4. Kontrak Pernikahan

Lissa sudah membuat janji dengan Rafael untuk membatas mengenai kontrak pernikahan mereka di sebuah kafe. Mereka bertemu saat malam hari, setelah Lissa selesai dnwg kelasnya. Karena kafe terletak agak jauh dari kampus, Lissa menitipkan sepeda miliknya pada penjualan dan pergi ke kafe menggunakan Bus umum. Lisan berdiri di halte bus di depan kampus. Saat itu malam, dan sangat sedikit orang yang naik bus di malam hari. Jadi Lissa sendirian berdiri di sana.

Pada saat yang sama, Rafael yang juga berangkat ke kafe sengaja menyuruh Petra untuk mengambil jalan berputar untuk melihat apakah Lissa sudah berangkat atau belum. Dan ternyata dugaannya memang benar. Saat ia lewat di depan kampus ia melihat Lissa berdiri sendirian di halte dengan mengeratkan jaket di tubuhnya. Angin malam dingin. Dan Lissa pada dasarnya takut dingin.

Mobil yang dikemudikan Petra berhenti tepat di samping Lissa. Lissa yang awalnya bermain ponsel mundur dua langkah dan mendongak. Kaca mobil penumpang terbuka. Rafael memandang keluar dan memperhatikannya.

"Masuk." Singkat. Padat. Dan jelas.

Lissa membuka pintu dan masuk dengan segera. Menghindari seseorang mungkin kehilangan kesabaran menunggunya. Lagipula seseorang seperti Rafael mungkin tidak pernah menunggu sepanjang hidupnya.

Sepanjang perjalanan sunyi. Rafael tidak menyukai kebisingan. Juga tidak menyukai musik. Jadi sudah wajar jika mobil selalu dalam keadaan senyap. Bahkan suara ban berputar dan hembusan angin yang kencang di luar juga terdengar.

Mobil berhenti di depan sebuah kafe mewah. Petra turun dan membuka pintu belakang. Menunggu Rafael dan Lissa turun dan menutup pintu dengan hati-hati. Lissa mengikuti Rafael masuk. Meskipun ia sudah cukup lama tinggal di kota F, nyatanya dia belum pernah masuk ke kafe semewah itu sebelumnya.

Seluruh waktu Lissa dihabiskan untuk bekerja, kuliah dan belajar. Tidak ada waktu untuk yang lainnya. Bahkan dia hanya memiliki dua orang yang benar-benar akrab dengannya. Ria yang merupakan teman sekelasnya dan Dina yang merupakan rekan kerjanya. Yang lainnya hanya angin lalu.

Lissa mengikuti Rafael masuk ke dalam kamar pribadi. Disusul dengan Petra yang selalu berjalan di belakang mereka dengan tas kerja yang ada di tangannya. Petra dan tas hitam itu seperti satu paket yang tidak pernah terpisah.

Rafael duduk dengan elegan. Lissa duduk di salah satu kursi yang agak jauh. Petra juga duduk. Tapi dia memiliki kursi yang terpisah dari dua orang di sana.

"Terima kasih atas makanannya. Ini sangat lezat." Ucap Lissa dengan mata bulatnya yang berbinar. Lesung pipit di kedua pipinya muncul saat dia tersenyum. Saat Lissa tersenyum, wajahnya memiliki banyak perbedaan dengan Steffi.

"Ini adalah kontrak pernikahan kita. Kamu baca dan pahami." Rafael tidak menjawab dan melemparkan berkas di depan Lissa. Lisan juga tidak mempermasalahkannya. Lagipula semua orang berduit bisa melakukan apapun yang mereka mau. Ia mengambil berkas dan membacanya poin demi poin dengan seksama.

"Bagaimana? Apa ada yang gak kurang jelas?" Petra bertanya mewakili bosnya. Lagipula dia yang membuatnya dengan mengacu pada kontrak pernikahan yang dia dapat dari novel yang sedang viral belakangan ini. Bosnya hanya melihatnya dan mengernyit aneh sebelum akhirnya menyetujuinya.

Poin pertama adalah kedua belah pihak bertanggung jawab atas kerahasiaan kontrak pernikahan. Tidak diperkenankan memberitahu siapapun mengenai masalah ini. Selain itu, mereka juga kanan merahasiakan pernikahan mereka di depan umum. Lissa mengangguk setuju. Dia juga berpikiran hal yang sama.

Poin kedua adalah mereka hanya melakukan kontrak pernikahan, jadi tidak akan ada kontak fisik selain demi kepentingan di depan umum. Lissa juga setuju. Bagaimanapun sebagai seorang gadis, dia telah menjaga mahkotanya selama ini dan bermimpi untuk memandikannya kepada orang yang dia cintai dan mencintainya. Lissa bahkan belum memberikan ciuman pertamanya.

Lissa membaca poin yang ketiga dan abisnya terajut. Dia mendongak dan menatap Rafael dengan penasaran.

"Tentang poin ke tiga. Tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing. Apakah ini berarti aku masih bisa pacaran?" Rafael melirik Petra tajam saat mendengar pertanyaan dari Lissa. Ia juga memikirkan hal yang sama sebelumnya tentang poin ini.

"Tentu saja bukan begitu. Selama kontrak, pihak kedua yang adalah anda nona Lissa tidak diperkenankan memiliki kekasih."

"Oh..." kalau Rafael tidak perlu dipertanyakan. Sejak awal mereka semua tahu bahwa dia sudah memiliki kekasih. Yang tidak mau diajak menikah.

Lissa melanjutkan dan belum menemukan masalah lain hingga ia melihat deretan angka nol di belakang angka lima....

"Apa? Lima ratus juta?"

"Ya. Selain pak Bos akan menanggung biaya berobat ibu Nona, pak Bos juga akan memberikan lima ratus juta setelah kalian resmi bercerai. Tetapi, itu juga tidak sesederhana itu. Jika suatu hari Nona melanggar salah satu isi kontrak atau menolak untuk bercerai, Nona juga harus membayar denda yang sama besar dengan apa yang akan diberikan jika Nona bercerai. Semua ini ada di bab pelanggaran poin kelima." Petra maju dan membuka berkas di tangan Lissa.

"Dan ini adalah hak yang adnan terima selama menjadi nyonya Abraham." Petra menunjuk poin lain.

Lissa akan mendapat uang bulanan dua puluh juta rupiah. Menjadi nyonya Abraham, Lissa tentu saja tidak hanya mengandalkan wajahnya yang cantik. Tapi dia harus tampil modis saat ia menjadi nyonya Abraham. Jadi dia membutuhkan baju dan juga pergi ke salon secara rutin.

Dari kontrak yang dibaca Lissa, pernikahan mereka paling lama hanya akan berlangsung selama dua tahun jika sampai pada waktunya Steffi masih belum mau menikah. Sebelum itu, Lissa dilarang menggugat cerai.

Oh baiklah. Itu juga masih normal. Dengan kompensasi sebesar itu, denda juga tentu saja akan besar. Lagipula Rafael adalah pengusaha yang tidak akan mau mengalami kerugian.

Lissa melanjutkan membaca dan ia mengangguk. Merasa semua isinya normal.

"Bagaimana Nona Lissa?" Rafael yang sejak tadi bertanya dengan tidak sabar."

"Aku...." jujur, Lissa masih tidak bisa memahami semua ini. Semuanya berkembang dengan begitu cepat. Dia bahkan belum bisa memutuskan untuk setuju atau tidak. Dia bahkan tidak bisa tidur semalam karena terlalu banyak berpikir.

Lissa tahu apa yang dia lakukan bertentangan dengan ajaran orang tuanya. Menandatangani kontrak pernikahan ini berarti dia sama saja dengan menjual dirinya. Jika mereka tahu, mereka pasti akan sangat kecewa terhadapnya.

Di sisi lain, ia juga membutuhkan kesepakatan ini. Ibunya di rumah sakit sedang bertaruh nyawa. Setiap menit dan detik sangat penting baginya. Tidak ada cara lain dan tidak ada waktu untuk berpikir. Apalagi pagi tadi adiknya juga memberitahu bahwa kondisi ibunya selain ngedrop dan memintanya untuk segera pulang kalau-kalau ibunya tidak akan bangun lagi.

"Baiklah. Aku setuju." Lissa menghela napas. Ia harus setuju. Semakin cepat semakin baik. Tidak akan baik menunda lebih banyak waktu lagi.

"Bagus. Sekarang Kamu tanda tangan di sini. Kita masing-masing akan memegang satu salinan. Da yang asli akan diserahkan pada notaris untuk disimpan." Rafael menjelaskan.

"Iya." Lissa mengangguk. Dengan gemetar ia mengambil pena dan menyatukan tanda tangannya di atas kontrak pernikahan. Mulai saat ini, dirinya bukan miliknya lagi.

...~♡♡♡~...

...~☆Kupilih Penggantimu_4☆~...

Para pembaca yang budiman. Tolong jangan menjadi pembaca gaib ya....😨

Sebelum lanjut baca alangkah baiknya tekan tombol like terlebih dahulu. Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!