Terpaksa Menikah Karena Hamil (Anna Dan Logan)

Terpaksa Menikah Karena Hamil (Anna Dan Logan)

Kencan Buta

Anna menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, bergelung layaknya janin dalam rahim. Suhu tubuhnya mencapai 39° celcius, bisa dikatakan ia sedang demam dan flu.

Bukan karena tidak cocok dengan suhu di daerah Singapura, memang sejak tadi ia merasa demam. Namun, karena tak ingin mengecewakan seseorang, ia terpaksa datang dalam kondisi begini.

Tadi Yerin sudah memberinya parasetamol yang menyebabkan rasa kantuk. Makanya, ia meninggalkan pesta dan tidur di kamar yang disediakan di dalam kapal pesiar mewah ini, dengan riasan dan gaun yang masih terpasang di tubuhnya.

Dalam beberapa detik, ia langsung terlelap. Lalu, tak lama kemudian pintu kamarnya terbuka. Seseorang dengan langkah gontai masuk, kemudian menghampiri ranjang.

Anna tidak menyadarinya, bahkan mendengar derap langkah sepatu saja tidak. Dan kini, seseorang itu menghempaskan diri di ranjang, menghela napas sambil bergumam dan melonggarkan dasi.

"Panas ... panas...."

Aneh, pendingin udara dalam keadaan menyala, tetapi pria asing itu malah mengeluh kepanasan. Bahkan, dia sampai membuka seluruh pakaiannya dan membuangnya asal. Namun, rasa panas itu tidak reda, malah semakin menggila.

Sesaat kemudian, ia mendongak, melirik sosok wanita yang sedang membelakanginya dengan mata nanar. Bibirnya melengkungkan senyum, lalu perlahan merayap ke arah wanita itu dan mendekapnya.

"Sayang, kau di sini? Aku pikir kau tidak akan datang," bisik di telinga Anna yang masih terlelap.

Dengan lembut, pria itu menghelanya ke hadapannya. Ia mengelus pipi, menyibakkan rambut, menatap seluruh wajahnya lamat-lamat, hingga tatapan itu berhenti di bibir ranum Anna.

Detik-detik kemudian, bibir merah muda itu dikecup, mel*matnya dengan lembut bagai marshmalow yang manis. Pria itu mengubah posisinya, menindih tubuh Anna di atasnya, kemudian menciumnya lagi.

Anna merasakan hal yang ganjil. Entah ini mimpi atau bukan, tetapi ciuman itu rasanya nyata. Matanya dibuka perlahan, kemudian terbelalak begitu melihat seorang pria berada di atasnya.

Anna spontan memberontak, mendorong tubuh pria itu. Dalam cahaya remang, ia mencoba meraba rupa pria yang telah dalam keadaan tanpa busana itu.

"Siapa kau?" tanyanya menjerit geram sekaligus takut.

Pria itu tidak menjawab, malah tersenyum, lalu kembali mencium Anna. Tentu saja Anna memberontak, tetapi pria itu dengan cepat menyergap kedua tangannya.

Dasi biru yang ada di dekatnya, lantas diraih oleh pria itu. Kemudian, kedua tangan Anna diikat dan diletakkan di atas kepalanya.

"Lepaskan! Jangan!" jerit Anna lagi.

Pria itu kembali melakukan aksinya. Ciumannya kini mengarah pada leher gadis itu. Anna mendesis tetapi masih sempat menjerit dan meronta.

"Kurang ajar! Hentikan!"

Dalam keadaan seperti itu, pria asing itu sembari menurunkan resleting gaunnya, dan menyingkapkannya sampai ke perut. Lalu, ia membuka bra, dan melemparkannya ke lantai. Sebuah ciuman mendarat di dadanya, dengan sedikit remasan yang lembut yang membuat bibir Anna tanpa sadar mengeluarkan *******.

Tak berhenti di situ, tangan pria itu sibuk meraba seluruh tubuhnya, mencari area sensitif milik Anna. Gadis itu terkejut, kakinya bergerak gelisah, berusaha menghentikan perbuatan pria itu.

"Jangan! Saya mohon...."

Seberapa keras Anna menjerit, tidak ada satu pun yang mendengarnya. Sebab, semua orang sedang berada di dek kapal, menyaksikan kembang api yang menghiasi langit malam Singapura, yang dentumannya sangat kencang.

