Dengan menggunakan sepeda tua kakek nya, Berlian melewati jalanan bergelombang di antara perkebunan teh yang membentang luas . Senyum gadis manis itu pun selalu merekah menyapa para penduduk yang berpapasan dengannya.
Berlian makin mempercepat mengayuh sepedanya . Gadis berambut panjang lurus itu sudah tak sabar menemui kekasihnya yang menunggunya di tempat biasa.
Dari arah belakang , pemuda bertampang angkuh melajukan mobil merahnya dengan ugal-ugalan tanpa mempedulikan orang-orang yang melintas dan berlalu lalang menggunakan jalan yang sama . Bagi pemuda itu , dia lah penguasanya . Penduduk yang melihatnya hanya bisa pasrah dan mengalah karena mereka tak mau berurusan dengan si pengendara mobil itu , putra tunggal pemilik perkebunan sekaligus pabrik teh yang di kelola oleh warga sekitar.
Bintang berpacu dengan waktu . Pemuda beralis tebal itu sudah ingin secepatnya menjemput gadis impiannya dan memperkenalkannya dengan mama nya . Laju mobilnya makin di percepat dan memotong jalan di depannya.
Berlian yang tengah asyik mengayuh sepedanya di buat kaget dan tidak bisa menyeimbangkan diri saat sebuah mobil merah menyalip dari belakang.
"Aaaaahhhh...." Berlian terjatuh di jalan yang berkerikil tajam, berteriak kesakitan.
Bintang juga ikut kaget dan menghentikan laju kendaraannya dan turun melihat apa yang sudah dia perbuat.
"Kamu tidak apa-apa ?" tanyanya biasa saja tanpa berniat membantu gadis yang di tabrak nya untuk berdiri.
"Eh...Kamu buta, ya?. Kamu enggak lihat bagaimana keadaan ku?" sengit Berlian menahan sakit saat mau berdiri.
"Oh oke aku ngerti , maksud kamu ini kan?" Bintang merogoh kantong celananya mengeluarkan dompet berwarna hitam . Sementara Berlian sibuk memperbaiki letak sepedanya dan membersihkan kerikil yang menempel di lututnya sampai terluka dan mengeluarkan darah.
"Kamu ambil ini . Aku rasa itu sudah cukup untuk biaya pengobatan luka di kaki kamu juga untuk biaya memperbaiki sepeda kamu yang rusak"
"Apa maksud kamu?" sengit Berlian tak mau menerima uang lembaran ratusan yang di sodorkan laki-laki angkuh di hadapannya.
"Kenapa? . Masih kurang?" Bintang kembali membuka dompet dan mengeluarkan seluruh uang tunai yang dia miliki.
"Ini sudah lebih dari cukup" dengan angkuh Bintang menyerahkan langsung uang itu ke tangan wanita yang baru dia temui.
"Kita impas" ujarnya santai dan berbalik hendak menaiki mobil miliknya.
"Tunggu" teriak Berlian menghentikan langkah pemuda paling angkuh yang dia temui .
"Ada apa lagi? . Apa yang aku berikan itu sudah lebih dari cukup" ujar Bintang menantang tajamnya sorot mata gadis yang tertatih mendekatinya.
"Bawa kembali uang mu . aku ngga butuh uang sebanyak apa pun yang bisa kamu beri untukku . Aku hanya mau kamu meminta maaf karena sudah membuatku celaka " ujar Berlian sambil menyerahkan kembali uang itu pada yang punya dengan kasar.
"Minta maaf?" Bintang tersenyum sinis.
"Uang ku lebih berharga untuk mu dari pada sekedar kata maaf. Tidak akan ada kata-kata itu yang meluncur dari mulut ku" balas Bintang tak bergeming dengan kesalahannya.
"Begitu ya?" Berlian tersenyum sinis dan kembali mengambil uang yang ada di tangan Bintang.
"Uang ini tidak ada harganya buatku"
Rahan Bintang mengeras , matanya memerah menahan marah , jari-jarinya mengepal keras mau memukul sesuatu saat Berlian melempari mukanya dengan uang pemberiannya tadi.
"Lebih baik lukaku membusuk dari pada aku menerima uangmu " ucap Berlian lalu kembali mengayuh sepedanya.
"Siapa pun kamu , kamu pasti menyesal sudah pernah bertindak kasar dengan Bintang Pratama" teriak pemuda itu memperingati gadis yang sudah berani menghinanya dengan sombong.
"Cepat atau lambat, aku pastikan kamu sudah keluar dari daerah ini" gertaknya bernada dendam memandang jengah si gadis yang terus mengayuh sepedanya tanpa menghiraukan peringatan keras darinya.
Bintang belum puas melampiaskan sakit hatinya . Kalau saja hari ini dia tidak ada urusan yang sangat penting . Bisa di pastikan , gadis itu sudah keluar hari ini juga dari daerah perkebunan milik keluarganya itu.
Langkah Bintang sempat terhenti saat matanya tertumpu pada sebuah buku yg tergeletak tepat di mana gadis yang di tabrak nya itu terjatuh. Sebenarnya dia tak ambil pusing. Namun Bintang penasaran, siapa tahu itu milik gadis tadi yang bisa di manfaatkan untuk balas dendam.
"Goresan Pelangi "gumamnya membaca sampul depan buku bergambar bunga mawar merah .
####
Tepian sebuah telaga kecil yang di kelilingi pepohonan pinus yang tinggi, seorang pria berdiri gelisah sambil melempar kerikil ketengah telaga berkali-kali.
"Lian kemana,sih?. Jam segini belum juga datang" oceh pemuda berperawakan tampan dan berpostur tegap.
"Rangga!"
Senyum pemuda tersebut langsung merekah mendengar suara yang sangat di kenali nya memanggil namanya.
"Lian.." seru pemuda itu dengan sorot mata berbinar-binar menyambut kedatangan sang pujaan.
"Lian ,kamu kenapa?" senyum di raut wajah Rangga berubah panik ketika memperhatikan kekasihnya yang jalan terpincang-pincang sambil menuntun sepedanya.
"Waktu aku menuju kesini, sepeda aku keserempet mobil. Aku jatuh, jadinya lutut aku luka. Engga parah, sih" jelas Berlian.
"Lain kali kamu hati-hati dong, Lian . Untung cuma lutut kamu saja yang luka" Omel Rangga.
"Sini, biar aku obati luka kamu , nanti infeksi lagi..." lanjut Rangga menunjukan perhatiannya.
Rangga memapah kekasihnya duduk di sebuah batu besar yang terdapat di pinggir telaga yang terlindung oleh sebuah pohon pinus yang tinggi dan sepeda milik Berlian di sandarkan pada sebuah pohon lainnya.
Rangga segera berjongkok di hadapan Berlian sambil mengeluarkan sapu tangan dari kantong celananya . Sapu tangan berwarna abu muda itu sebelumnya di basahi bagian ujungnya dengan air telaga lalu di olesi ke bagian lutut Berlian yang luka dan berdarah itu.
"Awwwww" Berlian meringis menahan sakit.
"Sakit ya ?" Rangga menengadah memastikan jawaban Berlian.
"Iya" Berlian menjawab.
"Kamu tahan, sakitnya ngga akan lama" kata Rangga , dia pun kembali membersihkan bekas darah yang mulai membeku dan menutupi luka di lutut gadis pujaannya . Berlian memperhatikan dengan haru perhatian yang di tunjukkan Rangga untuknya. Berlian begitu merasa beruntung memilki kekasih seperti Rangga . Rangga pemuda yang baik dan mencintai dia tulus biarpun ada perbedaan derajat diantara mereka .
"Sudah" seru Rangga membuyarkan lamunan nya. Dan, Berlian baru sadar lututnya sudah di balut dengan sapu tangan milik Rangga tadi.
"Ngga , sapu tangan kamu bagaimana?. Kok, di balut di lutut aku sih ?" tanya nya.
"Kamu simpan saja" jawab Rangga sambil bangkit dan duduk di sebelah Berlian . Berlian langsung tersenyum dan menyandarkan kepalanya pada bahu kekasihnya itu.
Sesaat pasangan kekasih itu memilih diam menikmati sinar matahari sore yang memantul indah pada permukaan air telaga yang tenang.
"Lian, apa kamu bersedia menjadi istri ku?" kata itu tiba-tiba meluncur dari mulut Rangga tanpa ragu.
"Apa?" Berlian bangkit terkejut dan tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
奥布里
Bukan uangnya yang kurang, akhlakmu yang kurang
2022-10-20
9
reedha
Ya iya atuh sakit walau yang bersihin tuh luka pacar sendiri sakit mah tetep sakit.
2022-10-03
13
reedha
Tipikal orang kaya yang menyebalkan, merasa dengan uang semua masalah beres.
2022-10-03
12