16. Tidak Lama Lagi

Mobil yang dikemudian Petra memasuki wilayah perumahan elit. Dapat membangun rumah di kawasan itu sudah dapat dipastikan bahwa keluarga itu adalah keluarga kaya. Setelah memasuki komplek hampir tidak ditemukan siapapun di jalan karena jalan itu bukanlah jalan umum yang bisa dilalui siapa saja. Perlu memiliki kartu akes untuk masuk ke wilayah itu.

Mobil berjalan sekitar sepuluh menit sebelum masuk ke dalam gerbang besar yang dibuka secara otomatis saat mobil Petra mendekat. Dari gerbang, sebuah rumah besar dengan gaya Eropa berdiri dengan megah di ujung jalan yang akan membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk sampai ke bangunan utama sebagai  berjalan kaki.

Di sisi kanan kiri jalan, pohon-pohon palem yang besar berjejer rapi dengan tumbuhan pagar bawahnya. Bunga-bunga berwarna-warni terlihat mekar di taman yang diatur di sisi kanan dan kiri jalan.

Lissa belum pernah melihat rumah yang mewah seperti itu sebelumnya. Ia hanya melihat rumah yang berdiri tegak seperti sebuah istana itu di dalam gambar atau televisi. Ia belum pernah melihatnya secara langsung sebelumnya. Jadi saat ia melihat kediaman Abraham yang mewah itu, Lissa tidak bisa tidak melongokkan kepalanya untuk melihatnya. Tapi dia hanya bisa melihat dari balik kaca karena ia tidak berani membuat kaca jendela mobil.

"Ini adalah kartu pengenal untukmu. Agar kamu bisa keluar masuk area ini dengan bebas nantinya. Meskipun sebenarnya kamu tidak memerlukannya karena aku akan mengatur sopir untuk mengantarkan kamu kemana saja nanti " Rafael menyerahkan sebuah kartu identitas pada Lissa. Sejauh kartu berwarna biru. Lissa menoleh dan melihat kartu di tangan Rafael dan menerimanya.

"Terima kasih."

"Dan ini kartu milikmu. Sandinya adalah tanggal lahirmu." Rafael mengeluarkan kartu hitam dan memberikannya pada Lissa.

"Ini apa?" Jelas. Lissa tidak pernah melihat kartu seperti itu sebelumnya.

"Kartu debit. Anggap saja ini adalah uang nafkah dariku. Meskipun kamu hanya istri kontrakku, aku akan tetap memberikan hakmu secara finansial. Aku sudah memasukkan beberapa uang yang dapat kamu gunakan untuk keperluanmu. Setiap bulan aku akan mengirimnya lagi. Jika itu masih kurang, kamu bisa langsung minta Petra unik mengirimnya lagi."

"..." Lissa enggan menerimanya. Ia sudah menerima banyak dari Rafael.

"Kamu pakai untuk membeli barang-barang kebutuhanmu. Belilah beberapa baju dan aksesoris lainnya."

"Aku sudah membelinya sebelum ini. Aku tidak membutuhkan banyak baju."

"Kalau tidak mau buang saja."

"Tidak-tidak. Jangan dibuang. Baiklah aku akan menerimanya kalau begitu." Lissa memeluk kartu itu di depan dadanya. Rafael meliriknya.

Mobil berhenti. Rafael turun dan membukakan  pintu untuk Rafael. Seorang pelayan juga segera menghampiri dan membukakan pintu untuk Lissa.

Rafael membuka lengannya memberi isyarat pada Lissa untuk meletakkan tangannya di sana agar mereka terlihat menarik saat berjalan. Lissa mengerti dan berlari kecil menggamit lengan Rafael dengan patuh. Sebagai gantinya, Rafael meletakkan tangannya di pinggang ramping Lissa yang membuat gadis itu membeku dan melirik Rafael dengan canggung.

