6. Kembali Untuk Menjalankan Kewajiban

Di bawah pengawasan dan perawatan dokter ahli yang didatangkan Petra dari kota F, Diana pulih dengan cepat. Pagi keesokan harinya Diana sudah siuman. Diana sangat senang saat melihat Lissa yang menunggunya sepanjang hari. Pada hari ketiga, Diana sudah dipindahkan dari ruang ICU ke kurang rawat VIP.

"Aku dengar dari bapakmu  kalau semua biaya pengobatan itu ini ditanggung oleh bosmu ya Nduk." Ucap Diana saat melihat Lissa mengupas buah apel untuknya.

"Iya bu. Lissa pinjam sama bos Lissa. Sudah ibu tidak perlu banyak pikiran. Itu semua urusan Lissa. Yang penting ibu sehat dulu ya." Lissa meletakkan pisau dan buah apelnya lalu menepuk punggung tangan Diana yang terbebas dari selang infus.

"Bagaimana ibu tidak mikir, ibu tahu biaya pengobatan ibu ini sangat banyak. Bagaimana kita nanti bisa mengembalikan uang sebanyak itu?" Diana menghela napas.

"Bu, bos Lissa itu kaya raya. Uang segitu tidak ada artinya buat dia."

"Lissa, bosmu itu pasti orang yang sangat baik. Kamu harus kerja baik-baik padanya. Jangan sampai membuatnya kecewa." Diana sudah mendengar dari Hari mengenai Bos Lissa.

"Iya bu. Ibu tenang saja." Lissa tersenyum. Yah. Meskipun dengan imbalan status dan kebebasannya, Rafael memang datang seperti dewa penyelamat bagi keluarganya.

"Tok tok permisi." Tim dokter masuk untuk melakukan pemeriksaan rutin.

Lissa mundur untuk memberi ruang bagi dokter untuk memeriksa. Bertepatan dengan itu ia menerima pesan dari Petra yang telah menunggunya di depan ruangan.

"Ada apa tuan Petra? Apa ada pesan dari tuan Rafael?" Tanya Lissa begitu ia berada di depan Petra.

"Sepertinya kondisi ibu Diana sudah mulai stabil. Karena itu pak Bos meminta nona untuk kembali ke kota F siang ini. Malam nanti Tuan Matheo ingin bertemu dengan calon istri Pak Bos."

"Saya mengerti. Karena janji tuan Rafael sudah dipenuhi, saatnya saya melakukan bagian saya dengan baik." Ucap Lissa menguatkan hatinya.

"Bagus. Nona Lissa harus mencari alasan yang tepat agar orang tua anda tidak mencurigai sesuatu." Pesan Petra. Dia pulang setelah memastikan operasi Diana berjalan lancar dan baru kembali hari ini untuk menjemput Lissa.

"Tenang saja. Saya sudah menemukan alasan yang tepat."

"Baiklah kalau begitu. Saya permisi dulu untuk mengatur beberapa hal di sini."

"Baik. Terima kasih Tuan Petra."

"Tidak nona. Mulai saat ini cukup panggil saya dengan Petra dan anda juga bisa memanggil pak bos dengan namanya saja. Kalau tidak tuan Matheo akan curiga."

"Tapi itu terlalu canggung. Bagaimana bisa saya memanggil  tuan Rafael hanya dengan namanya? Pasti tuan Rafael akan marah nanti."

"Tidak akan. Lagipula tidak ada calon istri yang memanggil calon suaminya dengan panggilan tuan."

"Benar juga. Ya sudah nanti saya akan mencobanya."

"Oke. Nanti kalau nona sudah siap untuk berangkat, nona hubungi saja saya."

"Hem." Lissa mengangguk sebelum ia masuk untuk menemui dokter dan menanyakan tentang perkembangan kondisi ibunya. Dokter sudah selesai memeriksa dan mengatakan bahwa kondisi penyembuhan Diana sangat baik dan stabil. Dalam waktu dekat juga akan diperbolehkan pulang.

Lissa melanjutkan mengupas apel dan memberikan potongan itu pada Diana. Melihat kondisi  Diana yang membaik tentu saja Lissa sangat senang. Tapi dengan itu, ia juga harus kembali ke kota F untuk menjalankan tugasnya dengan baik sebagai imbalan atas kesembuhan ibunya.

"Siang ini Lissa mungkin akan kembali ke kota bu." Ucap Lissa setelah menahan napasnya.

"Iya nak. Ibu mengerti. Pekerjaanmu di Kota pasti sudah menunggumu." Diana tersenyum.

"Terima kasih atas pengertiannya bu."

"Ibu beruntung memiliki putri yang berbakti sepertimu. Ibu ingin menahanmu untuk tinggal di sini lebih lama lagi. Tetapi ibu tahu kamu juga memiliki tanggung jawab yang lain pada Pekerjaanmu. Kamu juga masih harus kuliah. Ibu jadi malu merepotkan anak seperti ini."

"Ibu, sebanyak apapun yang Lissa lakukan tidak akan pernah bisa menandingi bahkan sebanding dengan apa yang ibu dan bapak lakukan sebagai orang tua. Jadi Lissa mohon ibu jangan pernah berpikiran kalau ibu merepotkan. Hati Lissa sedih mendengarnya." Lissa menggenggam tangan Diana dan menciumnya.

Lissa menyadarkan kepalanya di jendela sepanjang jalan sejak ia naik ke dalam mobil. Sebagai seorang anak, ia tidak akan tenang meninggalkan ibunya dalam kondisi sakit. Tapi tanggung jawabnya juga tidak bisa ia abaikan begitu saja. Kontrak itu sudah dia tanda tangani.

"Nona Lissa tidak perlu khawatir. Saya sudah menyewa seorang perawat untuk membantu menjaga bu Diana sampai beliau sembuh. Tim dokter juga akan melaporkan perkembangan kondisi bu Diana setiap hari." Petra mengangkat kacamata berbingkai hitamnya saat ia melirik Lissa di kursi belakang dari kaca spion.

Lissa mengangkat pandangannya. Menegakkan duduknya dan membalas menatap Petra juga dari kaca spion. "Terima kasih tu... maksudku terima kasih Petra. Saya tidak menyangka anda akan melakukan hal begitu banyak untuk keluarga saya"

"Ini semua adalah kewajiban saya Nona. Saya harus memastikan semua akan berjalan lancar untuk pak Bos." Jawab Petra. Lissa mengangguk faham. Benar. Semua yang dilakukan Petra semata-mata hanya demi Rafael.

"Bagaimanapun saya tetap ingin mengucapkan terima kasih."

"Anda terlalu baik Nona." Petra kembali melirik Lissa. Menurutnya calon nyonyanya ini jelas-jelas lebih baik dari pada Steffi dari sudut manapun. Diam-diam dia berdoa agar pernikahan yang awalnya berdasarkan kontrak lama-lama akan menjadi kenyataan. Lagipula Steffi sangatlah tidak pantas untuk bosnya yang berharga.

"Setelah kita sampai di kota F kita akan langsung pergi ke salon untuk persiapan. Perjalanan masih cukup panjang. Sebaiknya Nona beristirahat  terlebih  dahulu. Beberapa  hari ini Nona pasti tidak beristirahat dengan baik."

Lissa pun menutup matanya dan mulai pergi tidur. Mobil yang dipakai Petra adalah mobil yang biasa dipakai Rafael. Mobil yang harganya ratusan miliar itu terasa nyaman bahkan saat ada lubang atau halangan di jalan. Apalagi berjalan di atas aspal seperti saat ini. Meskipun sedang berada di dalam mobil, Lissa bisa tidur dengan nyenyak dan baru bangun ketika Petra membangunkannya setelah sampai di depan salon.

Lissa mengikuti Petra masuk ke dalam salon terkenal di kota F. Ini adalah pertama kalinya Lissa masuk ke dalam salon sepanjang hidupnya. Meskipun Lissa sudah lama tinggal di kota, waktunya hanya ia gunakan untuk belajar dan bekerja. Ia sangat jarang pergi ke mall apalagi salon seperti ini. Lissa merasa takjub  saat melihat kemewahan di dalam. Tetapi karena Lissa datang bersama dengan Petra, ia berusaha menjaga ketenangan agar tidak membuat malu.

Di lantai kedua salon itu, ada sebuah ruangan khusus yang berada di angin paling pojok. Lissa mengikuti Petra masuk ke dalam ruang yang bertuliskan ruang SSS.

"Oh jadi ini gadisnya? Ini sih lebih cantik dari pada Steffi. Pandai juga Rafael memilih." Seorang pria tampan langsung  memperhatikan Lissa dari setiap sudut.

"Ini calon istri Pak Bos. Jangan bicara macam-macam." Sarkasme Petra tidak suka.

"Oke oke. Aku tahu. Serahkan saja padaku, aku akan membuat semua orang tercengang karena kecantikannya."

"Baiklah tuan Septa. Kalau begitu saya akan meninggalkan Nona Lissa di sini dan akan menjemputnya nanti malam."

"Oke. Pastikan Rafael tidak akan terkejut saat melihatnya nanti." Petra mengabaikannya dan keluar dari ruang pribadi itu.

Setelah Petra keluar dari ruangan, pria bernama Septa itu mulai memperhatikan setiap detail dan sudut tubuh Lissa. Menilai dengan seksama nilai plus dan minusnya untuk menutupi kekurangan dan menonjolkan kelebihannya.

"Cantik, apa kamu pernah menyadari bahwa kamu memiliki semuanya dengan sempurna?" Tanya Septa tiba-tiba  membuat Lissa terkejut dan terkesiap.

"Hahahaha. Kamu sangat menarik. Kamu tenang saja. Aku adalah Septa Nugraha. Dengan kemampuan emas tanganku, Meskipun Kamu masuk dengan bukan siapa-siapa, kamu akan keluar jadi luar biasa." Septa berbicara banyak dengan semangat. Ia tidak menyangka mendapatkan respon yang sederhana dari Lissa.

"Terima kasih."

Septa sedikit tercengang mendengarnya. Apakah dia tidak mengetahui siapa dia? Dia adalah seorang stylis terkenal bahkan hingga ke luar negeri. Apakah dia bercanda tidak mengenalnya? Ah lupakan saja. Gadis yang ditemukan Rafael ini memang lain dari yang lain.

"Anak-anak masuk dan bawa Nona Lissa untuk perawatan." Septa menepuk tangannya tiga kali. Sekelompok gadis datang dan membawa Lissa masuk untuk menerima perawatan spa dan  lainnya.

Septa merias wajah Lissa secara pribadi. Mengeluarkan semua kemampuannya untuk menampilkan sosok Lissa dengan maksimal. Menutupi kekurangan dan merubahnya menjadi kelebihannya. Aura Lissa terlihat keluar setelah selesai di make over habis-habisan.

Wajahnya yang cantik disempurnakan Dengan gaun berwarna biru muda sepanjang mata kaki, serta bahu indahnya yang terekspos. Membuat Lissa tampak seperti keluar dari sebuah lukisan estetik. Bahkan Lissa sendiri hampir tidak mempercayai apa yang dilihatnya.

"Perfect." Septa menjentikkan jarinya setelah melihat penampilan Lissa dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Bagaimana? Apa sudah sele...." Ucapan Rafael tertahan di tenggorokan saat melihat Lissa  yang baru saja berbalik menghadapnya.

"Sial! Bukankah ini terlalu cantik?" Guam Rafael dalam hati.

~♡♡♡~

~☆Kupilih Penggantimu_6☆~

Para pembaca yang budiman. Tolong jangan menjadi pembaca gaib ya....😢

Budayakan tekan tombol like setelah membaca. Terima Kasih 😊

Terpopuler

Comments

Tiwik Firdaus

Tiwik Firdaus

semoga rafael lebih cepat jatuh cinta kepada lissa dan melupakan stsffi

2023-03-05

0

Widya Sari SE

Widya Sari SE

Panggil MAS dong..🤗

2022-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!