Di rumah Rabiah tempat akan berlangsungnya aqad
Ameer sejak tadi hanya terduduk lesu di dekat meja tempat akan dilangsungkan aqad nikah beberapa menit lagi. Pandangannya kosong ke depan, seolah ia sedang mendapat musibah yang sangat berat dalam hidupnya.
“Hufth." Ia mengembuskan napasnya kasar. Ingin rasanya ia lari dari tempat ini, namun apa daya, keadaan memaksanya harus tetap berada di dekat meja aqad nikah karena ia ditunjuk menjadi saksi nikah Rabiah. Wanita yang sangat ia cintai sejak dulu, bahkan saat Rabiah masih kecil.
Apakah takdir saat ini sedang berlaku tidak adil padanya? Ameer yang dahulu mencintainya, Ameer pula yang rela menahan perasaannya agar bisa selalu menjaganya, bahkan Ameer juga yang dengan setia selalu menyebut nama Rabiah di sepertiga malamnya, namun saat ini, bukannya menjadi pasangan pengantin untuk Rabiah, ia justru menjadi saksi pernikahannya.
Bukan mau Ameer, bukan pula mau Rabiah. Cinta mereka memang saling terpaut, tapi masing-masing tak saling mengetahui. Ingin menyalahkan pun percuma, sebab kuasa dan takdir Allah lah yang sedang bekerja saat ini.
“Kak, kenapa dengan wajahmu? Ada masalah?” tanya Rahul yang sejak tadi juga duduk di samping Ameer membuyarkan lamunannya.
“Nggak kok, ini pengantin nya mana yah? Kok lama banget?” Ameer mengalihkan pembicaraan sambil menoleh kesana kemari seolah-olah mencari pengantinnya.
Namun, mata tidak bisa berbohong, sorot mata Ameer jelas menunjukkan kesedihan yang amat dalam, dan itu berhasil di tangkap oleh Rahul. Tentu saja Rahul paham akan sorot mata Ameer saat ini, ia bukan lagi anak kecil yang bisa dibohongi. Dan dari sorot mata itu, Rahul menaruh curiga pada Ameer, kenapa Ameer terlihat sedih? Apakah dia sedih karena Rabiah menikah? Apakah Ameer mencintai Rabiah? Itulah yang saat ini sedang berputar-putar di pikiran Rahul saat ini.
Beberapa menit kemudian, rombongan pengantin pria datang. Meskipun Ameer tidak pernah melihat calon suami Rabiah, namun dari jauh ia sudah dapat memastikan bahwa pria dengan setelan jas putih, dengan postur tubuh tinggi dan tegap itu adalah calon suaminya.
Setelah mengucapkan salam, calon suami Rabiah dipersilahkan mengambil tempat untuk melangsungkan prosesi aqad nikah. Hati Ameer semakin terasa sakit saat posisinya semakin dekat dengan calon suami Rabiah itu.
Tak lama setelah itu, Rabiah yang di dampingi Yasmin turun dari lantai dua menuju ke tempat aqad. Semua mata terpesona memandang kecantikan Rabiah. Bahkan Ameer dan Kamil juga terpukau dengan kecantikannya. Namun dengan cepat, Ameer menyadarkan dirinya. Ia menoleh ke arah Kamil yang sesekali mencuri pandang untuk melihat calon istrinya. Terlihat ada rasa kagum dari sorot mata Kamil kepada Rabiah. Namun, Ameer seperti tidak melihat cinta dalam sorot matanya melainkan kegelisahan, mungkin karena mereka belum menikah, begitulah pikirnya.
Beberapa menit kemudian
“Ananda Muhammad Kamil Abdullah bin Abdullah, saya nikahkan engkau dengan putri saya Rabiah Al-Hafizhah Yusuf binti Yusuf dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan satu stel emas tunai karena Allah...” ucap Yusuf dengan mata berkaca-kaca karena menyadari saat itu juga, tanggung jawabnya kepada putri kesayangannya akan ia lepas kepada suaminya.
“Saya terima nikahnya Rabiah Al-Hafizhah Yusuf binti Yusuf dengan mas kawin tersebut tunai karena Allah.
“Sah”
“Sah” ucap Ameer dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya, sesekali ia menunduk untuk menghapus air mata yang berhasil lolos ke pipinya. Putus sudah harapannya sejak dulu untuk menikahi Rabiah. Wanita yang ia cintai kini telah resmi menjadi istri orang.
“Aku pernah bermimpi kita bisa hidup bersama dalam ikatan suci, membangun mahligai cinta bersama untuk meraih ridho Allah, tapi rupanya cinta telah membuatku lupa bahwa tidak selamanya mimpi dan takdir berjalan searah. Allah lebih tahu mana yang terbaik untukku dan untukmu,” batin Ameer sambil menatap Rabiah yang kini sedang duduk di samping Kamil.
“Semoga pernikahan kalian selalu diberikan keberkahan, dan kebahagiaan,” lirihnya kemudian lalu beranjak dari duduknya dan pergi dari tempat itu tanpa berbicara apapun.
Tanpa Ameer sadari ada tiga pasang mata yang menatapnya dalam diam. Mereka adalah Yasmin yang telah mengetahui perasaan Rabiah kepada Ameer, Rahul yang mencurigai perasaan Ameer kepada Rabiah, dan tentu saja yang terakhir adalah Rabiah, ia hanya bisa menatap punggung pria yang selama ini ia cintai dalam diam kini semakin menjauh.
“Semoga kelak kakak bertemu dengan wanita terbaik yang tulus mencintai kakak,” batin Rabiah dengan mata berkaca-kaca.
🌷🌷🌷
Hari ini semua keluarga merayakan pernikahan Rabiah dan Kamil dengan penuh suka cita. Raut wajah bahagia jelas terpancar dari wajah Maryam dan Abdullah serta Yusuf dan Yasmin selaku orang tua kedua mempelai.
Berbeda dengan kedua mempelai yang diam tanpa ekspresi, mereka hanya senyum saat ada yang datang untuk memberikan ucapan selamat kepadanya. Entah apa yang terjadi, namun kedua mempelai itu tampak sedang memikirkan sesuatu yang membuat hati mereka gelisah. Bahkan Kamil tampak sedang menyisir seluruh ruangan mencari seseorang yang tadi mengikutinya di belakang saat menuju ker rumah Rabiah.
Sementara di sebuah kamar mandi, seorang wanita tengah menangis meratapi nasibnya yang tidak berpihak padanya. Ia sungguh tak mampu berlama-lama melihat pernikahan pria yang mulai ia cintai tengah bersanding di atas pelaminan bersama wanita lain.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Memyr 67
baru awal sudah membuat teka teki. wanita itu pacarnya kamil atau istri sirinya?
2023-01-10
2
AdindaRa
Amer, kamu bener - bener lelaki sholeh 😘😘😘
2022-11-27
2
AdindaRa
Amer ternyata juga mencintai Rabiah 😭😭😭 sedih amat lah aku ini bacanyaa kak.
2022-11-27
2