"Maaf, tapi ini keputusan ku, aku mohon sama kamu, kamu bisa dapatin orang yang lebih baik dariku, untuk masalah orangtua kita, entar aku yang akan bilang sama mereka, kamu cukup fokus sama apa yang kamu kerjakan, dan untuk uang tabungan yang kita kumpulkan nanti aku proses, kamu cukup duduk saja, nanti aku yang bereskan, jadi aku mohon kamu kabulkan permintaanku, aku tahu kamu sayang sama aku tapi kalau hatiku sudah mati akan cintamu percuma kita bersamaku, yang ada kita akan saling menyakiti satu sama lain, jadi aku mohon sam.... ," tanpa menghiraukan Mia yang sedang kalut sendiri.
"Cukup mas!" potong Mia keras, kedua tangannya menutup telinganya, rasanya dia tidak ingin mendengar semua yang dikatakan oleh Malik, Mia belum bisa menerima ini semua, hatinya hancur seketika.
"Apa kamu tidak bisa melihat aku mas? hiks, keadaan aku mas! kenapa kamu jadi egois?" kata Mia dengan air mata yang berjatuhan, Mia mencoba mengontrol emosinya Agar tidak marah kepada Malik, sesekali dia mengatur nafasnya, menunduk kan wajahnya untuk menghapus air matanya.
Sedangkan Malik hanya bisa memalingkan wajahnya, Malik memilih diam membisu, hanya isakan yang keluar dari bibir mungil itu. Pikiran Mia bagaikan benang kusut yang tak dapat diurai, Mia mencoba menyadarkan dirinya sendiri. Mencoba berpikir sehat, meski hatinya sakit, mencoba memutuskan apa yang harus dia lakukan?
"Apakah dengan cara ini kamu akan bahagia." guman Mia lirih masih terdengar oleh Malik.
"Apa maksud kamu?" tanya Malik. dengan wajah dinginnya.
"Aku tanya, apakah dengan cara ini kamu bahagia?" Ulang Mia kembali, dengan tangan yang masih menghapus jejak air mata di pipi.
"Aku akan bahagia dan tidak akan menyesal." jawab Malik mantap, Mia melihat mata Malik untuk mencari keraguan di dalamnya, tapi dia tidak menemukan keraguan sedikitpun dari mata itu, mungkin jika mas Malik ragu Mia akan mencoba untuk mempertahankan, memperbaiki hubungan yang sebenarnya tidak begitu ada masalah, karena Mia merasa hubungan mereka baik-baik saja sebelum Malik mengungkapkan keinginannya.
Mia mencoba menguatkan diri sendiri, sesekali ia menggigit bibirnya agar tangisnya tidak keluar, mencoba memberikan senyum terbaik untuk sang tunangan yang sekaligus akan menjadi mantannya. Mia berusaha tegar dengan apa yang dia alami sekarang.
"Jika kamu bahagia, ma-ka aku ik-hlas kamu pergi, kita akhiri saja hubungan ini asal kamu bahagia, terimakasih untuk semuanya" isak Mia nanar. Mia mencoba mengikhlaskan takdir hubungan mereka meski itu sulit
"Terimakasih kasih atas makanannya, aku minta maaf atas apa yang pernah aku lakukan sama kamu selama ini, maaf aku tidak bisa menjadi apa yang kamu harapkan? maaf aku masih banyak kekurangan, semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang kamu inginkan, Terimakasih atas segala, selamat tinggal mas." kata Mia tegar, segera meninggalkan Malik yang masih duduk mematung dimeja makan tersebut.
Malik tidak menyangka akan secepat ini Mia mengabulkan apa yang dia inginkan, Malik berfikir akan sulit untuk lepas dari Mia karena mereka sudah ditahap yang begitu serius dan hubungan mereka yang lama. Malik hanya bisa diam menatap punggung rapuh Mia menjauh dari nya.
Mia buru-buru keluar dari restoran tersebut, dia tidak menghiraukan hujan yang begitu deras mengguyur malam ini, Mia mendekap tasnya erat berjalan menyusuri trotoar, tangisnya pecah air mata terus mengalir di kedua pipinya. Hatinya begitu mengganjal akan apa yang sudah terjadi.
"Kenapa mas? Aku mencintaimu, kenapa? Apa salahku? Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu? Aku seperti tidak mengenalmu? Kamu beda? Kenapa kamu tega sama aku?" Pikiran Mia yang berkecamuk, kata-kata yang tidak bisa dia keluarkan tadi hanya bisa dia pendam sendiri.
