Kilau Berlian
Sebuah mobil silver berhenti di sebuah pekarangan yang masih cukup luas . Muncul seorang gadis , dengan sedikit berlari sambil memanggil nama seseorang.
"Lian...!!!" teriaknya sembari menghampiri sahabatnya itu.
"Tika...!" sahut gadis yang di panggil Lian tadi menghentikan aktivitasnya menyapu halaman rumahnya yang di penuhi daun kering yang berguguran.
"Lian ,selamat . Kamu berhasil" ujar Kartika.
"Selamat untuk apa Tika?" tanya Berlian bingung.
Kartika tersenyum penuh rahasia mempermainkan rasa ingin tahu juga rasa penasaran dalam diri sahabatnya.
"Ka , jangan cuma senyum-senyum aja . Bikin aku deg degan aja " protes Berlian .
"Kasih tahu enggak, ya ?"
"Tika..." seru Berlian penasaran.
"OK!!"
Perlahan Kartika , gadis berambut sebahu itu memperlihatkan sesuatu yang dari tadi dia sembunyikan di balik punggungnya.
"Tadaaaaaaa" teriaknya lagi memberi kejutan pada sahabatnya.
"Ini..." Berlian tak percaya dengan apa yang di perlihatkan Kartika untuknya.
"Benar!. Ini novel hasil karangan mu yang sudah di bukukan . Sesuai kontrak yang sudah di sepakati , penerbit buku mu bersedia merahasiakan identitas asli kamu" jelas Kartika antusias.
"Kamu pasti bohong" Berlian masih belum percaya.
"Ya ampun , Lian !. Kapan aku pernah bohong sama kamu ? . Kamu lihat dan baca baik-baik buku ini" jelas Kartika.
Berlian membuka lembar demi lembar buku bersampul gambar bunga mawar merah yang indah.
"Tika, kamu coba cubit pipi aku . Ini pasti mimpi kan " gumam gadis berambut panjang itu diam terpaku memegang buku novel karangan nya itu.
"Awwww" teriak Berlian sejurus kemudian sambil memegangi pipinya yang di cubit oleh Kartika.
"Bagaimana ? .Masih belum percaya?"
Berlian diam sebentar , lalu tersenyum.
"aaaaaa..." Berlian dan Kartika berteriak bersamaan , melonjak kegirangan.
"Ssssttttt" Berlian dengan cepat mengontrol rasa bahagianya dan membekap mulut sahabatnya.
"Ada apaan, sih?" Kartika coba menurunkan tangan Lian dari bekapan sahabatnya itu .
"Kita ngobrolnya di sana aja . Aku takut kakek dan nenek aku sampai tahu soal ini" Lian menekan nada suaranya sambil melihat kearah pintu rumah sederhana di mana dia tinggal selama ini.
"Ayo.."
Kartika menurut saja saat Berlian mengajaknya duduk di bawah batang pohon rambutan yang rindang di sudut pekarangan rumah sahabatnya yang hijau dan asri.
"Sampai kapan kamu akan menyembunyikan semua ini dari kakek juga nenek kamu? . Sudah saatnya mereka sadar kalau bakat cucunya itu bisa di banggakan dan bisa di andalkan untuk menopang masa depan kamu" ocehan Kartika dongkol mengingat bagaimana buruknya pendapat kakek dan nenek sahabatnya tentang cita-cita cucunya yang ingin jadi penulis.
"Entahlah" Berlian menarik nafas berat dengan tatapan mata kosong melihat kelopak bunga mawar kesayangannya yang mulai berjatuhan satu persatu.
"Bagi kakek dan nenek aku , jadi penulis hanya menghabiskan waktu . Tulisan yang aku buat pun di anggap hanya sebuah coretan yang tidak penting . Mereka lebih suka melihat aku jadi seorang pekerja kantoran agar aku bisa di terima kerja di pabrik teh milik keluarga Pratama dengan posisi yang sangat strategis untuk menunjang masa depan kami . Bagi kakek dan nenek bekerja dengan keluarga Pratama seperti sebuah kewajiban yang harus di turuti turun temurun oleh keturunannya." jelas Berlian lesu .
"Apa karena itu kakak kamu memilih pergi dari rumah dan sampai sekarang kamu masih mencari keberadaannya?" ujar Kartika ikut merasakan kegetiran yang di rasakan sahabatnya.
"Iya.." jawab Berlian lemah.
"Kenapa kamu tidak pergi saja dari rumah seperti kakak kamu?" cetus Kartika tiba-tiba.
"Aku pernah berpikiran yang sama dengan mu. Tapi , aku tidak mungkin tega meninggalkan kakek juga nenek . Mereka yang sudah merawat dan membesarkan aku dari kecil sejak ayah ibu ku meninggal . Kakek sekarang juga mulai sakit-sakitan. Aku tak mungkin tega membiarkan nenek merawat kakek sendirian . Mereka sudah tua ,Ka . Sekarang , aku hanya ingin menemani mereka melewati masa tuanya dengan membahagiakan mereka" ujar Berlian tegar dan ikhlas , membuat Kartika bersimpatik.
