"Di mana dia?" Tanya Grey pada Peter.
Peter yang baru saja tiba dia membungkukkan tubuhnya dan berkata, "Maaf bos wanita itu berhasil kabur."
Grey hanya bisa menahan emosinya saat mendengar bila Alicia kabur dari pengawasannya, dia memijat keningnya seraya berdacak pinggang menahan amarah yang akan dilayangkan ke asisten pribadinya tersebut.
"Langsung balik ke kantor!" Grey melewati asisten pribadinya itu begitu saja.
Peter langsung membuntuti atasannya tersebut, dia berlari dan menyusul Grey agar bisa membukakan pintu mobil. Setelah itu, Peter masuk ke kursi pengemudi dan melajukan mobilnya.
***
Alicia yang berhasil kabur dari pengawasan pria berkacamata langsung kembali pulang ke rumah, baru saja dirinya direbahkan di atas kasur tempat tidur kesayangannya suara ketukan pintu kamar begitu nyaring di telinga dia.
Siapa lagi kalau bukan kakak tirinya itu, pasti dia meminta untuk jatah bulanannya.
"Alicia gue tahu lo ada di dalam, buka nggak pintunya! Kalau nggak gua dobrak, mau?" Pricilia terus menggedor-gedor pintu kamar Alicia.
Alicia pun tidak perduli, dia menutup wajahnya dengan bantal agar tidak mendengar gedoran pintu yang sangat keras oleh Kakak tirinya itu. Air matanya langsung menetes dikala hati dan jiwanya sudah lelah dengan kehidupan yang dialami.
"Mah, Alic ingin ikut Mama! Alicia capek, Mah!" Keluh Alicia sembari menangis dalam dekapan bantal.
Alicia yang sedari kecil diberitahu oleh sang ayah bila ibunya telah lama meninggal saat Alicia baru lahir, ayahnya juga tidak pernah mengungkit masalah kalau dia memiliki saudara kembar. Semua begitu dirahasiakan oleh mendiang ayah Alicia.
Lambat laun Alicia pun tertidur dalam tangisannya, membiarkan suara gedoran pintu menjadi pengantar untuk masuk ke dalam alur mimpi. Suara isakan tangisan perlahan mulai berhenti sampai deru napasnya mulai kembali normal.
Tidak terasa jam pun terus bergulir, senja telah menampakkan dirinya menembus sela-sela jendela pada kamar Alicia. Wanita dengan rambut panjang tersebut merenggangkan tubuhnya selesai kesadarannya mulai tersadar, kepalanya terasa pusing dan tenggorokannya begitu kering dia mencoba mencari air yang berada di atas nakas tetapi dalam gelas itu airnya tidak ada terpaksa dia pun melangkahkan kakinya keluar menuju dapur.
Alicia membuka pintu melihat ke arah kiri dan kanan memastikan bila saudara tirinya itu tidak ada, lantas kakinya pun kembali melangkah ke arah dapur untuk menuang air minum.
Satu teguk dua teguk dia pun meminum sampai habis, lalu dia kembali menaruh gelas itu dan kembali ke kamar. Akan tetapi langkah kakinya tiba-tiba terhenti ketika gendang telinganya mendengar sesuatu yang membuat bulu kuduknya merinding, dia mengendap-endap seraya mendekatkan telinganya ke arah pintu kamar Pricilia.
Suara itu terdengar jelas di Indra pendengarannya, suara yang tidak asing baginya saat dia juga pernah ada di posisi Kakak tirinya tersebut. Tangannya pun perlahan mendorong pintu kamar Pricilia yang tidak terkunci, sorot matanya pun membulat sempurna, tangan yang mencoba menutup mulutnya yang terbuka akibat terkejut dengan apa yang dia lihat.
Pricilia sedang melakukan adegan sama persis yang dia lakukan tadi pagi bersama pria asing, tetapi yang lebih mengejutkannya lagi bahwa Kakak tirinya tersebut melakukannya bersama kekasih ibunya sendiri.
Perlahan tubuhnya mundur untuk menjauh dari pintu kamar Pricillia, dia pun segera masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya kembali. Sungguh begitu mengenaskan kehidupan Alicia, dia selalu membayangkan rumah tangganya bersama Marvel jauh lebih bahagia dari keluarga yang dia miliki sekarang.
Namun, nyatanya Marvel tidak lebih dari seorang sosok laki-laki yang bajjingan. Bahkan sampai saat ini pria itu tidak menghubunginya sama sekali, dia berharap ada kata maaf dari mulutnya untuk tidak menemuinya saat ulang tahun tetapi nyatanya pria itu sama sekali tidak memberikan kabar sedikitpun.