"Tuhan aku harus bagaimana? Sayap ku tlah lepas?, Bagaimana caranya aku mengikhlaskannya Tuhan? aku harus bagaimana?" lirih mia pada dirinya sendiri, Mia mendongak wajahnya ke atas memejamkan matanya meresapi hujan yang jatuh ke tubuhnya, seakan semesta alam merasakan apa yang dia rasakan.
Hingga Mia duduk termenung di sebuah halte yang tak jauh dari restoran itu, matanya kosong, dia hanya melihat kendaraan yang berlalu lalang tanpa menghentikan salah satu taksi untuk membawanya pulang. Hingga dering ponsel mengagetkannya, Mia pikir mas Malik yang menghubunginya tapi layar ponsel menunjukkan nama sahabatnya, dia segera menggeser icon panggil.
"Sea.." jawab Mia lirih. "Sea.. hiks... Sea hiks.. hiks." Hanya nama sahabatnya yang keluar dari bibirnya, Sedangkan sea diujung sana terkejut mendengar sahabatnya terisak.
"Hallo mi.. Lo kenapa?, ada apa? Malik nyakitin Lo? Lo sekarang dimana? Lo kenapa?" Tanya Sea cemas, Sea hanya mendengar isakan Mia yang menyayat hati.
"Se.. kenapa Mia?" Tanya bang Aiden melihat wajah Sea yang begitu khawatir, mereka sekarang berkumpul di rooftop kantor.
"Gak tahu bang, Gue cuma dengar dia nangis, Gue khawatir bang sama anaknya, Gue takut dia kenapa-kenapa?, haduh salah hujan juga." Jawab sea, semua yang mendengar apa yang dikatakan sea menjadi khawatir akan keadaan Mia sekarang.
"Hallo mi.. Lo dimana, Gue jemput?" Tanya sea mencoba berkomunikasi dengan Mia, sedangkan Mia hanya bisa menangis memegangi ponselnya dengan kuat. Sesekali memukul dadanya yang sakit, menggeleng-gelengkan kepala menyangkal akan kejadian barusan.
"Bang gue khawatir sama Mia bang, gue takut Mia disakiti." kata sea penuh kekhawatiran kepada yang lainnya
"Gimana nih bang dia gak jawab apa yang gue tanyain, Gue cuma denger isakannya, bang coba Lo hubungi Malik, siapa tahu Malik tahu apa yang terjadi sama Mia?." pinta Sea ke bang Aiden.
"Bentar Gue hubungi Malik?" jawab Aiden segera mungkin menelpon malik tapi tidak menerima jawaban.
"Enggak dijawab sama anaknya, tapi nomernya masih aktif?" ujar bang Aiden bingung.
haduh gimana ini?, Sea tambah khawatir
Jetro yang melihat itu, berinisiatif meraih kunci mobilnya, segera memakai jaketnya. "Gue yang akan cari Mia?" usul Jetro membuat semua orang menoleh kepadanya.
"Lo-lo pada tunggu disini aja dulu, entar kalau gue butuh bantuan, gue chat digrup." dianggukin sama yang lain
"Se.. ,Lo ikut gue, pastiin Lo terus terhubung sama Mia, tanya dia pelan-pelan, Lo nenangin dia dulu, baru tanya dia dimana? Ini tas Lo, Gue cabut dulu, wajah Jetro begitu cemas penuh kekhawatiran.
"Iya bang," jawab sea menerima tasnya dari Jetro.
"Jet, Lo pastiin Mia baik-baik saja, terus kalau sudah ketemu langsung bawa pulang ke apartemennya, Se.. Lo nanti nginap aja di apartemennya, jaga Mia, kalau butuh bantuan jangan lupa hubungan kita." kata bang Aiden.
"Iya bang.." jawab Jetro. Sedangkan Sea mencoba menenangkan Mia untuk mencari tahu keberadaannya.
"Bang.. bang... Bang.., tepuk Sea dipundak bang jetro yang ada didepannya. "Mia, ada di halte dekat restoran xxx."
"Kalau gitu kita kesana, Sea Lo pokoknya tetep terhubung sama Mia, bilang kita akan menjemputnya." Perintah jetro.
"Iya bang.." jawab sea yang masih terhubung dengan Mia. Sea dan Jetro pun segera mengemudikan mobilnya ke daerah tempat restoran xxx berada. Sekitar dua puluh menit mereka sudah berada lokasi dimana Mia berada, Jetro memelankan laju mobilnya, mencari keberadaan halte yang disebutkan oleh Mia, mobil Jetro berhenti didepan halte yang dimaksud Mia.
Sea bergegas membuka pintu mobil, menghampiri Mia yang menangis dipojokan halte dengan baju yang basah karena hujan.
