"Huhfff..."
Srekkk srekkk srekkk!
Sambil membuang nafas kasar, Oregon duduk di pinggir sungai. Kemudian membersikan baju dan tubuhnya. Dari debu dan kotoran yang menempel. Juga beberapa darah yang telah mengering.
Karena merasa lengket dengan keringat dan juga darah-darah yang sudah kering, akhirnya Oregon membuka bajunya.
Byurrr!
Dia masuk ke dalam sungai yang mengalir jernih, untuk mandi dan mencuci pakaiannya. Supaya lebih nyaman saat dipakai lagi.
Kecipak kecipuk...
Suara air sungai yang digunakan Oregon, menjadi pusat perhatian dari beberapa hewan yang ada disekitar tempat itu.
Ada an_jing hutan, kijang dan beberapa burung yang ikut berisik. Karena merasa terusik dengan kehadiran dan kegiatan yang dilakukan oleh Oregon di sungai tersebut.
Sluppp... sluppp...
Pendengaran Oregon mengangkap hewan melata, yang saat ini mengincarnya. Hewan itu sedang berenang di sungai.
Dengan cepat, Oregon melompat keluar dari dalam aliran sungai. "Hap!"
Drap!
Secepat kilat, Oregon sudah berada di tepi sungai. Dengan menajamkan indera penglihatan dan pendengarannya. Supaya tidak lengah dari marabahaya, dengan kehadiran hewan. Yang bisa saja, hewan itu sangat berbahaya, sehingga mengancam keselamatan dirinya.
Ternyata perkiraan Oregon tidak meleset.
Hewan yang tadi terdengar berenang dan mendekati tempatnya mandi, adalah ular cobra. Yang panjangnya mencapai tiga meteran. Dengan lehernya yang mekar sempurna. Memperlihatkan keindahan yang berbalut dengan kengerian.
Ular cobra tersebut melihat Oregon yang terkejut dengan kemunculannya. Bahkan, Oregon sampai mundur beberapa langkah, untuk menghindarinya.
"Pergilah ular cobra. Aku tidak akan menyakitimu, tapi Kamu juga harus segera pergi. Karena Aku ingin mandi sebentar. Melepaskan rasa penat yang Aku rasakan."
Ular cobra tersebut diam di tempatnya, kemudian menjulurkan lidahnya pada Oregon.
Tentu saja Oregon mundur lagi, karena takut jika ular cobra tersebut menyemburkan bisa_nya. Yang akan membuat tubuhnya lumpuh dan tidak bisa digerakkan.
Tapi ternyata dugaan Oregon salah.
Ular cobra tersebut, justru menundukkan kepalanya, setelah lehernya menciut alias tidak mekar lagi. Bahkan, sikapnya itu menunjukkan bahwa, dia ingin dielus-elus oleh Oregon.
Pada awalnya Oregon masih ragu, di saat ular cobra tersebut bersikap lunak di hadapannya. Dia tetap waspada, karena bisa jadi, itu adalah sikap menipu. Karena setelah itu, ular cobra bisa saja dengan mudah menyerangnya.
Tapi ternyata tidak. Ular cobra tersebut tetap menundukkan kepalanya, sehingga pelan-pelan, tangan Oregon menyentuh kepala ular tersebut dengan tangannya.
Terima kasih Tuan. Anda adalah Tuan kami.
Oregon tertegun sejenak, mendengar perkataan ular cobra tersebut. Tapi dia tidak percaya, jika ular cobra itulah yang tadi berbicara dengannya.
Aku ular cobra yang ada di depan Tuan. Lanjutkan perjalanan Tuan. Semua binatang yang ada di kawasan gunung ini, tidak akan ada yang berani menyakiti Tuan.
Mendengar perkataan ular cobra itu lagi, Oregon menyipitkan matanya. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar dan lihat saat ini.
'Bagaimana bisa Aku mendengar perkataan ular cobra ini? Apa Aku sedang bermimpi, atau berhalusinasi? apa sebenarnya Aku sudah berada di alam lain, karena mati digigit ular?'
Oregon justru berpikir yang tidak-tidak, dengan apa yang dia alami saat ini.
Namun hal itu wajar saja, jika Oregon tidak bisa mempercayai apa yang saat ini sedang terjadi padanya. Karena selama ini, dia tidak pernah mendengar binatang berbicara dengannya. Meskipun sebagian hari-harinya ada di dalam hutan, yang ada di belakang rumahnya.
Di saat Oregon masih berbicara dengan hatinya sendiri, ular cobra tersebut tiba-tiba melilit tubuhnya. Tapi bukannya terasa sakit, Oregon justru terbuai dengan sentuhan lembut kulit ular cobra tersebut.
