anak perusahaan itu," keluh Alvaro.
"Coba Bapak tanyakan pada Pak Andre dan bicarakan secara baik-baik."
"Sudah, tapi ... ya begitulah. Jika terlalu banyak menanyai hal tersebut pada Andre, maka Alvira akan marah padaku, mengatakan bahwa aku tak mempercayai suaminya, padahal jika boleh jujur memang iya," papar Alvaro.
"Lantas, apa yang akan Pak Alvaro lakukan untuk ke depannya?"
"Entahlah. Aku masih mempertimbangkannya, harus kembali membantunya atau tidak," ujar Alvaro menghembuskan napasnya dengan kasar.
....
Di lain tempat, Bima tengah asyik bermain dengan neneknya. Arumi mengajarkan sang cucu belajar sambil bermain, yang membuat Bima tak merasa bosan saat neneknya itu mengajarinya.
Tak lama kemudian, seorang wanita hamil baru saja tiba dengan membawa box makanan yang telah kosong. Dia adalah Alvira, kembaran dari Alvaro.
Alvira menikah sudah tiga tahun lamanya. Dan yang ia kandung saat ini merupakan anak pertama ia dan suaminya yang bernama Andre, yang saat ini tengah mengurus anak perusahaan yang dibicarakan oleh Alvaro sebelumnya.
Alvira memang terlambat memiliki seorang anak, akan tetapi setelah menempuh berbagai saran dari orang-orang sekitar, ia pun akhirnya mengandung setelah tiga tahun usia pernikahan mereka.
"Tante Vira," sapa Bima dengan memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Eh, Sayangnya tante." Alvira mengulas senyum sembari mengusap rambut ikal bocah cilik tersebut.
"Sebaiknya, kamu tidak usah terlalu sering bepergian, Nak. Saat ini kamu sedang hamil. Biarkan suamimu mencari makan di luar saja," ujar Arumi mencoba menegur anaknya. Bagaimana pun juga, Alvira baru saja hamil, yang seharusnya ia tidak boleh terlalu sering bepergian karena takut membahayakan bayi yang ada di dalam kandungannya.
"Tidak apa-apa, Ma. Lagi pula Vira sekalian lihat Mas Andre bekerja," bantah Vira.
Setelah melontarkan kalimat tersebut, wanita itu memilih untuk berlalu dari hadapan orang tuanya. Ia membawa langkah kakinya untuk pergi dari tempat itu, sebelum Arumi kembali mengomelinya lagi.
Melihat punggung anaknya yang semakin lama semakin menjauh, membuat Arumi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Putri semata wayangnya itu memang memiliki rasa egois yang tinggi, jarang menuruti apa yang dikatakan oleh Arumi, padahal semua itu Arumi lakukan demi kebaikannya sendiri.
.....
Hari pun mulai merangkak malam, Alvaro baru saja keluar dari gedung perusahaan. Pria tersebut masuk ke dalam mobilnya, melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Terdengar suara helaan napas dari pria tersebut.
"Aku pulang terlambat lagi," gumamnya sembari memasangkan sabuk pengaman pada tubuhnya. Alvaro pun melajukan kendaraannya menuju ke kediaman orang tuanya.
Setelah cukup lama menempuh perjalanan, Alvaro pun tiba di rumah utama. Pria itu bergegas turun dari mobilnya, berjalan masuk ke dalam rumah.
Alvaro melihat semua orang sedang berkumpul di ruang tengah, berbincang sembari menonton televisi. Ia melihat ada kedua orang tuanya, serta Alvira bersama dengan suaminya. Namun, ia tak melihat keberadaan anaknya bersama mereka.
Andre yang melihat kedatangan Alvaro pun langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu kemudian mengulas senyum. Sementara Alvaro hanya melemparkan tatapan datar pada pria tersebut. Mungkin karena masih geram akan kejadian di kantor tadi. Saat melihat keuangan anak perusahaan yang selalu minus.
"Di mana Bima, Ma?" tanya Alvaro.
"Baru saja mama menidurkannya di kamar. Dia mengantuk karena menunggumu sedari tadi," timpal Arumi.
Tanpa berlama-lama, Alvaro pun langsung melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, dan berjalan menuju ke kamar kedua orang tuanya.
Setibanya di sana, Alvaro melihat putranya yang tengah terpejam di atas kasur yang berukuran king size tersebut. Ia langsung melangkah menghampiri buah hatinya itu.
