5 Years Ago
"Oh, kamu cantik sekali. Aku tidak menyangka kalau kamu bisa secantik ini padahal musikmu tidak karu-karuan belum lagi dandananmu setiap hari. Tapi, lihatlah sekarang. Kamu benar-benar anakku ternyata." ucap Nyonya Madison penuh haru melihat anak perempuannya yang tomboy berubah menjadi seorang putri cantik yang akan segera menyemat nama keluarga baru.
"Camilla Oak. Nama itu sangat anggun dan terdengar sangat megah. Mama bahagia sekali Milla." puji Nyonya Madison tanpa henti.
Camilla memicingkan matanya dan mengerutkan hidungnya sambil sesekali menggaruk-garuk hidungnya itu, "Aku tidak suka segala macam ini. Apakah aku harus berdandan seperti ini?" tanya Milla.
"Dan, mama. Ayolah, karena Andrew melamarku mama baru mengakui aku sebagai anakmu? Jadi selama ini aku anak siapa? Anak tetangga?" tukas Milla lagi kesal.
Nyonya Madison tersipu malu, "Tidak seperti itu, Milla dan pelankan suaramu jika orang lain mendengar seakan-akan mama ini tidak pernah menganggapmu sebagai anak." bisik Nyonya Madison.
Milla tersenyum kecut dan membalas bisikan ibunya, "Kenyataannya seperti itu."
Hanya satu orang yang tidak senang pada hari bahagia itu. Dia adalah Charlie atau Charlotte Madison. Sedari tadi ia berjalan mondar-mandir sambil sesekali melihat jam tangannya yang berkilauan, seperti menunggu seseorang.
Tak lama ponselnya berbunyi, "Dimana?" tanya Charlie.
"Oke, aku segera kesana. Tunggu di tempatmu dan jangan bergerak, kamu tau acara ini akan ramai dengan para undangan." sahutnya.
Dengan cepat ia berlari menuju taman belakang dari gedung itu dan menemui seseorang yang tadi menghubunginya.
"Hei." sapa Charlie.
"Hei, bagaimana rencanamu?" tanya pria itu.
"Apa kamu membawa semua yang aku butuhkan, Will?" Charlie bertanya lagi.
"Tentu saja. Lagipula untuk apa kamu membutuhkan semua peralatan itu? Dan aku tidak yakin kita akan berhasil karena seperti katamu pengaman disini ketat selalu dan banyak orang jadi pasti akan terlihat jika kita membawa kembaranmu ke dalam mobil." ujar Will.
"Itu bisa di atur." ucap Charlie menggampangkan.
Charlie kemudia masuk ke dalam mobil, di dalam sana Will sudah menyiapkan gaun pengantin serta alat make up lengkap untuk Charlie.
"Apa yang dicari Andrew pada Milla? Aku heran sekali." tanya Charlie sambil menggerutu.
Will mendengus kesal, "Aku justru lebih heran denganmu karena kamu mempunyai ide sehebat ini. Apakah kamu tidak suka melihat saudarimu bahagia? Kamu kan bisa menikah denganku." ucap Will.
Charlie menatap Will tak percaya, "Aku? Menikah denganmu?" Charlie menggelengkan kepalanya.
"Jadi apa aku nanti? Kalau aku menikah dengan Oak, masa depanku terjamin Will dan aku akan bahagia sampai tua. Oke, aku sudah selesai. Ayo kita segera laksanakan." ucap Charlie.
Will mendengus lagi, "Huh! Aku bisa menghidupimu, Charlie!" dengusnya tanpa terdengar.
Karena wajah Charlie yang identik sekali dengan Milla maka ia memakai topi sebelum memakai veilnya dan menggunakan kacamata hitam.
Dengan gaun itu juga dia memanjat pilar dan tembok sampai ke lantai atas tempat Milla di rias.
"Jika kamu seperti ini aku sama sekali tidak bisa membedakan mana Charlie dan mana Camilla." bisik Will yang mengikuti langkah Charlie.
"Rambutku lebih ikal dan kata mamaku, aku lebih cantik dari Milla." jawab Charlie bangga.
Akhirnya mereka sampai di balkon kamar rias itu, dengan cekatan Charlie melompat dan segera merunduk supaya tidak terlihat.
Berbeda dengan Charlie, Will menatap Milla tanpa berkedip. Charlie menarik tangannya, "Merunduk, bodoh!" tukasnya.
"I...itu Milla? Cantik sekali. Dia lebih cantik darimu." kata Will jujur.
Charlie memandangnya tajam, "Tutup mulutmu! Dan fokuslah!" seru Charlie.
