Di tengah-tengah Keterkejutan nya, Raya masih berusaha mengumpulkan akal sehatnya, Namun ... ia masih tidak mengerti akan sikap El yang tiba-tiba berubah kasar.
Bukankah kemaren mereka masih baik-baik saja, bahkan ... El memberikan Raya perhatian dengan mengucap kan selamat tidur dan semoga sukses di hari esok.
'Apakah ini prank? ya ... aku yakin, El sedang menge-prank ku saat ini, tidak mungkin sikapnya berubah dengan begitu cepat kan? dan apa yang ya katakan tadi ... aku benar-benar tak faham,' bathin Raya
'Aku harus berhasil dalam ujian ini, karena aku yakin, di balik prank yang El lakukan saat ini pasti demi keberhasilan ujian ku' bathin Raya lagi seraya memberi semangat pada diri sendiri. Raya berjalan dengan termenung.
Ia menuruni tangga, hingga tanpa sadar hampir saj terjatuh, beruntung nya ada Devan yang sigap menangkap nya, karrna itulah Rafa sadar akan lamunannya, pandangan kedua insan itu saling bertemu dan terkunci satu sama lain. Mendengar suara bel masuk berbunyi, Raya segera mengangkat tubuhnya, begitu juga dengan Devan.
"Kalau jalan jangan melamun, itu tidak baik untuk keselamatan mu," ucap Devan
"Terimakasih, kau selalu menolong ku," ucap Raya dengan senyuman khasnya, menampilkan sederet gigi rapi nya. Devan menyentuh pucuk kepala Raya dengan lembut seraya berkata
"Kita ke kelas, bagaimana? Apakah El mengajari mu dengan baik ?" tanya Devan
"Seperti yang kau ajarkan padaku, " jawab Raya singkat seraya memasuki.kelasnya, semua tatapan tertuju kearah Devan dan Raya, tak terkecuali Elvano, Namun ... falam tatapannya terlihat kekesalan yang sangat, hingga membuat Raya yang hendak tersenyum kembali menciut, dan menundukkan kepalanya.
"Ray, kau dari mana aja, aku kira kau gak masuk," ucap Amel sahabat Raya
"Maaf, aku bangunnya kesiangan, Mama gak ada ... jadi gak ada yang nemenin, mana aku gak sarapan lagi," ucap Raya dengan mengerucutkan bibirnya.
"Kau kan punya sakit maag, Ray ... setidaknya kau sarapan roti tadi," ucap Amel
"Inginnya gitu tadi, aku dah bawa, eh ... malah ada kejadian, ya sudahlah ... semoga saja pak guru gak ada hehehe" Raya masih sempat nya tersenyum meski perut nya sudah melilit karena lapar.
Beberapa saat kemudian, seorang guru muda pun masuk, membuat semua anak-anak terkesima. Wajahnya tampan bagaikan seorang artis.
"Selamat pagi semuanya, Perkenalkan ... saya Raditya Binko, anak dari pak Binko, " ucap guru muda itu
"Pak, Apakah pak Binko gak masuk?" tanya Amel
"Ayah saya sedang menemani Ibu saya di rumah sakit, jadi ... untuk mengisi jam nya, beliau meminta saya untuk mengganti kannya," ucap Raditya
"Wah, sayang ... padahal anak emasnya udah bela-belain belajar sampai bangunnya kesiangan loh,Pak" goda Amel
"Ya elah ... mau belajar sampai seminggu gak tidur-tidur pun, Si bodoh akan tetap bodoh," sindir Lola, yang mana di ikuti tawaan oleh semua anak kelas, kecuali Devan, Elvano dan Amel. Raditya mengerti, Karena Ayahnya sempat bercerita masalah anak itu, dan selalu itu menjadi keluhan sang Ayah saat pulang dari mengajarnya. Namun ... setiap Ayahnya mengeluh tentang anak itu, ada senyuman dan bahagia sendiri di wajah sang Ayah.
"Semuanya diam, kita buka buku pelajaran kalian, Hati Senin sudah masuk waktu ujian, Fokuslah pada pelajaran," ucap Raditya
Semuanya terdiam, Raya yang sedari tadi hanya diam membuat tatapan Raditya tertuju padanya.
"Mmm ... Raya, yang namanya Raya, silahkan isi jawaban no 1 di papan," ucap Raditya yang ingin memastikan, Apakah wanita yang sedari tadi diam adalah gadis yang selalu menjadi Bully-an anak didik Ayah nya. Raya yang merasa namanya dipanggil langsung berdiri, itulah raya meskipun ia tidak tahu jawabannya dia selalu berdiri saat diberikan tugas di papan tulis.
banyak ejekan saat raya berjalan ke depan namun seperti sikap raya yang ceria dan tidak menanggapi ejekan teman-temannya Ia tetap berjalan dengan percaya diri nya. Hanya saja ... wajah pucat nya kini sudah terlihat, apalagi saat ia menelan ludahnya terasa pahit.
'Benar, ini gadis itu, tapi kenapa gak seceria yang Ayah cerita kan?' bathin Raditya.
Raya yang ini segera menyelesaikan tugasnya langsung mengisi jawaban di nomor 1, teman-temannya begitu tak percaya jika jawaban yang raya berikan ternyata benar.
Raya Masih berdiri di depan menunggu jawaban dari gurunya.
"jawaban mu benar, Raya ... siapa yang mengatakan jika Raya ini gadis yang kurang, buktinya dia bisa menyelesaikan tugasnya dengan benar, Raya ... silahkan duduk ke tempat mu," ucap Raditya
"Baik, Pak"
Di saat raya hendak melangkah kan kaki nya, tiba-tiba tubuhnya lunglai, Dengan sigap Raditya menangkap tubuh Raya, tentu ...orang yang cemas pertama kalinya adalah Devan dan Amel.
"Ray, Raya ... kau kenapa, Raya ... !" teriak panik Devan yang kini sudah mengambil alih tubuh Raya dari pangkuan Pak Raditya.
"Cepat bawa dia ke UKS," titah Raditya
Tentu dengan cepat Devan membawa Raya keluar dari kelas dengan Amel yang mengikuti nya dari belakang.
"Devan, dia belum sarapan, kemungkinan Maag nya kambuh, Raya jarang makan malam, mungkin ia mulai kemaren sore yang gak makan apapun," ucap Amel selama berjalan mengikuti Devan yang sedang cemas.
Terdengar Devan berdecak, Hingga mereka memasuki ruang UKS
Devan dengan Amel dengan setia menunggu Raya.
"Kau kembali lah ke kelas, biar aku yang nungguin disini," ucap Devan
"Tapi ... "
"Sebentar lagi ujian, kau harus bisa lulus juga dari sekolah ini, pergilah ... !" ucap Devan seraya memegangi tangan Raya.
Amel pun menuruti perkataan Devan dan kembali ke kelasnya, Tanpa mereka sadari ada sosok yang mengintip mereka, lalu pergi saat melihat Amel yang hendak pergi.
Dalam kepanikan Devan, Devan.masih ingat akan ucapan sang Ayah yang hendak mau melamar Mama nya Raya.
"Ray,kau tahu jelas perasaan ku padamu, Aku sangat mencintai mu, tapi ... kau mencintai Elvano, Aku tak bisa memaksakan perasaan mu untuk mencintai ku, dan sekarang penghalang lebih besar berdiri di depanku dengan kokoh, Orang tua kita saling mencintai, Mamamu tidak ingin menikah karena ia memikirkan dirimu, dia takut kau tidak setuju, Ray ... aku harus bagaimana? Apakah aku akan mengubah cinta ini dengan rasa sebagai saudara?" ucap Devan Seraya menggenggam tangan Raya.
"kau mencintai nya ya ... ?" tanya petugas UKS
"Eh, tidak, dia adikku," ucap Devan dengan gugup yang mana petugas UKS itu hanya tersenyum.
"Kalian masih muda, masih butuh perjalanan panjang, gunakanlah waktu dengan sebaik mungkin," ucap petugas UKS itu. Devan hanya tersenyum, Dia benar, mungkin saja rasanya saat ini adalah rasa kagum karena kekuatan Raya selama ini. Devan menarik nafasnya dan menghembuskan nya dengan begitu lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
bagus Ceritanya..tenang gadis biasa yg bukan Dari kalangan bijak pandai tetapi gadis ini punya keistimewaan tersendiri..moralnya usah pandang Rendah pada org yg Tidak pandai dlm pelajaran kerana Dia punya kepandaian Di Sisi lainnya
2022-10-06
1