Anna tercengang mendengar dentuman itu, kemudian air mata putus asa mengalir di ujung matanya. Tak ada yang bisa menyelamatkannya, kini hanya pasrah.

Setelah puas menggerayangi tubuh Anna, gerakan pria itu terhenti sejenak. Anna merasakan kaki pria itu tengah melebarkan kedua kakinya, kemudian ia merasakan sebuah benda menghentak keras di area sensitifnya.

"Sakit...." Anna meringis.

Pria itu semakin kuat menghentakannya, tak peduli keluh kesakitan dan isak tangis Anna yang semakin jadi. Anna merasa tak sanggup lagi, rasanya ingin pingsan. Pria itu akhirnya berhasil merobek selaput daranya.

Hening sejenak, Anna dan pria itu saling mengatur napas. Darah keperawanan mengalir, Anna memejamkan matanya erat. Kesuciannya telah terenggut.

"Papa, Mama, maafkan aku," gumamnya dalam hati.

Selama 27 tahun, Anna menjaga mahkota kesuciannya dari para pria penggoda yang mencoba merenggutnya. Namun, pertahanannya goyah, dan pria ini yang mengambilnya.

Anna menyesal telah pergi ke sini, dan semua kebohongan yang pernah dilakukannya pada pria yang mencoba mendekatinya. Ia sangat menyesal, terutama pada orangtuanya.

Detik berikutnya berlalu, pria itu kembali menggerakkan tubuhnya. Perih dan sakit yang dirasakan ditahan oleh Anna, membiarkan pria itu menggaulinya sampai puas.

Namun, terkadang ia merasa khawatir. Walaupun baru pertama kalinya Anna berhubungan badan dengan pria itu, tetap saja ia takut kehamilan akan terjadi. Bukankah itu wajar? Apalagi, saat ini ia sedang mengalami masa subur.

...***...

Dua bulan sebelumnya

Mungkin terlambat 5 menit sudah biasa. Bagaimana kalau terlambat sampai 30 menit?

Anna melirik arlojinya, tersenyum setelah memarkirkan mobil sedan Ayla-nya di tempat parkir. Lalu, ia keluar, memeriksa penampilannya di kaca spion.

"Cantik," gumamnya sembari tersenyum.

Kaki mulus nan putihnya melangkah ke dalam restoran cepat saji yang cukup ramai pada malam Rabu ini. Ia berdiri sejenak di depan pintu, tersenyum sinis pada seorang pria yang sedang duduk di meja dekat jendela.

"Kasihan. Pasti udah nunggu lama," gumamnya, lantas kembali melangkahkan kakinya.

Ya, Anna akan bertemu dengan seseorang. Pria berpakaian cukup rapi dan cukup tampan dengan kemeja biru muda yang lengannya di gulung hampir mencapai siku, lalu dipadukan dengan celana bahan warna hitam.

"Lumayan," puji Anna dalam hati.

Melihat seorang wanita cantik berdiri di hadapannya, pria itu sontak berdiri. Ia membalas senyum Anna yang memesona, lalu mengulurkan tangan dengan gugup

"Anna, ya?"

"Iya. Kamu Adam?" tanya Anna, lalu menarik tangannya, setelah dirasa cukup berjabat tangannya dengan pria itu.

"Silakan duduk," kata pria itu sopan, mempersilakan Anna.

"Terima kasih," kata Anna sambil duduk. "Maaf, ya, aku terlambat."

Ketika mengucapkan hal itu, Anna bukan sekadar meletakkan tasnya, tetapi sambil melihat reaksi pria itu. Sepertinya, Adam tampak kurang senang, walaupun ditutupi dengan senyum paksanya.

"Nggak apa-apa," jawab Adam. "Hari ini, jalanan memang sedang macet, makanya kamu datang terlambat. Aku maklumin."

"Hari ini nggak macet kok," sahut Anna menyela cepat, nada bicaranya terdengar menjengkelkan. "Ya, tahulah. Perempuan itu harus tampil cantik, apalagi buat ketemu sama cowok. Makanya, kalau aku dandan agak lama sedikit."