Will kembali pada rencananya, "Maafkan aku. Jadi bagaimana?" tanya Will.
"Setelah ini, Milla akan ditinggal di kamar rias sendiri karena orangtuaku harus menunggu di depan altar. Ayahku akan menyambutnya di gerbang bunga di sana tadi. Begitu semua sudah keluar, kita segera masuk. Bergeraklah lebih cepat." perintah Charlie.
Will mengacungkan ibu jarinya, "Oke."
***
"Lepaskan aku!" Milaa meronta-ronta saat Will membekapnya.
Dia memandang saudara kembarnya dengan tatapan kebencian, "Wanita rendah kamu, Charlie!" seru Milla.
"Well, i will do anything to get Oak, Milla." senyumnya licik dan bergegas keluar meninggalkan Milla yang berusaha membebaskan diri dari cengkeraman Will.
Namun, Will membekap mulut Camilla dan menutupnya dengan saputangan yang sudah di berikan obat tidur sehingga perlahan gerakan Milla melemah dan ia tertidur.
Bruk!
"Merepotkan saja. Kalau tidak karena cinta aku tidak akan sudi melakukan pekerjaan kotor ini!" tukas Will berbicara kepada dirinya sendiri.
Setelah membaringkan Milla di jok tengah mobilnya, ia menghubungi seseorang dan dengan cepat dua orang oria sudah datang menemui Will.
Will mengeluarkan beberapa lembar uang, "Jangan sampai lecet, pastikan dia selamat. Bawa ke tempat yang jauh dan ambillah mobilku. Mobil sial!" perintah Will.
***
Keesokan paginya di sebuah kota kecil seorang pria berpakaian lusuh keluar dari apartemennya dan melihat ada seorang wanita tergeletak dengan memakai gaun pengantin.
Pria itu mengecek nafas wanita itu dengan mendekatkan jari telunjuknya ke hidung wanita itu. Dia menghela nafas lega dan membangunkan wanita itu, "Hei! Hei!"
Wanita itu mengerjapkan matanya dan melihat pria yang berada di depannya, wanita itu segera bangkit dan bertanya, "Dimana aku?" tanya wanita itu.
Dia cantik, pikir pria itu.
"Di depan apartemenku. Siapa namamu?" tanya pria itu.
"Camilla. Siapa namamu? Bisakah aku meminjam apartemenmu sebentar?" tanya Milla
"Aku Millo Forest dan silahkan masuk." sahut Millo mempersilahkan Milla masuk.
Milla jalan dengan menentang gaunnya, "Bisakah aku meminjam baju dan celanamu?" tanya Millo lagi.
Millo menyiapkan pakaian yang diminta oleh Milla dan selagi Milla berganti pakaian, Millo menyiapkan segelas susu hangat, roti bakar serta telur mata sapi untuk tamu tak terduga itu.
"Makanlah dulu. Aku tak akan bertanya tapi aku hanya mengira kamu bukan warga sini." kata Millo.
Mulut Milla sibuk mengunyah dan menelan dia hanya mengangguk.
"Apakah aku boleh tinggal bersamamu? Aku akan bekerja dan membayarnya." tanya Milla.
Millo mengangguk dan tertawa kecil, "Kamu wanita yang aneh. Baru kali ini aku menemukan wanita sepertimu. Apa kamu tidak ingin lapor polisi dan melaporkan apa yang terjadi kepadamu?" tanya Millo.
Milla menggeleng, "Aku tidak punya siapa-siapa." jawab Milla.
"Lalu, baju pengantinmu?" Millo ingin tidak bertanya tapi rasa penasaran memaksanya untuk terus bertanya.
"Akan aku bakar. Anggap saja kamu melihatku dengan memakai baju ini dan lupakan baju pengantin bodoh itu." pinta Milla.
"Aku harus bekerja untuk bertaham hidup dan tidak menjadi bebanmu." ucap Milla lagi.
Millo menatapnya, ia tidak tau apa yang harus ia katakan kepada wanita yang duduk di hadapannya sekarang. Pancaran matanya mengandung tekad yang kuat. Entah apa yang terjadi padanya tapi sebersit asa masuk perlahan ke dalam hati Millo.
"Apa kamu bisa bernyanyi? Aku seorang musisi." jawab Millo.
Milla mengangguk, "Ya, aku bisa. Aku bisa memainkan piano juga dan gitar sedikit. Boleh aku bergabung denganmu?" tanya Milla.
Millo mengangguk, "Welcome to my life, Camilla." ucap Millo tersenyum.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments