Apa yang harus di katakan Berlian pada kakek dan neneknya kalau dia gagal bekerja di perusahaan milik keluarga Pratama. Nenek dan kakeknya pasti sangat kecewa jika mengetahui hal ini. Seandainya pemilik perusahaan perkebunan teh itu bukan laki-laki angkuh itu, Berlian yakin dia pasti di terima kerja di sana. Tapi, mau bagaimana lagi ?.
"Dasar cowok Songong, baru jadi presdir aja, belagunya minta ampun . Ntar, perusahaannya bangkrut baru tahu rasa kamu" Berlian mengomel sendiri keluar dari kantor berlantai 10 itu.
"Tiiiin...tiiinnn...." sebuah sepeda motor berhenti di samping Berlian yang mau melintasi jalan raya.
"Maaf bang , lagi nggak butuh ojek" ujarnya.
"Sialan kamu , aku di katain tukang ojek" protes si pengendara motor.
"Eh... Tika , itu kamu?" seru Berlian baru menyadarinya setelah memperhatikan baik-baik wajah cantik di balik helm berwarna biru.
"Iya, ini aku. Bukan tukang ojek" sambar Kartika kesal.
"Maaf....." sesal Berlian sambil nyengir.
"Maaf, maaf... sudah di bilang tukang ojek, di panggil Abang lagi. Cantik begini juga"
"Tumben kamu naik sepeda motor. Mobil kamu mana?" tanya Berlian heran.
"Bosan naik mobil terus, aku pinjam motor adik aku saja" jawab Kartika.
"Oooo..." Berlian manggut-manggut tanda paham.
"Oh ya, bagaimana hasil lamaran pekerjaan kamu?. Kamu di terima, kan?" tanya Kartika antusias ingin tahu.
"Nanti saja aku ceritakan. Kamu anterin aku dulu"
Tanpa basa-basi, Berlian langsung menaiki motor matic berwarna biru milik Kartika dan duduk.
"Kamu di anterin pulang atau mau kemana?" tanya Kartika pada temannya.
"Kita singgah ke pasar loak aja yuk " jawab Berlian dari belakang.
"mau ngapain kesana ?"
"Mau cari pangeran kodok hehe " Canda Berlian.
"Aku mau cari buku jadul"
"Kalau mau nyari buku, di toko buku aku aja. kenapa mesti capek-capek cari ke pasar loak?"
"Iya, kalau ada di toko buku kamu. Aku mau mencari buku-buku lama, enggak bakalan ada di toko buku mu" terang Berlian.
"Masa enggak ada?" tanya Kartika tak percaya.
"Jangan kebanyakan nanya. Ayo buruan jalan Bang jek" Canda Berlian sambil menepuk bahu sahabatnya.
"Pegangan yang kuat ya neng " Balas Kartika .
...****************...
Motor matic berwarna biru milik Kartika berlalu, sebuah mobil sedan berwarna putih melintas dan berjalan memasuki area perkantoran yang di tinggalkan Berlian.
Seorang pemuda turun dari mobil sedan putih itu dan melangkah terburu-buru sambil menelpon.
"Selamat siang, pak Rangga " sapa seorang OB yang sedang sibuk mengepel lantai.
"Siang..." sahut Rangga sopan sambil mematikan hp dan masuk menuju lift.
Tepat di lantai 10 , lift berhenti, Rangga keluar bersama karyawan lainnya dan langsung masuk menuju sebuah ruangan.
"Jam segini baru datang?. Kemana saja kamu?" Rangga langsung di sambut semprotan sepupunya.
"Biasa. Kamu seperti tidak tahu mama seperti apa?" sahut Rangga yang langsung duduk di sofa panjang yang terdapat dalam ruang kerja presdir yang cukup luas itu.
"Memangnya mama bicara apa saja?" Bintang duduk di salah satu sofa kecil yg bersampingan dengan duduk Rangga.
"Bin , benar kamu mau di jodohkan?"
"Kamu tahu dari mana kalau aku mau di jodohkan?" tanya Bintang balik bertanya.
"Oh, pasti tadi mama cerita banyak soal perjodohan ku" Bintang menjawab sendiri pertanyaannya karena Rangga diam saja.
"Mama bukan hanya bercerita. Tapi mama juga meminta supaya aku mau membujuk mu menerima perjodohan kamu dengan gadis pilihan nya"
"Hah, Percuma mama minta bantuan kamu, karena Aku tidak akan pernah mau di jodohkan dengan gadis mana pun" tegas bintang tetap pada pendiriannya.
"Bin , pikirkan lagi keputusan kamu. Mama sangat berharap kamu menikahi gadis pilihan dia" bujuk Rangga.
"aku jadi penasaran, siapa gadis yang mau di jodohkan dengan ku sampai mama harus meminta bantuan kamu untuk membujuk ku"
"Soal itu aku sendiri kurang tahu. Mama juga belum memberitahu siapa gadis yg dia pilihkan untuk mu. Mungkin , salah satu gadis pemetik teh di perkebunan." kata Rangga asal bicara.
"Apa?. Gila, seorang Bintang mau di jodohkan dengan gadis pemetik teh?. Di jodohkan dengan 7 bidadari pun aku tidak bersedia. Apa lagi dengan gadis pemetik teh, nggak ada pantasnya bersanding dengan ku" ujar Bintang dengan sombongnya.
"Jangankan bidadari , kalau pun kuntilanak saja yang mau di jodohkan sama kamu pasti dia akan menolak karena takut melihat tampang kamu yang kelewat angker dan tingkah angkuh kamu yang seperti ini"
"Bagus kalau begitu. Aku tidak perlu buang tenaga menolak wanita-wanita yang datang mendekat. Mereka akan menjauh sendiri karena aku tidak membutuhkan wanita dalam hidup ku" ujar bintang tersenyum sinis.
"Kalau kamu tidak butuh wanita, lalu kamu butuh pria ??? . Jangan-jangan kamu bukan pria normal lagi?" guyon Rangga yang di tanggapi dingin oleh Bintang.
Rangga yang bermaksud tertawa, menarik senyum di bibirnya melihat bagaimana tajamnya sorot mata Bintang memprotes ucapannya tadi.
"Oh ya, bagaimana dengan seorang gadis yang aku rekomendasikan bekerja di sini?. Dia di terima, kan?" Rangga mengalihkan topik pembicaraan.
"aku sudah membuat keputusan yang paling tepat untuk gadis itu" Bintang tersenyum tawar melirik kearah meja kerjanya.
"Maksud kamu?" tanya Rangga tak mengerti.
"Map lamaran kerja gadis itu sudah ku buang dalam tong sampah itu" jawabnya santai.
"Keterlaluan kamu..." Rangga sontak berdiri dengan suara lantang. Dia tidak terima dengan perlakuan Bintang yang semena-mena.
"Kenapa reaksi kamu sampai se begitu nya? . Apa kamu memiliki hubungan spesial dengan gadis itu sampai kamu merekomendasikan dia bekerja di kantor ini?" curiga Bintang.
"Mau aku memiliki hubungan spesial dengan gadis itu atau tidak, itu bukan urusan kamu. Aku mengajukan gadis itu berkerja di sini, karena dia memang yang kita butuhkan untuk bekerja di kantor ini"
"Perusahaan ini tidak membutuhkan gadis norak dan kampungan dan tidak berpendidikan seperti Berlian Oktaviani itu . Gadis itu sama sekali tidak pantas bekerja kantoran"
"Bintang , jaga ucapan mu!" bentak Rangga . Darahnya mendidih mendengar hinaan yang di tujukan pada kekasihnya. Bintang sontak mendongak, menatap tajam sepupunya yang berani membentaknya. Baru kali ini Rangga berani membentaknya demi membela seorang gadis tidak penting.
"Kesombongan juga keangkuhan mu sudah sangat memuakkan dan membuat kamu lebih pantas di kasihani bukan di segani. Jangan kamu pikir, kamu terlihat tangguh dengan arogansi yang kamu miliki. Aku justru kasihan melihat mu ,tuan Bintang"
"Keluar dari ruangan ku" usir Bintang , menahan gejolak kemarahannya.
"Permisi..." Rangga melangkah pergi. Hatinya sebenarnya belum puas melampiaskan ke tersinggungan nya, baku hantam pun Rangga tak takut. Tapi dia begitu menghargai tantenya yang sudah dia anggap layaknya mamanya sendiri, mama kandungnya Bintang .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
🍒 شيري 🍒
eh tiba2 nikah...nah loh 😁 kyk menjilat ludah sndiri 🤭
2022-10-26
1
奥布里
Kata-kata yang keluar dari pria yang baru patah hati.....Tidak butuh wanita..... Are you sure???
2022-10-26
5
reedha
Sombongnya Bintang ini emang enggak ada obatnya.
2022-10-09
10