Anna sudah menebak dari raut wajah pria itu. Ia benar-benar berhasil membuatnya jengkel! Ia yakin, pria itu pasti memaki-maki di dalam hati seperti ini:

"Perempuan macam apa yang membuatku menunggu lama hanya karena berdandan?"

Anna terkikik di dalam hati jika membayangkannya.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Adam berganti topik.

"Em ... aku lagi diet. Jadi, aku pesan ayam plus nasi 2, beef burger 3. Spaghetti kayaknya enak? Pesan 2. Minumannya cola dan lemon tea." Setelah mengatakan semua itu, Anna tersenyum simpul.

Adam melongo, tapi akhirnya beranjak dari tempatnya untuk memesan semua menu yang disebutkan oleh Anna.

"Itu yang disebut diet? Ini cewek atau raksasa sih?" gerutu pria itu ketika sudah jauh dari meja yang mereka tempati.

Anna menjalin jemarinya, lalu meletakkannya di atas meja. "Oke. Sekarang kita lihat, bagaimana reaksinya nanti?"

Hidangan sudah ada di meja, Anna tersenyum senang. Oke, ia mulai dari ayam plus nasi dulu! Ia langsung menyantapnya, sampai tak mengacuhkan pria yang sedang menatapnya dengan aneh.

"Eh, maaf. Kalau aku lagi makan, suka lupa situasi," kata Anna, menyeringai malu. "Ayo, dimakan dong makanannya."

Adam mengangguk tersenyum segan. "Eh, iya."

Tunggu, ini bukan acara makan-makan. Mereka sedang ingin melakukan PDKT. Tentunya, harus ada obrolan. Makanya, Adam memulai suatu pembicaraan selagi Anna makan.

"Kapan kamu sampai di Jakarta?"

Pertanyaan apa itu? gerutu Anna di dalam hati. Bukannya dia sudah tahu dari tante Asti? Oh, ia mengerti. Lagi mencoba akrab rupanya.

"Sudah seminggu," jawab Anna, lalu dengan sengaja menjilat tangannya. Dan yang lebih parah lagi, ia bersendawa, sehingga Adam mengernyit jijik. "Ups! Maaf, ya."

Adam tersenyum paksa. "Jadi, apakah kamu akan kerja lagi di sini?"

Ekspresi Anna dingin dalam beberapa detik, lalu tersenyum lagi. "Terpaksa. Sebenarnya, aku malas kerja lagi. Toh, perempuan kerjanya hanya di dapur, mengurus anak dan suami. Uang akan terus mengalir dari suamiku. Tinggal menegadahkan tangan seperti ini," lalu, ia mengulurkan telapak tangannya ke hadapan Adam, "aku tetap akan punya uang."

Anna menunduk, seolah sedang mengorek serpihan daging yang masih menempel di tulang ayam. Tapi, diam-diam sambil melirik pria itu.

Coba kita lihat, reaksi seperti apa yang ditunjukkan oleh Adam, setelah mengetahui bahwa wanita yang akan dinikahinya adalah seorang pemalas.

"Ya, memang seharusnya seorang istri begitu—fokus mengurusi suami dan anaknya. Ya, 'kan?" jawab Adam sambil tersenyum lebar.

Anna memiringkan kepala. Rupanya, Adam masih berupaya bertahan. Ia tahu arti senyuman itu. Sangat palsu! Ia yakin, Adam sebenarnya sudah cukup gerah dengannya.

Tidak apa. Mari kita coba tahap selanjutnya.

"Kan kamu udah tanya soal aku," kata Anna, menatap dengan wajah polosnya. "Sekarang, giliran aku yang tanya."

"Silakan. Apa yang mau kamu ketahui tentang aku?" ujar Adam.

Soal pekerjaan, pertanyaan yang biasa. Anna akan langsung to the point untuk mendapatkan jackpot yang diincarnya sejak tadi.

"Kenapa kamu mau dijodohkan sama aku?" tanyanya sambil meraih tisu, lalu mengelap tangannya. "Tampang kamu lumayan, umur juga nggak terlalu tua. Pasti bisa dong cari cewek yang pas dan kamu suka di luar sana? Ya, 'kan?"

Adam tidak perlu pikir panjang untuk menjawabnya. Seulas senyuman terkembang di bibir. "Karena aku ingin coba dulu."