"Ya ampun!" Sea kaget dengan penampilan Mia yang begitu berantakan, sedangkan wajah Jetro mengeras tidak terima orang yang dikasihinya terluka.
"kamu kok bisa kayak gini?," getar Sea akan menangis melihat sahabatnya tersebut, segera Sea rangkul Mia kedalam pelukannya. Jetro segera melepaskan jaketnya, memakaikan jaket tersebut ke tubuh Mia agar dia tidak terlalu kedinginan.
"Hiks Sea...Hiks.. Sea.. hiks Sea dia pergi.. hiks Sea semua telah berakhir.. hiks" Isak Mia pilu berulang kali.
Sea.. melonggarkan pelukannya menangkup wajah Mia menghapus jejak air mata yang masih berjatuhan. Sea merasa tidak tega dengan apa yang terjadi kepada sahabatnya.
"Kamu kenapa?, mendekap Mia erat, Malik dimana? Kenapa dia ninggalin kamu kayak gini?" Tanya sea mencari keberadaan Malik.
"Hiks sakit... Hiks sakit.. hiks..hiks dadaku sakit hiks," Mia mengeratkan pelukannya.
Jetro yang melihat Mia begitu terluka, mengepal tangannya tak terima dengan apa yang terjadi. "Kalau gue Sampek ketemu sama Lo Lik, gue bakal kasih Lo perhitungan karena sudah buat orang yang gue sayangi kayak gini" batin Jetro marah.
"Kurang ajar tuh cowok, gak ada rasa tanggung jawab apa? gila tuh malik, sampai ketemu gue hajar tuh orang, udah bikin anak orang nangis ditinggal sendiri, hujan lagi, emang gak ada otaknya itu cowok, brengsek." umpat sea menggebu-gebu tidak terima sahabatnya disakitin.
"Sea, udah sea," kata bang jetro menepuk bahu sea untuk menghentikan mengumpatnya kepada orang lain. "mending kita segera bahwa Mia ke apartemen, gue takutnya dia sakit."
"Mia kita pulang yuk," bujuk Sea lembut, "nanti Lo sakit, cup..cup udah ya, masih ada kamu disamping Lo, Lo enggak akan sendiri, kita pulang ya." memapah Mia berjalan kearah mobil.
Jetro segera membuka pintu belakang penumpang, memastikan Mia duduk dengan nyaman. Setelah mereka masuk mobil, Jetro menyalahkan mobilnya menuju apartemen Mia, sesekali dia melirik kebelakang untuk memastikan keadaan Mia, yang masih menangis sesenggukan.
"Sea tolong Lo chat grup kalau Mia sudah sama kita, mereka pasti masih nunggu kabar dari kita." perintah jetro.
"Iya bang, ini gue mau chat grup." balas sea.
"Entar kalau sudah Sampai apartemen, jangan lupa Mia suruh segera ganti baju, buatkan minuman hangat, terus temenin dia sampai tidur, jangan kamu tinggal sendirian, kalau bisa beberapa Minggu kedepan Lo tinggal bareng sama dia" nasihat Jetro hanya dianggukin oleh sea.
Flashback end
Tok..tok.. tok.. suara pintu kamar Mia yang diketuk oleh Sea
"Mia gue minta maaf, Gue nggak bermaksud buat buat nyakitin Lo , Mia buka pintunya, sorry Mia, gue nyesel," ucap Sea masih berdiri didepan pintu kamar Mia dengan muka tertekuk penuh penyesalan, karena perbuatannya menjelekan mantan tunangan sahabatnya.
Ceklek suara pintu terbuka, Mia keluar dari kamarnya memeluk sahabatnya, Mia juga menyesalkan telah membentak sahabatnya tadi.
"Aku juga minta maaf, maaf karena sudah bentak kamu." penuh penyesalan
"Seharusnya gue yang minta maaf sama Lo, gue yang mancing lo, sorry nggak bermaksud" Lirih Sea.
"Nggak apa-apa se, aku tadi juga tersulut emosi, aku nggak marah sama kamu, kita baikan ya," Mia melepaskan pelukannya.
"Iya Mi., kita baikan, sebagai tanda kita berbaikan, Lo gue antar ke puncak, mumpung hari ini sama besok gue masih free. Iya-iya" bujuk sea.
"Baik, tapi kamu yang nyetir ya." cengir Mia, " kalau gitu aku siap-siap dulu, Lo juga harus siap-siap juga,"
Akhirnya kedua sahabat itu berbaikan, mereka masuk ke kamar masing-masing bersiap untuk pergi ke puncak.
bersambung
kritik dan saran silakan..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments