Rafael mengganti gerakannya dengan lebih cepat. Ia dengan cepat membuka kancing Lissa hingga membuat tangannya beberapa kali menyentuh kulit punggung Lissa yang terekspos jelas di depannya. Kancing yang telah dilepaskan Rafael sudah lebih dari setengahnya. Lissa merasa bahwa gaungnya sebenarnya lagi akan jatuh dan mendekapnya erat di bagian depan. Tapi pikirannya masih sama sperrti sebelum nya bahwa ia harus segera lepas dari gaun tercela ini dan menuntaskan hasrat ke kamar mandi yang telah menyiksanya sejak pagi.
Rafael berada di sisi lain. Kata orang, di pagi hari hasrat seorang laki-laki akan mudah terpancing. Mungkin karena itulah Rafael saat ini sedang tersiksa degan juniornya yang tiba-tiba saja On meskipun hanya melihat dan menyentuh ringan kulit Lissa. Tubuh Rafael sudah terasa tidak nyaman bahkan sebelum kulit indah itu benar-benar terekspos. Saat ini saat bongkahan besar kulit indah di depannya terlihat jelas, ia hampir tidak bisa menahan keinginannya urnui mendaratkan bibirnya di permukaan halus punggung itu.
Saat tinggal sepertiga Kancing tersisa, Rafael akhirnya tidak bisa menahannya. "Kamu pasti sudah bisa melepaskannya sendiri kan?"
Lissa dengan polosnya melepaskan dekapannya dan mencoba menarik gaun itu sedikit maju untuk mencoba melepasnya sehingga membuat dua gunung di depannya nyaris terekspos. Dia tidak menyadarinya. Tetapi Rafael. ...
"Kamu sungguh berani mencoba kesabaranku!" Rafael berbalik dengan marah dan masuk ke dalam kamar mandi dengan marah.
Bang! Lissa terkejut bercampur heran melihat pintu kamar mandi yang dibanting dengan keras.
"Ada apa dengannya? Aneh sekali." Lissa menarik gaungnya tanpa dosa dan mengambil pakaian ganti dari lemari untuk dibawanya pergi ke kamar mandi di luar kamar.
Sementara itu Rafael dengan bau lengkap berdiri di bawah gugusan air dingin di pagi hari. Jika pagi ini adalah pagi biasanya, dia mungkin akan segera berubah menjadi es batu karena kedinginan. Tetapi untuk dirinya yag saat ini merasakan panas tubuhnya naik secara signifikan, air dingin itu sepertinya tidak berpengaruh untuknya.
Rafael hanya berdiri diam tanpa bergerak. Ia juga membiarkan matanya terbuka lebar karena setiap kali ia menutup mata, bayangan tubuh mulus Lissa yang ia kembangkan dari punggungnya menari-nari dengan bebas di benaknya dan semakin menyiksanya.
"Kenapa aku jadi seperti ini? Bukankah aku sudah terbiasa melihat punggung seperti itu? Punggung Steffi juga tak kalah indahnya darinya." Rafael dengan frustasi menarik rambutnya yang diguyur air tanpa henti.
Ia ingin membayangkan Steffi untuk menggantikan bayangan Lissa yang terus saja mengganggunya. Tetapi pada akhirnya ia malah menjadi sangat marah dan kecewa.
Pagi tadi sebelum ia berangkat ke hotel untuk menikahi Lissa, Rafael menghubungi Steffi sekali lagi untuk memintanya kembali. Tetapi yang ia dapat hanyalah rasa kesal Steffi yang telah membangunkannya di saat ia sedang fokus untuk berjalan di landasan sebelum tampil.
"Sayang bukannya aku tidak mau menikah denganmu. Aku juga mencintaimu dan tidak rela kamu menikah dengan wanita lain. Tetapi aku juga tidak bisa mengabaikan begitu saja karirku kan?"
"Jadi menurutmu aku tidak lebih penting dari karirmu?"
"Bukan begitu. Tentu saja kamu lebih penting dari segalanya terapi Kamu tahu sendiri aku sudah mengejar cita-cita ku ini."
"Aku bisa memberikan segalanya untukmu bahkan posisi sebagai model top dunia. Jika kamu mau aku bisa memberikannya padamu. Tapi aku minta kami kembali saat ini."
"Itu tidak mungkin sayang. Sudahlah aku malas berdebat denganmu. Sebentar lagi aku sudah harus tampil. Kita semua sudah menyetujui pernikahan ini. Aku akan segera kembali setelah pondasi karirku di sini sudah kuat. Saat itu aku akan menikah denganmu dengan bangga. Jika tidak, nanti akan tersebar kabar bahwa aku menikah denganmu karena status. Aku tidak mau dipandang rendah seperti itu."
"Bagaimana jika saat kamu kembali nanti ternyata aku mencintai Lissa. Dia memiliki wajah yang sangat mirip denganmu. Bagaimana jika aku malah mencintainya?"
"Hahahaha... tidak mungkin. Aku tahu kamu bukan laki-laki yang melihat Wajah. Aku juga sangat percaya kamu tidak akan pernah mengkhianatiku. Baiklah. Sekarang sudah giliranku. Aku ingatkan kamu, jangan macam-macam dengannya. Dia hanyalah istri kontrakmu. Hanya aku yang berhak menjadi istrimu. Hanya aku yang akan menjadi nyonya Abraham yang asli. Sampai jumpa lagi, selamat menikah sayangku. Eemmuah. Aku selalu mencintaimu. Bip Bip...." Steffi memutuskan hubungan secara sepihak. Ia segera menonaktifkan ponselnya sebelum memberikannya pada Mega.
Rafael mengepalkan tangannya erat saat ia mengingatkan apa yang dikatakan Steffi padanya. Karena memikirkan ucapan Steffi pulalah ia bisa minum tanpa tahu batasan dan membuat ia sampai mabuk semalam.
Lissa yang baru saja keluar dari kamar mandi dan menggosok rambutnya yang basah mendengar ponselnya yang ternyata diletakkan di atas meja di ruang tamu berbunyi.
Saat melihat nama id yang menelepon, Lissa mengambil napas dalam sebelum mengangkat telepon itu. "Ya nona Steffi. Maaf saya tadi baru saja mandi."
"Mandi? Kamu sengaja memancingku dengan ucapan ambigumu yang murahan itu?" Ucap Steffi sinis.
"Tidak."
"Jangan mengelak. Kamu kira aku percaya jika terjadi antara kamu dan Rafael semalam? Aku katakan padamu jika aku tidak akan percaya bahkan jika kamu mengatakannya seribu kalipun."
"Maaf. Tapi aku tidak mengerti apa yang nona Steffi maksudkan." Lissa tidak berbohong. Ia memang tidak mengerti mana dari ucapannya yang Steffi sebut sebagai ucapan yang ambigu.
"Sudahlah. Dimana Rafael?" Steffi mencibir.
"Tuan Rafael di kamar mandi."
"Apa?! Di kamar mandi?!"
"Iya."
Biip....
"Kenapa dengan nona Steffi? kenapa aneh sekali?"
Lissa memikirkannya beberapa saat sebelum ia akhirnya menyerah dan masuk ke dalam kamar. Saat ia masuk ke dalam kamar, ponsel Rafael juga berbunyi. Awalnya ia mengabaikannya saja karena ia merasa itu bukan urusannya. Tetapi setelah panggilan berbunyi beberapa kali, ia memutuskan untuk melihat siapa yang menelepon dan akan memberitahukannya pada Rafael yang masih belum menunjukkan tanda akan keluar dari kamar mandi dilihat dari suara air dari shower yang terdengar.
Lissa tidak bermain menyentuh ponsel Rafael dan hanya meliriknya. "Oh nona Steffi ternyata. Apa dia tidak mempercayaiku jika tuan Rafael ada di kamar mandi saat ini?" Gumam Lissa dengan mengerutkan keningnya.
"Rafael, nona Steffi menelepon." Ucap Lissa keras di depan kamar mandi. Rafael yang masih di bawah shower tidak mendengar ucapan Lissa dan mengabaikannya bahkan setelah Lissa mengulanginya sebanyak tiga kali.
"Kenapa Rafael lama sekali di kamar mandinya?" Lissa kembali duduk di atas ranjang. Tetapi ponsel Rafael yang ada di atas nafas masih saja berbunyi.
"Mungkin ada yang penting. Kalau aku angkat Rafael tidak akan marah kan?" Lissa memutuskan untuk mengangkat telepon itu. Ia berdiri dan mengambil ponsel itu. Ia menggeser tanda hijau sebelum ia menempelkannya di telinganya.
"Apa yang kamu lakukan dengan ponsel ku?"
Lissa sangat terkejut dan berbalik. Ia menurunkan ponsel tapi ia lupa bahwa telepon itu masih tersambung dengan Steffi yang ada di negara yang jauh yang bisa mendengar apa yang mereka ucapkan.
"Maaf. Tapi dari tadi teleponmu terus berbunyi. Aku hanya berniat membantumu." UCAP Lissa dengan wajah yang bersalah. Ia takut melihat wajah Rafael yang marah saat ia merebut ponselnya dari tangannya.
"Dengarkan aku Lissa. Meskipun kamu adalah istri sahku. Kamu harus tetap mengingat statusmu hanyalah sebagai istri kontrakku dan akan segera berakhir setelah steffi datang. Jadi jangan pernah mencampuri urusanku atau coba-coba mengangkat telepon ku. Apa kamu mengerti?" Lissa tersentak. Ia benar-benar tidak berniat mencampuri urusan Rafael. Air matanya hampir jatuh saat ia dimarahi dan dihina seperti itu oleh Rafael. Tetapi mengingat ibunya yang sedang dalam perawatan, ia mengepalkan tangannya mencoba untuk bertahan.
"Aku mengerti. Anda tenang saja, Tuan." Selesai mengatakan itu, Lissa berbalik dan keluar dari kamar dengan wajah yang datar.
Melihat Lissa yang tampak terkejut melihatnya emosi membuat Rafael merasa tidak nyaman dan sakit hati yang tidak dapat ia mengerti. Ia bahkan melupakan tentang kenapa Lissa menyentuh ponselnya barusan.
*
*
*
~♡Kupilih Penggantimu_14♡~
Tolong sempatkan waktu untuk menyentuh tanda Like ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Rhesinta Saipul
lanjut up
2022-10-11
1