Anna meminum lemon tea sambil mendengarkan, tatapannya berubah dingin seketika.

"Mencoba?" tanyanya sambil meletakkan gelas ke meja.

"Mamaku dengar dari Tante Asti, katanya kamu rajin, sukses, dan cantik."

"Oh, begitu?" timpal Anna, tersenyum sinis. "Tante Asti kalau cerita berlebihan banget."

Adam tertawa kecil.

"Terus, apalagi yang Tante Asti ceritakan tentang aku?"

"Em ..." Mata Adam melirik ke atas, berpikir. "Katanya kamu penurut, rajin shalat. Menurutku sempurna banget."

Pujian yang berlebihan, Bung! Bahkan Anna muak mendengarnya.

Anna terkekeh. "Tante Asti seharusnya kerja di bagian marketing—bisa aja promosiin aku kayak gitu. Padahal, aku nggak kayak gitu."

"Maksudnya?" tanya Adam, tertegun.

"Ya, aku ini sebenarnya pemalas," jawab Anna, agak berbisik. "Alim? Oh, tidak, tidak. Aku memang sering bawa mukena, tapi sesampainya di masjid, aku main HP. Habisnya, itu cara aku buat istirahat di jam kerja."

Ding dong! Sepertinya Adam syok sekali. Makin lebarlah senyuman Anna. Ayo, Adam. Seberapa kebal kamu dekat-dekat dengan perempuan tak sesempurna seperti yang kamu bayangkan?

Adam salah tingkah, sehingga bingung mau berkata apalagi. Dalam beberapa saat, entah mungkin sudah berapa banyak air yang diminumnya, ia terdiam. Anna berpikir, perlukah menyerangnya lagi?

"Anna," panggil Adam, membuat Anna memfokuskan pandangannya. "Kalau soal itu tidak masalah. Karena saya sudah suka sama kamu. Kamu pasti bakal berubah nantinya."

Sial! Apa harus pakai rencana selanjutnya? Jemari Anna disatukan membentuk kepalan yang sangat kuat. Tatapannya dingin, tapi sulit terbaca. Di dalam hati berkecambuk kemarahan yang diredam.

"Benar, kamu mau menerima aku apa adanya?" tanya Anna kemudian, bicaranya melunak.

"Iyalah," sahut Adam.

"Walaupun aku tua, jelek, keriput, mungkin juga gendut setelah melahirkan?"

Kali ini, Adam agak lama menjawab, lalu mengangguk ragu.

"Dan Walaupun aku sudah tidak perawan lagi?" tanya Anna, senyumannya berubah misterius.

Adam mendelik. "Tidak perawan lagi?" gumamnya terlihat syok.

"Iya. Sebenarnya, aku udah nggak perawan lagi," sahut Anna. "Aku pernah dengar dari seseorang: 'jika kamu cantik, manfaatkan kecantikan itu!' Aku sadar, aku cuma pegawai rendahan yang suka berfoya-foya. Jadi, aku memanfaatkan kecantikanku dengan menjadi simpanan bosku."

Adam melongo, ucapan Anna membungkamnya.

Anna menghela napas. "Tujuh puluh juta, tidak ada orang yang sanggup mengeluarkan mahar sebanyak itu. Makanya, aku merelakan tubuhku pada bosku agar mendapatkan uang itu."

"Dasar wanita murahan!" Anna menebak, ucapan itulah yang dikatakan dalam hati Adam. Bom yang dilemparkannya tepat mengenai Adam. Pria itu menunduk, mengernyit seperti sedang berpikir. Dia jadi salah tingkah, berpura-pura melirik arlojinya.

Tak perlu mencoba membuat alasan Mas Adam. Dia terselamatkan oleh telepon masuk dari ponsel Anna.

"Halo? Iya, Pak? Bapak kangen sama saya?" kata Anna, diam-diam melirik Adam sambil tersenyum sinis. "Oke, Bapak jemput saya ke sini, ya. Nanti saya share lokasi saya."

"Em ... kamu mau pulang?" tanya Adam ragu.

"Nggak. Bos saya mau datang ke sini," jawab Anna, lalu tersenyum lebar.

