7. Gadis Ini Lebih Baik

Di dalam kamar mewah di sebuah hotel bintang lima, seorang pria tua yang sebagian rambutnya sudah memutih karena faktor usia sedang duduk di balkon dengan tenang menyesap teh herbalnya. Seorang pemuda masuk dan membungkukkan tubuhnya di belakang pria tua.

"Tuan." Sapa pria muda itu.

"Bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkannya?" Pria tua itu, Matheo Abraham. CEO legendaris yang membawa AB Mandiri Grup dari jurang keterpurukan dan menjadi perusahaan terbesar di kota F.

Kesuksesan yang didapatkan nya dalam pekerjaan tidak serta merta membuatnya hidup dengan tenang. Anaknya satu-satunya telah meninggal dua puluh tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan tunggal yang menewaskan anak dan menantunya. Meninggalkan seorang laki-laki berusia delapan tahun sebagai penerusnya. Rafael Abraham.

Namun akibat kecelakaan itu, Rafael yang menjadi satu-satunya korban selamat dalam kecelakaan dan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kecelakaan itu terjadi dan melihat kedua orang tua yang mencintainya meregang nyawa menjadi seorang anak yang pendiam dan sulit didekati.

Matheo butuh waktu hingga bertahun-tahun untuk mengembalikan Rafael seperti sedia kala meskipun tidak bisa sepenuhnya lepas dari belenggu masa lalu. Rafael kecil sudah mengalami kehilangan orang yang paling dia cintai akhirnya saat dia dewasa dan mencintai seorang gadis, ia akan menjadikan gadis itu sebagai prioritasnya dengan harapan agar gadis itu tidak meninggalkannya seperti kedua orang tuanya.

Tetapi hal inilah yang menjadikan Matheo menjadi semakin tidak tenang. Pasalnya, Steffi, gadis yang dicintai Rafael tidak membuatnya puas sama sekali sejak pertama kali Rafael memperkenalkan kekasihnya itu kepadanya tiga tahun lalu.

Matheo sudah tua dan ingin segera melihat kebahagiaan cucunya. Jadi meskipun ia tidak begitu menyukai Steffi, tetapi jika memang kebahagiaan Rafael adalah dengan bersama gadis itu, ia akan mencoba untuk menerimanya. Sebab itulah ia pun memutuskan untuk mendesak Rafael dan Steffi segera menikah.

Namun ternyata, desakannya ini semakin membuatnya yakin bahwa kekasih cucunya bukanlah gadis yang tepat. Gadis itu masih tidak bersedia menikah dengan Rafael dan bahkan menyetujui Rafael yang akan menikahi gadis lainnya.

Tentu saja hal itu tidak diberitahukan Rafael padanya. Matheo adalah seorang CEO legendaris yang telah lama malang melintang di dunia bisnis dan memiliki seribu satu cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Mengetahui konspirasi licik cucunya bukanlah hal yang sulit untuknya.

"Sudah tuan. Semua data mengenai gadis itu sudah ada di dalam berkas ini." Pria muda itu, Yuda, yang usianya tidak jauh lebih tua dari Rafael telah mendapatkan kepercayaan dari Matheo untuk menjadi asistennya. Pria muda yang merupakan cucu dari sahabatnya sendiri mulai menjelaskan mengenai data Lissa yang sepertinya ia hapal di luar kepala.

"Lalu bagaimana menurutmu?" Matheo meletakkan cangkir tehnya dan bertanya dengan serius sambil membuka berkas di tangannya.

"Latar belakangnya bersih. Menurut saya, nona Lissa lebih baik dari kekasih tuan Rafael sebelumnya." Jawab Yuda bersungguh-sungguh.

"Bagus. Sudah waktunya. Mari turun dari lihat gadis seperti apa yang akan menjadi cucu menantuku." Yuda mengangguk. Mengikuti Matheo yang sudah berjalan keluar dari kamar hotel.

Di dalam ruang pribadi yang mewah, Lissa duduk dengan gelisah. Kedua tangannya terus terjalin dan saling meremas. Kemewahan yang ada di ruangan itu tidak membuatnya mengurangi sedikitpun perasaan gelisah yang sejak awal menghantuinya.

"Jangan gugup. Nanti Kamu cukup hanya duduk diam di sampingku. Jangan bicara jika tidak ada yang memintamu berbicara." Rafael yang duduk di sampingnya melihat kegelisahan gadis itu berusaha menenangkannya.

"Baiklah saya akan mencobanya." Lissa mencoba yang terbaik untuk menenangkan dirinya. Namun dirinya masih saja gugup.

"Mana tanganmu?" Rafael menoleh dan mengulurkan tangannya. Berusaha mengalihkan perhatian gadis itu agar tidak terlalu gugup.

"Tangan? Untuk apa?" Lissa mengernyitkan alisnya.

"Kita di sini adalah sepasang kekasih yang akan menikah. Tidak lucu jika orang lain melihat kita duduk berjauhan seperti ini." Dengan itu, Rafael menarik yang Lissa hingga membuat Lissa dengan reflek duduk mendekat. Sangat dekat hingga keduanya tampak seperti menempel.

"Tu..tuan...sepertinya ini terlalu dekat." Lissa tidak terbiasa dekat dengan seorang pria. Ia merasa tidak nyaman.

"Kamu harus mulai membiasakannya mulai dari sekarang. Ingat, aku adalah suamimu nanti. Kakek akan curiga jika melihat kita seperti orang asing. Dan yang paling penting,  berhenti memanggilku tuan. Panggil namaku saja. Rafael. Paham?"

"Y..ya." Lissa menganggukkan kepalanya.

"Bagus. Ingat jangan terlalu terlihat gugup. Kakek akan segera datang. Kita akan mulai sandiwaranya." Setelah selesai berbicara, Rafael mengulurkan tangannya untuk memeluk pinggang ramping Lissa hingga membuat Lissa menegang dan tubuhnya terasa lemas.

Pintu ruang pribadi terbuka. Matheo masuk setelah pintu dibukakan oleh Yuda. Lissa akan berdiri menyambutnya, tetapi Rafael menarik pinggangnya untuk tetap duduk di tempatnya. Lissa menoleh berniat untuk mempertanyakan sikapnya dan melihat bahwa Rafael sama sekali tidak memperhatikannya. Pandangannya menatap pria tua yang baru saja duduk di sofa single.

"Oh jadi ini calon cucu menantu yang akan kamu kenalkan?" Mata Matheo tidak lepas dari Lissa dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pandangannya yang seperti menelanjanginya membuat Lissa gugup dan tanpa sadar menoleh pada Rafael.  Rafael tersenyum dan mengangguk. Mengizinkan Lissa untuk berbicara.

"Nama saya Lissa Tuan." Ucap Lissa dengan suara gugup tetapi jelas.

"Kamu akan manjadi cucu menantuku sebentar lagi. Untuk apa memanggil tuan? Panggil aku kakek seperti yang Rafael lakukan." Matheo tersenyum hangat. Melihat dari dekat calon cucu menantunya semakin membuatnya percaya bahwa penilaian Yuda memang tidak berlebihan. Dia jauh lebih baik dari Steffi yang manja dan sombong itu.

"Baik kakek." Lissa menganggukkan kepalanya. Lidahnya sepertinya sangat aneh saat memanggil CEO Legendaris seperti Matheo Abraham dengan panggilan kakek. Lissa kuliah jurusan manajemen perkantoran. Jadi dia mengetahui betul kehebatan pria tua di depannya ini. Dulu dia tidak pernah menyangka akan beruntung dengan melihatnya saja, sekarang dia bahkan harus memanggilnya kakek. Surga telah memberkatinya!

"Bagus bagus. Gadis baik. Yuda, minta pelayan menyajikan makanannya sekarang. Jangan biarkan cucu menantuku ini menunggu hingga kelaparan."

"Baik Tuan." Yuda segera keluar dan memberi perintah. Tak lama kemudian Yuda kembali masuk dengan beberapa pelayan yang mendorong troly penuh dengan makanan.

Makanan disajikan satu persatu. Tetapi tidak semuanya. Hanya berbagai appetizer baik yang hot maupun cold  disajikan di atas meja. Setelah semua appetizer disajikan, pelayan maju untuk memasang kain di atas paha semua orang.

Lissa tidak pernah makan di restoran sebelumnya. Apalagi melihat semua makana di atas meja yang terlihat sangat indah. Ia hanya menatap bingung pada mereka.

"Ikuti saja apa yang aku lakukan." Rafael memahami kesulitan gadis di sampingnya dan mencondongkan tubuhnya sebelum berbisik di telinga gadis itu. Lissa mengangguk dan mulai mengikuti Rafael.  Mengambil apa yang ia ambil dan melakukan apa yang ia lakukan. Sampai ia mengikuti Rafael mengambil tisu dan mengusap bibirnya.

Melihat para tamu sudah selesai dengan appetizer, para pelayan mengambil semua sisanya dan mengembalikannya ke atas troli. Lissa memandangnya dengan tidak rela. Ia menarik lengan baju Rafael dan berbisik dengan suara rendah.

"Semua makanan itu akan dibawa kemana?"

"Buang."

"Sayang sekali. Bolehkah saya membawanya pulang?" Rafael memandang Lissa ingin melarang. Tapi saat melihat mata Lissa yang bersinar penuh harap, ia tidak tega melarangnya dan akhirnya memanggil pelayan dan berbisik pada pelayan. Lissa tersenyum puas.

Saat Lissa berbalik, meja kembali penuh dengan makanan. Kali ini giliran bermacam-macam main course memenuhi meja. Lissa mulai memperhatikan Matheo dan Rafael makan dan mulai mengikuti mereka. Namun saat Lissa berurusan dengan pisau dan garpu, ia terdiam. Sekali lagi melihat Rafael yang dengan mudah memotong steak dan mencobanya. Tetapi saat ia mencoba ternyata tidak semudah yang ia kira. Apakah caranya keliru?

"Makanlah. Steak di sini terkenal sangat enak dan lembut. Aku sudah memotongkannya untukmu agar kamu bisa memakannya dengan mudah." Rafael mendorong piring Steak yang sudah dipotong olehnya ke depan Lissa.

"Terima kasih." Lissa mengangguk dan tersenyum. Rafael tidak menjawabnya dan mulai memotong lagi steak dari piring yang lain lalu memakannya dengan alami.

Matheo diam-diam memperhatikan interaksi keduanya dan senyum samar muncul di sudut bibirnya. "Kapan kalian akan mengadakan pernikahan?"

Mendengar pertanyaan Matheo, Lissa menghentikan aktivitasnya. Tetapi Rafael justru masih tenang seperti hal itu tidak ada hubungannya dengannya.

"Dua minggu dari sekarang. Tetapi kami hanya akan mengundang beberapa orang saja." Jawab Rafael setelah menelan makanan di mulutnya.

"Kenapa?"

"Lissa masih kuliah. Tidak nyaman baginya dengan status barunya jika semua orang tahu."

"Ooh... baiklah. Lakukan saja seperti itu." Meskipun Matheo agak keberatan, ia tidak bisa menyangkal alasan yang diberikan Rafael. Lagipula yang terpenting adalah bisa melihat cucunya menikah dengan gadis yang baik. Matheo percaya bahwa cinta akan datang dengan segera diantara keduanya. Semoga....

~♡♡♡~

~☆Kupilih Penggantimu_7☆~

Para pembaca yang budiman. Tolong jangan menjadi pembaca gaib ya....😨

Budayakan tekan tombol like setelah membaca. Terima Kasih 😊

Terpopuler

Comments

Tiwik Firdaus

Tiwik Firdaus

semoga rafael jatuh cinta dengan segera dengan lisa dan membuat lissa juga jatuh cinta dengan rafael

2023-03-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!