Stand boba tutup pada jam tujuh malam. Jadi sudah satu jam Rafael menunggu Lissa yang bahkan tidak mengetahui jika dirinya sedang ditunggu oleh Rafael. Jam tujuh tepat akhirnya Lissa mengemasi semua barang-barang yang ada di dalam stand dan mencatat penghasilan hari ini setelah ia menutup kios.
Tepat saat Lissa baru selesai mengunci stand, ia melihat Rafael mendekat dengan Petra yang berjalan di belakangnya. Seperti biasanya.
Melihat Rafael yang mendekat, Lissa segera menghampirinya. Awalnya ia heran saat melihat Rafael ada di sana. Tetapi setelah ia melihat mobil yang pagi tadi mengantarnya tidak jauh dari tempat itu segera mengerti bahwa ia sejak awal telah diawasi. Ia pun merasa bersalah.
"Selamat malam." Sapa Lissa.
"Kenapa kamu masih bekerja?"
"Memangnya kenapa?"
"Kamu sudah menikah denganku. Bagaimana jika ada orang yang mengenalimu? Apa yang dipikirkan orang tentang keluarga Abraham yang membiarkan menantu mereka untuk bekerja di sebuah stand minuman di pinggir jalan hah? Kau sengaja melakukannya untuk mempermalukan keluargaku?" Ucap Rafael marah.
"Tidak akan ada yang mengenaliku sebagai nyonya Abraham di sini. Semua orang yang hadir dalam pesta pernikahan semuanya adalah dari kalangan atas yang tidak mungkin membeli minuman di tempat kecil seperti ini. Jadi jangan khawatir jika ada yang akan mengenaliku."
"Apa uang yang aku berikan masih kurang?" Rafael menggertakkan giginya.
"Tidak. Tapi itu adalah uang milikmu. Bukan milikku. Jika aku tidak berkerja, bagaimana aku biasa mengirim uang untuk keluargaku di kampung? Lagipula bekerja adalah salah satu masalah pribadi. Jadi kamu tidak bisa ikut campur."
"Aku sudah memberikannya padamu. Terserah kamu gunakan untuk apa saja. Huh! Lupakan saja." Ucap Rafael sebelum ia berbalik dan meninggalkan Lissa dengan marah.
Lissa tertegun sementara waktu hingga Petra menyadarkannya. "Nyonya, pak Bos sudah memikirkan semuanya untuk nyonya. Jadi, selain memberikan uang modal usaha pada keluarga anda di kampung, pak Bos juga akan bertanggung jawab mengirimkan uang pada keluarga anda di kampung." Ucap Petra sebelum ia juga meninggalkan Lissa.
"Aku hanya tidak ingin berhutang budi terlalu banyak. Juga tidak tahu kapan aku akan menerima perlakuan seperti ini. Jika suatu saat nona Steffi kembali dan aku akhirnya dibuang, setidaknya aku masih memiliki pekerjaan saat itu." Gumam Lissa menatap punggung Rafael yang menghilang masuk ke dalam mobil.
Setelah mobil yang dikendarai Petra menghilang dari pandangannya, ia berjalan ke arah mobil yang mengantarnya dan segera masuk dengan lesu.
"Tolong antarkan saya ke gang yang tadi pak."
"Maaf nyonya, tetapi tuan meminta saya langsung membawa anda pulang." Mendengar jawaban Pak Parmin, Lissa menghela napas. Bagaimana ia pulang ke rumah besar itu dengan penampilan seperti ini? Kartu yang diberikan Rafael padanya juga ia tinggal di kamar kosnya, jadi dia tidak bisa membeli baju ganti.
Malam harinya Lissa tidak bisa tidur memikirkan apa yang dikatakan Petra padanya. Saat ini ia merasa bersalah. Meskipun dalam kontrak tertulis untuk tidak saling mencampuri urusan pribadi, sepertinya aturan itu hanya berlaku untuknya dan bukan Rafael. Secara logis pria itu telah membayar dirinya untuk menjadi istri kontrak nya. Jadi sepertinya memang tidak masalah jika pria itu mengaturnya. Apalagi saat ia memikirkan apa saja yang telah diberikan padanya.
Lissa yang tidur di sofa panjang di kamar hampir terjatuh saat ia berbalik saat ia sibuk berpikir. Untung saja sebuah tangan menahannya sehingga ia tidak terjatuh.
"Hati-hati. Kamu tidur di sofa dan bukannya di atas ranjang. Jika kamu negeriku seperti cacing kepanasan, kamu akan segera jatuh."
"Aku tidak bergerak seperti cacing." Lissa segera menarik tubuhnya ke tengah dan duduk di atas sofa dengan mengerucutkan bibirnya.
"Lalu tadi apa? Aku sudah memperhatikan sejak tadi kamu menggeliat di baling selimut."
"Itu karena aku sedang berpikir."
"Itulah caramu berpikir?" Rafael mengangkat alisnya.
"Bukan itu intinya. Intinya adalah aku ingin meminta maaf. Aku tahu aku salah. Seharusnya aku bersyukur atas semua kebaikan yang tekah kamu lakukan padaku. Kamu tenang saja besok aku akan mengajukan pengunduran diri dari pekerjaan itu." Ucap Lissa serius. Ia sudah memikirkannya sejak dia masuk ke drama mobil saat ia pulang. Di perjalanan ia banyak merenung dan akhirnya memutuskan untuk segera mengundurkan diri.
"Huh. Aku juga minta maaf. Seharusnya aku bertanya padamu alasan mengapa kamu masih berkerja. Tapi jika kamu memang benar-benar masih ingin bekerja, aku akan meminta Petra unik mengatur posisi di kantor yang cocok untukmu. Bekerja di stand minuman itu pasti melelahkan. Pakai harus berdiri beberapa jam. Belum lagi di tengah cuaca yang panas ini."
"Terima kasih. Tetapi aku masih belum lulus. Bagaimana aku bisa berkerja di tempat bergengsi seperti AB Mandiri. Aku merasa tidak pantas."
"Tidak apa-apa. Pasti ada pekerjaan yang cocok untukmu di sana. Anggap saja seperti magang."
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih banyak. Aku sudah banyak merepotkan."
"Tidak perlu berterima kasih padaku. Apa yang aku berikan padaku tidak ada apa-apa nya dari apa yang aku dapatkan dengan menikah denganmu."
"Benar. Hubungan ini adalah atas dasar keuntungan." Lissa mengangguk setuju. Baiklah. Biarkan mengalir seperti air.
*
*
*
~♡Kupilih Penggantimu_20♡~
Tolong sempatkan waktu untuk menyentuh tanda Like ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Whatea Sala
Lanjut thor..semangat ya
2023-03-25
0