Mia duduk sendiri di sebuah rumah pohon melihat hamparan hijaunya daun teh yang berada di bawah kaki ku yang tak bertapak, mendengarkan alunan musik di ponsel membawaku terbawa ke kenangan Indah ku dengannya dimasa lalu. Sudah 2 Minggu Mia berada dipuncak untuk mengambil foto pemandangan alam disana.
Alun
Waktu bergulir lambat merantai langkah berjalan kita
Berjuta cerita terukir dalam menjadi sebuah delima
Mengerti kah engkau perasaan ku tak terhapuskan
Dalam benakku aku bisa melihat bayangannya dengan jelas bagaimana dia menyapaku? Dengan senyumannya yang mengembang berbinar.
"Mia.. sapanya dengan senyum yang selalu berbinar.
"Iya, kak... Jawab Mia dengan tersipu malu. Setiap kali Mia bertemu dengan Malik, wajahnya akan merah merona, kerja jantung ku akan berdebar lebih kencang dari sebelumnya.
Malam menangis
Tetes embun membasahi mata hatiku
mencoba bertahan diatas puing-puing
cinta yang tlah rapuh
Apa yang ku genggam tak mudah untuk aku lepaskan
Malik pria yang mengenalkan Mia akan keras dan indahnya dunia ini, akan perasaan cinta yang Mia rasakan, Malik adalah sosok malaikat pelindungnya. Tindakannya selalu membuat Mia bahagia, tak pernah Malik menyakiti Mia, Malik menjaga Mia dengan baik. Pria yang bertanggung jawab akan tindakannya dan perkataannya, membuat Mia jatuh hati begitu saja dalam akan pesonanya. Tapi sekarang, Malik tlah pergi meninggalkan Mia disini, terjebak akan semua cintanya yang tlah dia berikan pada Mia.
Aku terlanjur cinta kepadamu
Dan tlah ku berikan seluruh hatiku
Tapi mengapa baru kini kau pertanyaan kan cinta ku
Aku pun tak mengerti yang terjadi
Apa salah dan kurangku padamu
Kini terlambat sudah untuk dipersalahkan
Karena sekali cinta, aku tetap cinta
(Lirik terlanjur cinta,Rossa ft Pasha ungu)
"Mas Malik." lirih Mia mengucapkan namanya berkali-kali sejak hari itu. Tak terasa air mataku jatuh tak tertahan.
"Kamu pasti bisa Mia, lupakan lah, kamu harus bahagia," yakin Mia pada diriku sendiri.
Dor.... Seseorang mengagetkan Mia, segera Mia menghapus air matanya, Mia menoleh siapa yang mengagetkannya?. Dia adalah Jaka seorang remaja tanggung yang menjadi tour guide selama Mia mengambil foto di puncak.
"Jaka! Kaget tahu,." Kata Mia.
"Hehehe."Cengirnya, "Maaf kakakku yang cantik... Salah sendiri ngelamun, sampai Jaka naik saja nggak kedengaran, pasti lagi ngelamunin Jaka ya atau mantan? Hayo siapa kak? Jangan kebanyakan galau gitu kak, apalagi sendiri ditempat sepi kayak gini, nanti kalau ada yang lewat, terus kesambet gimana? siapa yang nolong? Untung ada Aa Jaka yang datang". Omel Jaka mengambil duduk disebelah Mia.
"Siapa yang ngelamun?" Elak ku. "Kakak lagi konsentrasi buat spot besok, enaknya diambil sebelah mana? tadi sudah dapat tapi gara-gara Jaka hilang deh," jawab Mia lesu mengalihkan.
"Masak? nggak percaya? Ngaku deh kak, pasti lagi mikirin seseorang kan, soalnya lagu yang puter galau melulu," menggoda Mia. "cieee.. siapa kak? Apa Jaka kenal atau kakak lagi mikir Aa Jaka?"sedikit mengangkat alisnya.
"Ngaco kamu? Siapa juga yang lagi mikirin seseorang atau kamu? emang enggak boleh dengerin lagu galau, toh Suasana mendukungnya. Udah deh, Kamu itu masih kecil belum waktunya buat tahu urusan orang dewasa atau cinta-cintaan, mikirin gimana sekolah yang baik." Nasehat Mia.
"Gini-gini Jaka udah besar kali kak, sudah kelas 2 SMA." Menepuk dadanya dengan bangga. "Banyak loh kak, seusia Jaka sudah ada yang pacaran, jadi enggak masalah buat cinta-cintaan, apalagi kalau ada bidadari yang turun dari kahyangan, nih disamping Jaka bidadari nya," tersipu malu.
"Maksud kamu cerita Jaka Tingkir yang ngintip bidadari mandi di sungai lalu nyuri selendang gitu."celetuk Mia sok tidak mengerti.
"Masak sih, hari gini ada bidadari turun dari kahyangan, kayaknya sudah enggak zamannya deh. Apalagi kalau mau ngintip orang mandi bisa-bisa entar dilapori polisi atas tuduhan pelecehan, emang kamu mau kayak gitu."Kekeh Mia menepuk bahu Jaka pelan.
"Siapa juga yang mau ngintip orang mandi kak?, Kan bidadari nya sudah ada didepan mata Jaka, sebelah jaka malahan." Mia memutar bola matanya malas. Karena tahu yang dimaksud bidadari adalah dirinya.
"Kakak mau enggak jadi bidadari nya Aa Jaka, dijamin bahagia dunia akhirat, Jaka siap jadi sandaran kakak, nggak apa-apa kakak lebih tua dari Jaka, asal itu kakak, kalau yang lain mah Jaka ogah, gimana kak?" ucapnya salah tingkah.
"Siapa? Aku?" Menunjuk dirinya sendiri. "Kayaknya enggak deh Jak, kakak sukanya yang lebih tua dari kakak, kalau daun muda sih kakak enggak doyan."Kekeh Mia tertawa lebar.
"Yang lebih muda itu menantang Kak, seperti Jaka. Jadi gimana kak? Jaka juga sudah siap jika hubungan kita nanti sampai ke pernikahan."
"Hmmm... Ceritanya ini kamu nebak kakak gitu? serius?" Tanya mia mengubah ekspresi lebih serius.
"Bisa dibilang gitu, kalau Kakak mau, Jaka siap, soalnya kakak baik, juga cantik, membuat jantung Jaka deg deg deg serr gitu." kekeh Jaka salah tingkah.
"Jadi gimana kak? Jaka nunggu jawaban kakak, Jaka jadi grogi nih, jantung Jaka deg-degkan."
"Gimana ya Jak? Hmmm... Kakak pikir-pikir lebih baik kita berteman saja atau kita bisa jadi saudara, Jaka bisa anggap kakak sebagai kakak kandung Jaka, seperti kakak menganggap Jaka seperti adik sendiri."
"Kakak, jangan langsung ditolak, dipikir dulu, mungkin yang muda seperti Jaka lebih menantang dari pada yang tua", rengek Jaka mengayunkan tangan ku.
"Kamu kok ngeyel sih Jak? jawaban kakak tetep sama, kakak hanya bisa menganggap Jaka kayak adik kakak sendiri, tidak lebih tidak kurang, lebih baik Jaka fokus pada masa depan Jaka, bagaimana caranya Jaka membahagiakan orang tua Jaka terutama Jaka sendiri." Pesan Mia bijak.
"Yah kak, kakak kok gitu sih? Awas loh kak, nanti kakak jodohnya dapat yang lebih muda." Ketus Jaka.
"Ih kamu kok ngancem kakak sih." Kekeh Mia melihat tingkah Jaka yang lagi manyun.
"Jaka gak ngancem ya kak, Jaka cuma mendoakan, kelak kakak berjodoh sama yang lebih muda, semoga malaikat yang lewat denger apa yang jaka ucapin diamini, kakak tahu sendiri kan kalau omongan Jaka itu kejadian, Wek.." menjulurkan sedikit lidahnya.
"Kamu kok gitu sih Jak, mengutuk kakak kayak gitu, kalau enggak diterima cintanya ditolak nggak boleh begitu, jangan dijadikan kebiasaan omongan yang tidak baik, dan Kakak berdoa sama Tuhan agar doa kamu tidak di kabulkan" balas Mia gemes mencubit lengan Jaka.
"Aduh! sakit kak, rengek Jaka. "Kenapa harus main cubit, sakit tahu?", Jaka mengusap lengannya.
"Salah sendiri ngomongnya jelek gitu, lebih baik kakak turun, sebentar lagi mau hujan, kamu nggak mau turun, nanti sakit kalau kehujanan". Kata Mia berdiri dari duduknya.
"Biarin, Jaka bisa pulang sendiri, Jaka udah kebal yang namanya hujan," ucap Jaka dengan muka yang cemberut.
"Yah udah Kakak turun duluan,bye.."balas Mia turun dari rumah pohon itu.
"Kok beneran ditinggal sih kak, kak tunggu, Jaka anterin pulang." teriak Jaka lagi, sedangkan Mia terus berjalan menyusuri jalanan setapak perkebunan daun teh tanpa menghiraukan teriak jaka.
"Bukannya itu mobil kantor." batin mia, melihat sebuah mobil yang keluar dari villa.
"Apa bang Jetro sama bang Dika sudah tiba? tumben mereka diantar mobil perusahaan." monolog mia bergegas masuk kedalam villa, bermaksud mencari keberadaan mereka berdua.
"Assalamualaikum bik Inah." sapa Mia kepada bik Inah yang sedang berdiri didepan teras villa.
"Walaikumsalam neng Mia, sudah dapat gambarnya neng?"
"Belum bik, bik tadi Mia lihat ada mobil perusahaan didepan gerbang, emangnya siapa yang datang bik? bang Jetro atau bang Dika?" tanya Mia menelisik keberadaan mereka berdua.
"Ooh tadi mobilnya anterin paket ini neng, bukan akang-akang yang neng sebutkan tadi, ini paketnya neng." Mia menyerngitkan alisnya, melihat paket yang bik Inah tunjukan yakni sebuah amplop coklat besar.
"kayaknya ini penting neng, ada nama neng Mia juga disini." menyerahkan amplop beras itu kepada mia.
"Terima bik, Hem... kira-kira apa ya bik?, enggak biasanya kantor ngirim kayak gini," Mia menbolak-balikan amplop tersebut.
"Dibuka aja neng Mia, mungkin dari kantor, siapa tahu penting?" Balas bik Inah.
"Iya bik, nanti Mia buka," Memasuki villa tersebut.
"Neng Mia entar malam mau dibuatin apa? Biar bibik masakin." tanya bik inah.
"Terserah bibik aja, apa aja Mia makan, Mia mau istirahat keatas dulu bik, nanti kalau ada yang nyariin Mia, bilang saja Mia gak mau diganggu untuk hari ini, terimakasih ya bik, Mia keatas dulu, nanti bibik tidak usah panggil Mia buat turun, biar Mia sendiri, bibik istirahat saja." pamit mia naik ke lantai atas.
"Iya neng, kalau gitu bibik ke dapur lebih dahulu" kata bik Inah.
Ingin rasanya Mia segera beristirahat untuk merefleksikan tubuhnya dengan berendam air hangat. "Berendam dulu baru lanjut edit fotonya" Monolognya, meletakkan amplop besar itu ditepi ranjang, kemudian melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
Tiga puluh menit kemudian, Mia keluar dari kamar mandi, Mia duduk ditepi ranjang sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Ekor matanya tak sengaja melihat amplop yang dia letakan tadi. Mia meletakkan handuknya di ranjang, mengambil amplop besar itu, membukanya secara perlahan, Hanya ada nama mia saja yang tertulis disana, tidak ada logo perusahaan, membuat kau penasaran.
Mia mendapati amplop itu berisi buku tabungan, yang sudah Mia ketahui, itu adalah buku tabungan pernikahan mereka, jika hubungan mereka tidak berakhir, mungkin saat ini uang tersebut akan terpakai untuk persiapan pernikahan mereka, Selain itu ada beberapa surat.
Mia membuka surat-surat tersebut membaca dengan teliti, surat tersebut bertuliskan tentang bukti terimakasih atas sumbangan untuk negara P yang sedang berkonflik, Tenyata Malik menyumbangkan seluruh uang tabungan pernikahan mereka untuk kemanusiaan dan atas nama Mia.
Terakhir dia menemukan sebuah kotak cincin, berat rasanya Mia membukanya, seperti sebuah pertanda hubungan mereka tidak akan bisa bersatu kembali. Mia berharap kotak itu tidak ada isinya, akan tetapi Mia setalah Mia membukanya, dia bisa melihat sebuah cincin berukuran pria sudah terletak disana. Mata Mia mulai berembun.
"Semua sudah berakhir Tuhan." Lirih Mia, mia berfikir jika hubungan mereka hanya butuh introspeksi diri, makanya dia tidak menghubungi Malik selama beberapa bulan ini, tapi kenyataannya hubungan mereka memang sudah berakhir.
"Tuhan tolong berikan aku keikhlasan untuk melupakan semua ini, aku mohon hapus segala rasa cintaku kepadanya, cabut kembali rasa ini Tuhan." Isak Mia tak bisa menahan air mata yang selama beberapa bulan ini mengalir terus.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments