Bab. 17

Lissa memandang seorang pria paruh baya yang berdiri di samling mobil mewah dengan bingung. Meskipun Rafael sudah mengatakan padanya bahwa ia akan diantarkan sopir mulai hari ini untuk pergi kemanapun, ia masih merasa tidak nyaman. Ia terbiasa memakai sepeda atau terkadang naik angkot sebagai moda transportasi nya dan bukan mobil dan seorang sopir pribadi.

"Nona Lissa, ini adalah pak Parmin. Sopir yang khusus mengantar Nona pergi. Nona bisa memintanya mengantar nina kemanapun dia kapanpun. Pak Parmin bisa dikatakan adalah sopir senior di kediaman ini dan selalu memiliki kinerja yang baik. Karena itulah saya merekomendasikannya pada pak Bos untuk memilihnya." Petra menjelaskan dari samping. Ia sudah berada di kediaman Abraham sejak tiga puluh menit yang lalu. Satu jam sebelum Rafael berangkat ke kantor.

"Tapi sepertinya ini tidak perlu Petra. Aku bisa naik ojek atau angkot saja seperti biasanya."

"Nona harus ingat jika saat ini nona tinggal di kediaman Abraham. Tidak sembarangan kendaraan dapat masuk ke area ini. Untuk dapat menemukan moda transportasi umum, anda harus berjalan kurang lebih satu kilometer dari gerbang utama  kediaman ke gerbang utama komplek. Sebelumnya nona harus berjalan dari pintu ini hingga ke depan gerbang paling tidak membutuhkan waktu lima belas atau dua puluh menit. Itu masih belum cukup karena di depan komplek tidak ada halte maupun pangkalan ojek sehingga anda harus berjalan lebih hau lagi. Apa nona sanggup?" Jelas Petra sambil menaikkan frame kacamata yang bertengger di ujung gudangnya.  

"Ah! Kenapa begitu jauh?" Lissa sangat terkejut stelah mengetahuinya. Ia memang tahu tempat ini sangat luas. Tetapi karena pikirannya yang terasa masih melayang, ia tidak bisa mengingat hal lain selain statusnya yang baru.

"Bagaimana jika memberiku sepeda atau sepeda motor. Aku bisa memakainya. Tidak perlu memakai sopir." Lissa masih terasa tidak nyaman. Belum lagi jika ada orang yang melihatnya turun dari mobil dan mengenakan pakaian yang serba merah,ia akan segera menjadi pusat perhatian semua orang.

"Jika kamu tidak menginginkan mobil beserta supirnya,  kamu.bisa pergi dengan berjalan kaki." Suara Rafael terdengar dari belakang. Semua orang menoleh.

"Tidak. Siapa bilang aku menolak semua ini. Aku akan pergi menggunakan semua ini." Lissa segera berjalan ke samping mobil. "Pak Parmin ayo berangkat." Ucap Lissa segera.

"Baik nona." Pak Parmin membungkuk hormat sekali pada Tawarkan sebelum akhirnya ia maju untuk membukakan pintu bagi Lissa.

"Aku berangkat dulu." Lissa kembali berbalik dan berdiri di daerah Rafael. Tangannya reflek mengulurkan tangan untuk meraih tangan Rafael untuk diciumnya.

Rafael begitu terkejut saat ia merasakan bibir hangat yang lembut yang mendarat di punggung tangannya. Pikirannya kosong sesaat.

"Bukankah tadi malam kamu sendiri yang bilang jika kita harus.... harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan suami istri? Bukankah cium tangan suami sebelum suami bekerja adalah yang termasuk. Di dalam buku panduan juga ada hal seperti ini." Ucap Lissa menjelaskan apa yang ia lakukan.

Tadi malam sebelum mereka tidur, mereka berbicara di atas tempat tidur untuk membicarakan rencana mereka ke depannya. Abraham memang sudah berkata akan memberikan kepemimpinan perusahaan pada Rafael yang masih dalam proses. Tetapi mereka masih harus berakting menjadi pasangan yang sesungguhnya. Jika tidak, jika mereka ketahuan bahwa mereka adalah pasangan yang bohongan, semua proses mudah segera batal.

Untuk itulah Rafael meminta Petra untuk mengumpulkan informasi mengenai apa saja kebiasaan suami dan istri dimulai dari bangun tidur dampak tidur kembali. Setelah informasi terkumpul, ia meminta Lissa untuk mempelajarinya. Sedangkan dirinya yang terlalu sibuk bahkan belum membukanya sama sekali. Faktanya, Lissa juga belum mengetahui apa yang tertulis di buku itu. Tetapi menurut pengalamannya selama ia melihat ayah dan ibunya, juga banyak pasangan lainnya, ia mengetahui jika cium tangan suami adalah sesuatu kebiasaan istri di pagi hari sebelum suami berangkat bekerja.

"apakah benar seperti itu Petra?" Rafael memastikan dengan bertanya pada Petra.

"Yang dikatakan nona Lissa benar sekali pak Bos. Lalu sebagai balasannya, pak Bos harus mencium kening nona Lissa." Kini bukan hanya Rafael yang terkejut melainkan Lissa juga karena ia tidak oernah melihat ayahnya mencium kening ibunya. Juga para pasangan lain juga ia tidak pernah melihatnya.

"Apa itu harus?" Tanya Rafael tidak yakin. Sejak kemarin ia terus aja memikirkan betapa halus kulit Lissa. Hari ini tiba-tiba saja ia harus mencium keningnya?

"Tentu saja benar. Semua pasangan melakukan itu." Jawab Petra menganggukkan kepalanya dengan serius.

"Baiklah kalau begitu. Ulangi lagi." Rafael mengulurkan tangannya meminta Lissa mengulangi mencium punggung tangannya. Lalu setelah itu ia dengan hati-hati mengecup kening Lissa.

"Sudah kan?" Rafael menoleh dan bertanya pada Petra.

"Benar tuan. Memang seperti itu." Petra mengangguk setuju.

"Bagus. Kalau begitu kita berangkat sekarang." Rafael segera berjalan dengan Petra menuju mobil mereka sendiri.

Lissa juga segera masuk ke dalam mobil yang pintunya telah terbuka sejak tadi meninggalkan pak Parmin yang bingung dengan sikap pengantin baru yang aneh itu. Mereka sedang belajar menjadi suami istri yang baik?

Sebuah mobil mewah berhenti tidak jauh dari sebuah gang sempit. Mobil itu berhenti di tempat yang sedikit tertutup dari depan gang. Sepertinya memang sengaja untuk disembunyikan. Lissa turun setelah memastikan bahwa tidak ada yang sedang melihat ke arah mobil itu berada. Ia juga menutup pintu dengan hati-hati.

Pak Parmin menatap punggung Lissa dengan heran. Lissa memintanya untuk mengantarkannya ke sana alih-alih le kampus seperti yang dikatakan Petra padanya untuk mengantarkan nona baru mereka ke kampus. Namun Lissa beralasan bahwa dia masih ada sedikit urusan dan meminta pak Parmin menunggu di sana.

Sedangkan Lissa, yang sudah terlepas dari pengawasan pak Parmin sudah pergi ke kampus dengan menggunakan sepeda dan setelah ia berganti baju dengan baju yang biasanya ia kenakan sehari-hari.

"Bagaimana kabar ibumu? Apa sudah baik?" Ria yang sudah datang terlebih dahulu di kelas bertanya saat ia melihat Lissa duduk di meja di sampingnya.

"Hah? Oh... sudah sudah. Ibuku sudah baikan." Jawab Lissa gugup. Ia awalnya bahkan tidak mengerti mengapa sahabatnya menanyakan masalah ibunya saat ia baru datang.

"Syukurlah kalau begitu. Tapi kenapa kamu seperti terlihat gugup?" Ria menyipitkan matanya.  

"Aku... aku tidak gugup." Lissa memalingkan wajahnya.

"Lalu kenapa kamu terlihat tidak fokus? Kamu tidak biasanya tidak fokus seperti ini. Ayo katakan padaku. Jangan coba-coba menipuku." Ria berkacak pinggang. Menatap Lissa seperti seorang ibu yang memergoki anaknya kabur dengan seorang pemuda.

"Tidak apa-apa. Mungkin karena aku terlambat hari ini. Jadi aku menjadi tidak fokus. Hehe." Lissa dengan cepat menemukan alasan dan tersenyum lebar setelah itu.

Ria memicingkang mata memperhatikan wajah Lissa yang berekspresi bingung. Ia tentu saja tidak percaya dengan alasan  yang diberikan Lissa dan memperhatikan Lissa dari atas ke bawah. Mencoba mencari tahu apakah ada yang berbeda. Tetapi setelah melihatnya, Lissa masih tampak sama dan seperti biasanya. Namun ia masih merasa jika Lissa berbeda entah apa itu.

*

*

*

~♡Kupilih Penggantimu_17♡~

Tolong sempatkan waktu untuk menyentuh tanda Like ya....

Terpopuler

Comments

Rhesinta Saipul

Rhesinta Saipul

next thor

2022-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!