"Maafkan papa ya, Boy. Papa pulang terlambat lagi," gumam Alvaro seraya menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman, sementara tangannya mengusap puncak kepala anaknya.
Bima menggeliat kecil, pria tersebut perlahan membuka matanya. "Papa baru pulang?" tanyanya.
"Hmmm ...." Alvaro menjawabnya dengan dehaman sembari menganggukkan kepala.
"Ayo kita pulang, Sayang."
Bima perlahan menganggukkan kepala. Alvaro pun langsung membawa anaknya yang masih dalam keadaan mengantuk itu ke gendongannya. Alvaro juga mengambil tas yang dibawa oleh Bima, yang juga berada di kamar tersebut.
Saat pria itu keluar dari kamar orang tuanya, ia dikejutkan dengan keberadaan Andre yang tiba-tiba saja muncul.
"Bang, bisakah Abang kembali membantu saya kali ini?" tanya Andre yang mengutarakan maksud dan tujuannya tanpa harus berbasa-basi lagi.
"Urusan kantor bahas di kantor saja. Tolong untuk tidak menghalangi jalanku!" ucap Alvaro dengan pelan , tetapi tak menghilangkan nilai ketegasan yang terkandung dalam ucapannya.
Andre hanya menelan salivanya, lalu kemudian menggeser tubuhnya dan membiarkan Alvaro berlalu dari hadapannya.
Alvaro menuruni anak tangga, pria itu menggelengkan kepalanya karena tingkah Andre yang menurutnya memang tidak memiliki kesopanan sedikit pun. Sedari awal, Alvaro tidak setuju jika Alvira menikah dengan pria tersebut. Namun, karena Alvira yang terlalu mencintai pria itu, Alvaro pun tak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Ma, Pa, aku pulang dulu," ujar Alvaro.
Arumi dan Fahri langsung beranjak dari tempat duduknya untuk mengantarkan kepulangan Alvaro beserta cucunya. Alvira mengekor di belakang kedua orang tuanya itu.
"Hati-hati di jalan, Nak." Arumi memperingati anaknya.
"Boy, pamitan dengan nenek dan kakek dulu," ujar Alvaro yang mendekatkan dirinya karena putranya berada dalam gendongannya.
Bima pun meraih tangan Arumi, lalu kemudian mencium punggung tangan neneknya itu. Arumi langsung memberikan kecupan singkat di kedua pipi gembul cucunya. Lalu Bima beralih pada Fahri, dan pria itu mengusap puncak kepala Bima dengan penuh kasih.
"Sama Tante dan Om juga," ucap Alvaro.
Bima pun menuruti ucapan ayahnya. Ia langsung meraih mencium tangan Alvira dan Andre secara bergantian.
Setelah berpamitan, Bima pun melambaikan tangannya, lalu kemudian kedua orang tersebut masuk ke dalam mobil. Alvaro menekan klakson sejenak, lalu melajukan kendaraan roda empat tersebut menuju ke jalanan.
"Papa, besok adalah hari Minggu. Apakah kita akan mengunjungi Mama akhir pekan ini?" tanya Bima.
Alvaro mengulas senyum, lalu kemudian melemparkan pandangannya kepada putranya sejenak. "Iya, besok kita ke rumah Mama," ujar Alvaro yang kembali menatap ke arah jalanan.
Bima tampak senang. Ia pun kembali memejamkan matanya, tertidur selama di perjalanan.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, Alvaro pun memarikrkan mobilnya di tempat khusus parkiran. Pria itu tinggal bersama dengan anaknya di sebuah apartemen mewah yang ada di kota tersebut.
Ia pun menaiki lift, menuju ke unit tempat tinggal mereka yang berada di lantai empat. Sesampainya mereka di rumah, Alvaro pun langsung membawa anaknya ke dalam kamar, membaringkan putranya itu dengan sangat berhati-hati.
"Tidurlah yang nyenyak, Nak."
Alvaro memberikan kecupan singkat di kening putranya itu. Lalu kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh Bima.
Pria tersebut beranjak dari tempatnya, mematikan lampu kamar Bima, dan setelahnya menutup rapat pintu kamar tersebut.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Erina Munir
jngn2 s andre...ngurusin kel nya lgi ...makanya.minus terus
2024-12-23
0
Putri Minwa
semangat terus thor
2024-02-19
0
Enung Samsiah
fix andre jahat
2023-11-19
5