Alicia bergegas memasukkan semua barang-barang kenangan dari Marvel, tidak jarang barang-barang pemberian tersebut dengan harga yang tinggi. Sehingga dia pun memilih barang-barang yang bisa untuk dia jual kembali dan akan dia pergunakan sebaik mungkin.
Setelah semuanya terkumpul dalam satu dus, Alicia bergegas pergi ke halaman depan untuk membakar kenangan tersebut. Di saat Alicia sedang membakar sampah dia melihat presilia tengah mengantar Bram kekasih ibunya sendiri.
"Hai, babu! Bagi duit, hari ini lu belum ngasih gua duit kan? Mana buruan!" Pricilia dengan seenak jidatnya menodongkan tangannya ke arah Alicia.
"Bukannya kakak udah dikasih dari Om Bram?" Sindir Alicia.
"Maksud lo apa ngomong kayak gitu, lu nuduh gua jual diri?" Pricilia mendorong bahu Alicia sampai wanita itu terjerembab ke tanah.
"Dengar ya apa yang baru saja lo lihat jangan pernah ngadu ke nyokap! Sekarang lu gue bebasin, tapi awas kalau lu ngadu!" Pricilia berjongkok mengimbangi Alicia.
Tiba-tiba ada tiga preman yang datang meneriaki rumah mereka. Begitu sarkas ucapan ketiga pria yang menyeramkan tersebut, sampai Pricilia pun bersembunyi di balik tubuh Alicia.
"Susan! Keluar kau ... bayar hutang-hutangmu! Atau mau kita bakar rumah ini jadi debu!" Preman itu menyiram pagar rumah dengan bensin.
Tentu saja Alicia menjadi takut karena ini adalah rumah peninggalan satu-satunya dari sang ayah, biar bagaimanapun dia harus menyelamatkan rumah ini. Dengan tekad yang kuat dia pun melangkahkan kakinya menghampiri ketiga preman yang tengah menyiram rumahnya dengan bensin.
"Ya Tuhan, saya mohon jangan bakar rumah ini! Stop ... Saya mohon jangan bakar rumah ini!" Pinta Alicia sembari menangis.
Ketiga preman itu tertawa terbahak-bahak sembari berkata, "Kalau kamu tidak mau rumah ini kita bakar! Lunasi dulu hutang ibumu itu, sekarang juga!"
"Berapa utangnya? Saya akan bayar tapi tidak untuk saat ini, kasih saya keringanan untuk melunasinya, pasti akan saya bayar!" Cegah Alicia sembari memohon dengan melas.
"Ck! Lima ratus juta, saya kasih waktu dalam satu hari! Kalau lebih dari satu hari, maka bersiap-siaplah tulangmu menjadi debu bersamaan dengan rumah ini!" Ucap salah satu preman tersebut.
"Tidak bisa! mana bisa saya melunasi dalam waktu satu hari dengan uang sebanyak itu!" Protes Alicia, sedangkan pricillia hanya bersembunyi di balik pintu rumah mendengarkan ucapan Alyssa bersama preman.
Preman itu tertawa sembari melihat tubuh Alicia dari atas sampai bawah, tentu saja wanita pemilik Rumah itu menutup bagian dadanya agar terhindar dari tatapan lapar ketiga preman tersebut.
"Ok! Saya kasih waktu dalam seminggu, apabila kamu tidak bisa melunasi lima ratus juta maka sebagai gantinya kau harus ikut dengan kita!" Salah satu preman itu melipat tangannya di depan dada sembari mengelus jenggot yang panjang.
"Baik! Asal jangan bakar rumah saya karena rumah ini tidak ada sangkut pautan dengan Susan!" Alicia menatap sini sekarang ketiga preman tersebut dan menyuruhnya untuk pergi dari situ.
usai preman itu telah pergi pricillia pun baru keluar dari dalam rumah dia menghampiri Alicia dan berkata, "Heh, babu. Dari mana kau menghasilkan uang sebanyak itu dalam seminggu? Apa kau akan menjual rumah ini? kalau sampai kau menjual rumah ini kita mau tinggal di mana?"
"Ini rumah ayahku terserah aku lah mau aku jual kek mau aku bakar kek tidak ada urusannya denganmu dengan ibumu!" Alicia lebih memilih pergi dari sana daripada harus berdebat dengan kakak tirinya itu.
"Illiih, dasar babu! Sombong, banget ... rumah reot begini aja bangga!" Sindir Priscillia dengan tatapan yang tidak suka.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
ihh... ini kok malah kayak gini yaa perlakuaan keluargaa
2022-11-18
1
🏘⃝Aⁿᵘ3⃣ ⏤͟͟͞R •𝕯• Kᵝ⃟ᴸ
yaa ampunn.... 😱😱😱
2022-11-17
0
💋MILA💋
Pricilla GK sadar diri bilangin rumah reot, lah rumah lu mana ???😒😒😒
2022-11-16
0