Lama kelamaan, mata Oregon tertutup rapat. Seakan-akan dia sedang dinina_bobokan ular cobra tersebut.
Dan di saat dia terbangun, dia sudah dalam kondisi bersih. Dengan pakaiannya yang tadi dia cuci dan belum sempat dia jemur.
'Apa Aku tadi bermimpi?'
'Tapi kenapa begitu nyata? Dan ini... ini, luka-luka yang Aku miliki tidak ada lagi?'
Oregon tentu saja terkejut, melihat tubuhnya yang tanpa luka. Karena sebelum dia mandi di sungai, badannya ada beberapa luka. Baik yang masih baru maupun luka yang sudah mengering.
Tapi semuanya kini tidak terlihat.
Tubuhnya seakan-akan tidak pernah mengalami luka apapun. Bahkan tubuhnya terasa lebih segar dan ringan.
"Hahhh... apa yang sebenarnya terjadi padaku? Tidak mungkin kan jika tadi Aku hanya bermimpi?" gumam Oregon seorang diri. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ada beberapa sisik ular cobra, yang tadi dia temui di dekatnya duduk saat ini.
"Jadi... semua yang Aku alami tadi tidak mimpi?" Oregon kembali bertanya, dengan memegang beberapa sisik ular cobra tersebut.
Dan kini, di saat sisik-sisik ular cobra tersebut dia pegang, justru berubah menjadi sebuah pisau kecil, yang tampak lunak. Tidak sama seperti pisau-pisau dari logam besi pada umumnya.
Dengan berbekal keyakinan yang kuat, Oregon akhirnya menyimpan pisau lunak tersebut.
"Aku akan gunakan jika dalam keadaan terdesak."
Setelah itu, Oregon berdiri dan menepuk-nepuk tangannya sendiri. Menarik nafas dalam-dalam, kemudian melanjutkan perjalanannya lagi. Menuju ke puncak gunung berapi, yang masih tetap sama. Mengeluarkan suara aneh, dengan asap tebal yang menutupi puncaknya.
*****
Perjalanan menuju puncak gunung berapi terasa lebih mudah, dibanding dengan kemarin-kemarin. Sebelum dia bertemu dengan ular cobra di sungai.
Tubuhnya terasa lebih ringan, saat naik tebing dan melompat ke satu tempat ke tempat yang lainnya. Karena adanya bebatuan atau sungai.
Oregon benar-benar merasakan perubahan yang mencolok setelah semua yang dia alami kemarin. Karena tidak ada satupun hewan yang dia temui dalam perjalanannya kali ini.
'Ternyata ada yang dikatakan oleh ular cobra itu benar adanya. Aku bisa lebih cepat sampai jika seperti ini terus.'
Dan beberapa saat kemudian, Oregon sudah bisa melihat puncak gunung berapi yang tampak berselimut asap tebal. Bahkan tidak terlihat tanah ataupun bagian dari puncak gunung, kecuali asal tebal yang menutupinya.
Dengan sangat hati-hati, Oregon menyusuri jalan yang tampak seperti bara api.
Yang dipijak Oregon bukan lagi berupa tanah, tapi bara api, karena ini sudah mendekati puncak gunung berapi.
"Panas sekali ini, tapi kenapa kakiku tidak merasakan rasa panas?"
"Kakiku sama saja seperti menginjak tanah biasa. Sama seperti di rumah."
Belum habis rasa terkejut Oregon dengan keadaan tanah yang dia pijak, dia kembali terkejut dengan suara yang mengelegar di depannya.
"Siapa Kamu! Berani-beraninya datang ke tempatku ini. Apa Kamu ingin mati?"
Oregon mengibas-ngibaskan tangannya, mengusir asap tebal yang ada di depannya. Yang menghalangi pandangan mata.
Keterkejutan Oregon bertambah lagi, saat melihat adanya seekor ular naga besar, yang melilit stalaktit yang ada di kawah gunung berapi ini.
Namun yang lebih mengejutkan lagi adalah, naga tersebut berkepala manusia. Dengan wajah yang tidak asing bagi Oregon sendiri.
"Si_siapa Kamu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
e-yank
seorang naga ?????
bukannya se EKOR THOR????
2023-04-12
0
Dafit Masfi
thor ada kisah romance nya gak....
kalau gak ada...bakalan bikin bosen
2023-01-05
0
Bagus Effendik
sudah kubilang imajinasimu buatku iri dalam merangkai cerita hem mantap
2022-11-07
1