Tanggal pernikahan Lissa dan Rafael sudah ditentukan. Itu dua minggu dari sekarang. Waktu yang saat singkat untuk mempersiapkan segala macam keperluan pernikahan. Tetapi bagi Petra hal ini adalah masalah yang mudah. Dengan kekuatan dan koneksinya, ia bisa mempersiapkan segalanya dengan mudah seperti dia adalah profesional yag terbiasa mengatur pesta pernikahan.
Malam berikutnya setelah makan malam dengan Matheo, Petra menjemput Lissa di kamar kosnya untuk pergi ke salah satu butir terkenal untuk memesan gaun pernikahan. Rafael ingin Lissa memilih desain gaunnya sendiri dan dia akan mengikuti.
"Wah cantik sekali calon nyonya Abraham ini. Pandai sekali Rafael menemukan calon istri." Pemilik butik adalah adik sepupu ibu Rafael. Dan pagi ini Matheo sudah menyebarkan kabar bahagia bahwa cucu satu-satunya akan segera menikah. Jadi Erna, sepupu ibu Rafael juga sudah mengetahui kabar ini. Apalagi setelah itu Rafael juga menghubungkannya bahwa ia akan mengirim calon istrinya untuk memilih sekaligus mengukur gaun pernikahan di tempat tantenya itu.
Lissa yang sejak kemarin banjir pujian masih saja merana saat mendengar pujian orang lain untuknya. Ia tersenyum membalas Erna.
"Perkenalkan sayang, nama tante Erna. Tante ini adalah sepupu mendiang mama Rafael. Jadi kamu juga bisa memanggil tante seperti Rafael ya." Erna menggamit lengan Lissa. Menilai calon menantu keluarga Abraham dengan seksama.
"Baik tante."
"Bagus sekali. Kamu sangat cantik dan juga manis." Ucapkan Erna sambil melepaskan tangannya untuk mengambilkan katalog gaun pernikahan terbaru di butiknya. Seperti Matheo, dia juga puas dengan calon menantu yang ini dibandingkan Steffi yang beberapa kali diajak pergi ke butiknya ini oleh Rafael.
"Bagaimana? Apa ada yang membuatmu tertarik?" Tanya Erna setelah melihat Lissa sepertinya bingung dan hanya membolak balik katalog tampak tidak tertarik.
"Semua gaun di sini sangat indah tante. Tapi sepertinya terlihat berlebihan untuk saya. Saya lebih suka... yang sedikit simpel." Jawab Lissa sedikit ragu. Lagipula pernikahan ini bukanlah pernikahan untuknya. Penampilan adalah hal yang pertama di lihat dalam kalangan ini. Jika gaun pernikahan yang dia gerakan nanti terlalu sederhana akan merusak nama baik keluarga Abraham.
"Oh seperti itu. Sepertinya tante ada satu yang cocok untukmu. Awalnya tante memang berpikir itu yang paling bagus untukmu tapi tante ingin mendengar dari kamu terlebih dahulu. Tapi karena dia dalam katalog ini tidak ada yang kamu suka, tante akan tunjukkan gaun yang yaitu maksud." Erna mengambil buku katalog dari tangan Lissa dan kembali menyimpannya di dalam rak kecil di samping kursi sebelum mengajak Lissa pergi ke dalam ruangan lain.
Ruangan itu cukup besar. Tetapi hanya ada satu gaun yang ada di sana. Gaun pernikahan yang terlihat simpel tetapi sangat anggun dan berkelas tampak indah saat dikenakan pada maneqin. Lissa langsung terpesona saat pertama kali melihatnya.
"Ini adalah kenyataan tante yang terbaru. Bagaimana menurutmu? Apa kamu suka?" Erna bertanya setelah mengajak Lissa memeriksa setiap sudut Gaun itu.
"Gaun ini sangat indah tante. Aku takut jika aku yang memakainya, Gaun ini akan kehilangan keindahannya."
"Bicara apa? Tante bahkan merasa sebaliknya. Tante merasa Gaun ini memang tercipta untuk kamu pakai. Cobalah dulu jika kamu suka. Jika nanti tidak cocok kita bisa memilih Gaun yang lainnya. Kamu tenang saja. Tante memiliki banyak pilihan di sini."
"Terima kasih tante."
"Baiklah. Kamu coba pakai dulu. Lihat bagaimana Gaun ini di kamu nanti." Erna memberi isyarat pada asisten nya untuk membantu Lissa memakai Gaun besar itu.
Gaun pilihan Lissa ternyata sedikit kebesaran. Asisten itu segera mencatat ulang ukuran Lissa. Selain mengganti pakaian Lissa dengan gaun, asisten itu juga merias wajah Lissa agar terlihat lebih sempurna. Pun dengan segala macam aksesoris yang diperlukan. Untuk aksesoris, Rafael sendiri yang mendatangkannya dari Italia terdiri dari seperangkat perhiasan berlian mulai dari cincin, gelang, kalung dan juga sebuah Mahkota yang cantik.
"Nona, anda adalah calon pengantin paling cantik yang pernah saya lihat selama bekerja di bagian ini beberapa tahun terakhir. Anda dan gaun ini terlihat saling melengkapi. Mengeluarkan aura yang tidak akan dapat diabaikan oleh siapapun. Dan juga, semua berlian ini bukannya memudarkan pesona anda melainkan malah semakin menonjolkan pesona yang anda miliki. Sungguh saya tidak berbohong." Asisten itu memuji Lissa dengan tulus.
Memang banyak gadis yang lebih cantik dari Lissa. Tetapi akan sulit menemukan yang dapat menyatu dengan gaun yang dipakai. Jika tidak kecantikan gaun nya yang hilang, maka kecantikan orangnya yang akan tertutupi oleh keindahan gaun yang dipakainya sendiri. Jadi saat melihat Lissa yang masih tampil bersinar tetapi tidak juga mengurangi keindahan gaun itu, asisten itu tidak bisa tidak memuji.
"Jangan memuji saya terlalu tinggi. Saya takut jatuh." Ucap Lissa merasa tidak enak.
"Hahahaha. Nona bisa saja. Baiklah sekarang sudah selesai. Mari keluar dan tunjukkan pada Nyonya Erna." Asisten itu membantu Lissa berdiri dan keluar dari ruang ganti.
"Wow luar biasa. Memang seperti yang aku perkirakan. Gaun ini sangat cocok untukmu. " Erna tidak bisa berkata-kata lagi. Gaun dan Lissa keduanya sangat cocok satu sama lainnya. Jika Lissa menolak Gaun ini, mungkin tidak akan ada lagi yang akan pantas memakainya.
"Tante, apakah nanti aku akan mempermalukan Rafael dengan memakai Gaun ini?" Lissa sejak awal sudah disuguhi berbagai macam Gaun pernikahan yang mewah sebagai berlian yang berkilau sejak ia datang ke butik. Jadi dia khawatir Gaun pilihannya tidak akan sesuai dengan kelas Rafael dan tamu undangannya nanti.
"Tidak sayang. Gaun ini sangat cocok untukmu. Kamu terlihat sangat cantik. Rafael akan terpesona padamu nanti. Percaya tante." Lissa tersipu mendengar ucapan Erna.
"Jadi bagaimana? Pakai yang ini apa kamu masih ingin memilih yang lain? Atau kamu punya sesuatu yang ingin ditambah atau dikurangi dari Gaun ini. Kamu bicara saja."
"Tidak tante. Gaun ini sudah sangat indah."
"Baiklah. Aku akan menyiapkan milik Rafael juga nanti." Lissa mengangguk.

Waktu berlalu dengan cepat dan tidak terasa satu minggu telah berlalu begitu saja. Lissa sudah kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Selain pergi ke kampus, Lissa masih pergi ke stand boba untuk bekerja. Rafael memang memberinya uang, tetapi Lissa tidak ingin hanya berpangku tangan saja. Lagipula ia sangat menyukai pekerjaannya saat ini. Melihat semua orang menikmati es boba yang ia siapkan dan mendengar orang lain terpuaskan dahaganya membuatnya bahagia.
Tapi sekarang selain dua tempat itu, Lissa memiliki kegiatan baru. Petra akan menjemputnya untuk pergi ke malang atau butik untuk membeli beberapa potong pakaian untuk dipakainya. Pakaian miliknya saat ini tidak akan cocok dia gunakan di keluarga Abraham.
"Lis coba hadap sini deh." Ria, teman satu kelas sekaligus satu-satunya teman dekat Lissa menarik Lissa untuk duduk di depannya.
"Ada apa sih Ri?" Tanya Lissa bingung.
"Akhir-akhir ini aku merasa kamu berbeda deh. Ada apa?"
"Hah? Beda apa sih? Aku biasa-biasa saja." Jawab Lissa sedikit gugup.
"Tuh kan tuh kamu pasti juga ngerasa kamu beda. Tapi apa ya yang beda?" Ria sendiri tidak bisa memastikan apakah ya gak berbeda dari Lissa. Tetapi ia yakin ada yang berbeda.
Lissa dengan cepat memalingkan kepalanya dan mengambil buku untuk dibaca. Ia tidak mau sahabatnya bertanya lebih jauh atau dia tidak akan dapat terus menjaga rahasia yang dia sembunyikan.
Tetapi tindakan Lissa justru semakin membuat Ria curiga. "Selain beda. Kamu juga sering melamun. Cepat cerita sama aku. Kalau ada apa-apa jangan cuma di simpan sendirian. Meskipun aku mungkin tidak bisa membantu,setidaknya akan mengurangi beban di hati." Riau kembali menari wajah Lissa untuk menghadapinya.
Lissa menghela napas. Temannya ini sangat baik padanya. Dia juga tidak ingin berbohong padanya. Tetapi perjanjian pernikahan ini harus dijaga kerahasiaannya sebisa mungkin.
"Aku hanya memikirkan keadaan ibu di kampung Ri." Lissa juga tidak sepenuhnya berbohong. Meskipun setiap hari Pandu akan menghubunginya untuk memberi tahu kondisi keadaan ibu mereka yang semakin baik sama seperti yang diberitahukan Petra padanya, ia masih tidak bisa tidak merasa khawatir.
"Uuuh... Lissa, ibumu pasti baik-baik saja. Ibu yang bisa membesarkan gadis yang hebat dan baik hati sepertimu pasti adalah ibu yang terbaik. Percayalah, Tuhan akan menjaganya selalu."
"Terima Kasih Ri. Kamu memang teman terbaikku." Lissa memeluk erat Ria.
"Memangnya siapa lagi temenmu selain aku hah?" Ejek Ria.
"Emph!" Lissa menegrucutkan bibirnya.
"Hahahaha."
*
*
*
~♡Kupilih Penggantimu_8♡~
Tolong sempatkan waktu untuk menyentuh tanda Like ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Diny Julianti
byk typo, tapi bgs juga ceritany
2023-07-06
0
Rhesinta Saipul
visual lissa dong😳
2022-10-05
2