"Maaf. Tapi kita harus bersikap mesra di depan kakek." Kata Rafael menyakitkan Lissa. Padahal dirinya sendiri juga tidak setenang yang terlihat.

"Huuuh... tidak apa-apa. Aku akan membiasakan diri mulai sekarang." Lissa mengambil napas dalam untuk menenangkan dirinya. Setelah Lissa mulai tenang, keduanya berjalan beriringan dengan Petra berjalan di belakangnya.

Pintu utama dibuka dari dalam. Para pelayan berjalan dengan rapi di depan pintu untuk menyambut pengantin baru. Ada dua puluh orang wanita dengan pakaian seragam pelayan berwarna hitam dan putih membungkuk hormat di sisi kanan. Dan dua puluh pria dengan pakaian hitam dengan penampilan rapi berjalan di sisi kiri. Lissa memandang mereka dengan heran. Apa saja yang dikerjakan oleh para pelayan sebanyak ini?

Rafael membawa Lissa ke ruang keluarga dimana seorang pria tua yang memegang tongkat duduk di kursi utama.

"Kalian sudah datang?" Abraham tersenyum melihat pasangan pengantin baru yang meskipun terlihat mesra tetapi tetap terlihat kaku itu.

"Ya." Jawab Rafael santai.

"Duduklah. Ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian berdua." Abraham menunjuk kursi pasangan di depannya dengan matanya. Rafael dan Lissa mengerti lalu duduk dengan patuh di sana.

"Rafaei, Seperti yang aku janjikan sebelumnya, aku akan segera mewariskan bisnis keluarga Abraham padamu setelah kamu menikah. Sekarang aku telah meminta Yuda mengurus semua prosedurnya. Jika semuanya siap, kamu tinggal menandatanganinya saja."

"Terima kasih kakek."

"Huuuh. Semoga di tanganmu perusahaan menjadi lebih maju."

"Kakek tenang saja. Aku berjanji tidak akan mengecewakan harapan kakek."

"Bagus. Dan untuk kamu Lissa." Lissa yang sejak awal duduk dengan tenang dan tidak tertarik sama sekali dengan pembicaraan yang dibicarakan kedua orang itu terkejut saat mendengar namanya dipanggil leh Abraham.

"Ya kakek." Lissa mendongak.

"Lissa. Kamu sekarang adalah istri sah Rafael. Secara otomatis kamu bisa disebut dengan nyonya Abraham mulai sekarang. Kamu adalah wajah dari keluarga ini. Karena tanggung jawabmu yang begitu besar, aku akan memberimu sepuluh persen dari tujuh puluh persen yang aku berikan pada Rafael." Lissa sangat terkejut mendengarnya. Bukan hanya Lissa. Bahkan Rafael juga. Meskipun ia masih menerima enam puluh persen dari seluruh saham di AB Mandiri, sepuluh persen adalah jumlah yang terlalu banyak untuk diberikan begitu saja.

"Tidak kakek. Maafkan saya. Saya tidak bisa menerimanya. Ini terlalu banyak."

"Tidak. Kamu adalah cucu menantu yang aku akui. Tentu saja kamu berhak mendapatkan semua ini."

Lissa tidak tahu harus berkata apa dan melirik Rafael yang sudah terlihat tenang dan mengangguk padanya  ia juga tersenyum.

"Kamu tidak bisa menolak. Yuda juga sudah mengatur semua pengaturan ini untukmu."

"Emmm. Kalau begitu terima kasih banyak kakek."

"Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Cukup dengan berikan aku cucu buyut dalam waktu dekat.

"Uhuk Uhuk!" Rafael yang baru saja menyesap kopinya tersedak.

"Hati-hati." Lissa segera berdiri dan meniup ubun-ubun Rafael untuk membantunya.

Melihat interaksi keduanya, Abraham tersenyum di hatinya. Tidak lama lagi.

*

*

*

~♡Kupilih Penggantimu_16♡~

Tolong sempatkan waktu untuk menyentuh tanda Like ya....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!