"Lian , kamu yang sabar . Aku yakin suatu hari nanti kakek dan nenek kamu pasti akan sadar dan mendukung cita-cita mu. Mereka pasti akan bangga karna memiliki cucu yang mempunyai bakat luar biasa di bidang menulis " ujar Kartika sambil menggenggam tangan sahabatnya.
"Terima kasih , Tika . Selama ini kamu selalu ada buat mendengarkan curhatan aku . Kamu juga sudah begitu sering membantu aku , sampai kamu begitu keras memperjuangkan agar novel ku bisa di terbitkan" Berlian balas menggenggam tangan sahabatnya.
"Lian , kita sudah bersahabat sejak lama . Sudah selayaknya kita saling membantu . Selama ini kamu juga sering menolong aku jika kesusahan"
Kedua gadis cantik itu sama-sama tersenyum saling menguatkan dan berpelukan sebentar.
"Lian , bagaimana dengan Rangga ?. Apa dia sudah tahu tentang membukukan karya mu ?" tanya kartika penasaran soal pendapat kekasih sahabatnya.
"Cukup kita berdua yang tahu soal ini . Baik kakek , nenek , atau pun Rangga tidak perlu tahu soal ini"
"Kok gitu?" kening Kartika mengkerut tak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya.
"Rangga itu pacar kamu . Sudah seharusnya dia tahu tentang ini" lanjutnya.
"Ka , Rangga tidak suka dengan namanya penulis novel . Aku tidak mau Rangga meninggalkan aku hanya karena aku juga seorang penulis" ungkap gadis berhidung mancung itu kalut.
"Kalau Rangga memang tulus mencintai kamu , harusnya dia mendukung apa yg menjadi hobi kamu. Tidak ada alasan bagi Rangga meninggalkan kamu" ucap Kartika sedikit tersulut emosinya.
"Tika, aku mohon , janji sama aku kalau kamu akan merahasiakan tentang nama pena ku ?" pinta Berlian memelas.
"Baiklah" sahut Kartika berat.
"Terima kasih, Tika . Kamu memang sahabat aku paling baik" Berlian tersenyum lebar dan memeluk sahabatnya lagi.
"Lian ,sudah sore. Aku pulang dulu" ujar Kartika ketika melepaskan pelukan sahabatnya . Berlian dengan terpaksa membiarkan sahabatnya pergi melaju bersama mobilnya berwarna silver.
"Goresan Pelangi" gumam Berlian membaca nama penulis yang tertera di bagian sampul depan buku yang dia pegang.
####
"Maafkan Bintang , Ma. Kali ini Bintang tidak bisa memenuhi permintaan mama untuk menerima perjodohan dengan gadis yang tidak bintang kenal, apa lagi cinta " Pemuda berkepribadian dingin , menentang keras perjodohan yang di gagas ibu kandungnya.
"Apa karena perempuan bernama Bella yang membuat kamu berani menolak perjodohan ini?" wanita paruh baya itu menatap tajam putra satu-satunya itu.
"Bintang mencintai Bella , Ma. Aku mohon, hentikan perjodohan ini. Aku berhak menentukan masa depan ku sendiri" timpal pemuda bernama Bintang itu tegas pada pendiriannya.
Perdebatan panjang pun tak terelakkan antara ibu dan anak tersebut. Namanya seorang ibu yang menyayangi buah hatinya , Farida ibu kandung dari bintang luluh dengan permintaan putranya.
"Mama akan coba menuruti kemauan kamu. Bawa Bella menghadap sama mama . Mama tidak mau kamu memilih perempuan yang salah untuk jadi pendamping hidup kamu"
"Baik ma . Bintang yakin mama pasti setuju dengan wanita pilihan ku" ujar Bintang lega dan senang bukan main.
"Tapi, jika dugaan mama benar. Kamu harus menikah dengan gadis pilihan mama"
"Pilihan bintang tak pernah salah . Mama pasti akan sangat menyayangi Bella jika sudah mengenalnya dengan baik" Bintang tak bisa di tekan apa lagi di kalahkan oleh rencana mamanya.
"Semoga , nak " ibu Farida tersenyum hambar membalas keyakinan putranya.
NB :
Hai man teman , perkenalkan karya baru ku...."Kilau Berlian" ....sebelum lanjut jangan lupa like sama di love dulu ya . Terimakasih sebelumnya, semoga kalian semua sehat selalu (。•̀ᴗ-)✧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
奥布里
That's what friends are for
2022-10-20
8
ₐᵤgᵤ𝘴𝚝
Aamiin..... like and love for Berlian ....
2022-10-19
10
Mawar
mampir
2022-10-13
2