"Oh," kata Adam kecewa. "Kalau begitu, saya pulang duluan, ya."

"Hmm ..." jawab Anna acuh tak acuh sambil memainkan ponsel. "Oh, iya. Makasih udah dibayarin makanannya."

"Iya." Adam tersenyum kecut, lalu berbalik pergi dari hadapan Anna.

Yakin pria itu sudah keluar dari restoran, Anna melirik, lalu meletakkan ponselnya. Ia tersenyum menang karena misinya sukses.

"Mbak!" serunya sambil melambaikan tangan pada seorang pegawai restoran ini.

Ketika perempuan berseragam merah itu menghampiri, ia berkata, "Tolong, semua makanan ini dibungkus, ya."[]

Episodes
1 Kencan Buta
2 Kalung Rubi
3 Direktur Yang Dingin
4 Interview Yang Kacau
5 Tatapan Yang mendebarkan
6 Savage
7 Runaway With My Boss
8 Pegawai baru yang menarik perhatian
9 Aku ingin jadi Imammu
10 I Will engage
11 Malam itu....
12 Setelah malam itu
13 Dia lagi
14 Salah Tuduh
15 Salah tuduh 2
16 Sepercik Kehangatan
17 Hampir ketahuan
18 Salah Paham
19 Tidak Mungkin!
20 Kenapa aku....
21 Tertangkap!
22 Jatuh ke tangan Nina
23 Tanda-tanda
24 Bagaimana Cara Mengatakannya?
25 Aku Harus mengatakannya
26 Perselisihan antara Logan dan Kenan
27 Campur tangan ayahnya Logan
28 Bertemu Dengan Calon Ibu Mertua
29 Melamar?
30 Pergi Berdua
31 Demi Debay
32 Harus aku akui, dia memang cantik!
33 Hari itu tiba
34 Pranikah
35 Tidur terpisah? Masa bodo!
36 Honeymoon?
37 Tiba-tiba seranjang
38 Loh, kok?
39 Cemas
40 Tidakkah kau tahu, aku sangat mencemaskanmu!
41 Hari yang baik untuk melihat senyumanmu
42 Jangan Dekati Istriku!
43 Stay With Me
44 Untuk pengikutku di FB (Miraicle Dewi)
45 Aku berharap bisa terus bertahan
46 You Rise Me Up
47 Selamat Tinggal, Ma
48 Tuas romantis dinyalakan
49 Sepasang mantan kekasih
50 (Bukan) Akting
51 (Bukan) akting 2
52 Tsundere
53 Menginap
54 Seminggu berlalu
55 Sebersit masa lalu yang pahit
56 Sebentuk Perhatian
57 Dekaplah, agar kau merasa lebih baik
58 Pelik
59 Aku Harus Rela
60 Pria Yang asing di mataku
61 Ya Sudah
62 Situasi Yang Tak Bisa Dielak
63 Kejutan
64 Alasan Di balik Semua Ini
65 Ada Apa Sih Dengan Pria itu?
66 Sebenarnya Aku menginginkanmu
67 Malam Kedua
68 Honeymoon Kedua
69 Terjerat
70 Terjerat 2
71 Hati Yang Kau Sakiti
72 Hancur
73 Tidak Ada Kata Perceraian
74 Terpaksa Berbohong
75 Kenyataan Yang Harus Diterima
76 Akan Kubawa kembali dirimu
77 Tak Peduli bagaimanapun dia, I stay Love You
78 Pengumuman Season 2
79 Seasson 2 - Nouvel amour
80 Irremplaçable
81 Bleu
82 Niat Cerai
83 Calm Before Strom
84 Over A Barrel
85 Semu
86 Syarat Yang Tak Mudah
87 Pilihlah Aku, Sayang
88 Datang lagi yang lain
89 Harapan Besar Mama
90 Yu ar Everiting
91 Anna vs Nina
92 Disaster
93 Lebih Baik Begini
94 Perpisahan yang Tak Pantas
95 Menyakiti Dua Pria
96 Aku (tidak) Mencintaimu
97 Aku Bukan Rumahmu Lagi
98 Melamar
99 Yang Bahagia dan Yang Sedih
100 Pergi Tanpa Kembali?
101 Klarifikasi!
102 Pengumuman season 3
103 Seri 3: Kehidupan Baru di Seoul?
104 Woojin = Logan?
105 Red flag
106 Akhirnya....
107 Jarak Yang Ingin diputuskan
108 PDKT atau ...?
109 Geuliwohada? Jeongmal?
110 Ayah Kandung Logan?
111 Jika kamu jadi dia?
112 Apa yang Salah Denganku?
113 Pelukan Ungkapan Perasaan
114 Logan Mulai Bertindak
115 Aku Sudah Tidak Tahan!
116 Kau Masih Istriku
117 Rindu yang Menggairahkan
118 Bagaimana dengan Aku?
119 Kebenaran Akan Terungkap
120 Operasi Menangkap Diana
121 Apakah ini Akhir?
122 Permintaan Pertama
123 ONLY ONE?
124 Permintaan kedua
125 Pilihan yang bahagia
126 Salam Perpisahan
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Kencan Buta
2
Kalung Rubi
3
Direktur Yang Dingin
4
Interview Yang Kacau
5
Tatapan Yang mendebarkan
6
Savage
7
Runaway With My Boss
8
Pegawai baru yang menarik perhatian
9
Aku ingin jadi Imammu
10
I Will engage
11
Malam itu....
12
Setelah malam itu
13
Dia lagi
14
Salah Tuduh
15
Salah tuduh 2
16
Sepercik Kehangatan
17
Hampir ketahuan
18
Salah Paham
19
Tidak Mungkin!
20
Kenapa aku....
21
Tertangkap!
22
Jatuh ke tangan Nina
23
Tanda-tanda
24
Bagaimana Cara Mengatakannya?
25
Aku Harus mengatakannya
26
Perselisihan antara Logan dan Kenan
27
Campur tangan ayahnya Logan
28
Bertemu Dengan Calon Ibu Mertua
29
Melamar?
30
Pergi Berdua
31
Demi Debay
32
Harus aku akui, dia memang cantik!
33
Hari itu tiba
34
Pranikah
35
Tidur terpisah? Masa bodo!
36
Honeymoon?
37
Tiba-tiba seranjang
38
Loh, kok?
39
Cemas
40
Tidakkah kau tahu, aku sangat mencemaskanmu!
41
Hari yang baik untuk melihat senyumanmu
42
Jangan Dekati Istriku!
43
Stay With Me
44
Untuk pengikutku di FB (Miraicle Dewi)
45
Aku berharap bisa terus bertahan
46
You Rise Me Up
47
Selamat Tinggal, Ma
48
Tuas romantis dinyalakan
49
Sepasang mantan kekasih
50
(Bukan) Akting
51
(Bukan) akting 2
52
Tsundere
53
Menginap
54
Seminggu berlalu
55
Sebersit masa lalu yang pahit
56
Sebentuk Perhatian
57
Dekaplah, agar kau merasa lebih baik
58
Pelik
59
Aku Harus Rela
60
Pria Yang asing di mataku
61
Ya Sudah
62
Situasi Yang Tak Bisa Dielak
63
Kejutan
64
Alasan Di balik Semua Ini
65
Ada Apa Sih Dengan Pria itu?
66
Sebenarnya Aku menginginkanmu
67
Malam Kedua
68
Honeymoon Kedua
69
Terjerat
70
Terjerat 2
71
Hati Yang Kau Sakiti
72
Hancur
73
Tidak Ada Kata Perceraian
74
Terpaksa Berbohong
75
Kenyataan Yang Harus Diterima
76
Akan Kubawa kembali dirimu
77
Tak Peduli bagaimanapun dia, I stay Love You
78
Pengumuman Season 2
79
Seasson 2 - Nouvel amour
80
Irremplaçable
81
Bleu
82
Niat Cerai
83
Calm Before Strom
84
Over A Barrel
85
Semu
86
Syarat Yang Tak Mudah
87
Pilihlah Aku, Sayang
88
Datang lagi yang lain
89
Harapan Besar Mama
90
Yu ar Everiting
91
Anna vs Nina
92
Disaster
93
Lebih Baik Begini
94
Perpisahan yang Tak Pantas
95
Menyakiti Dua Pria
96
Aku (tidak) Mencintaimu
97
Aku Bukan Rumahmu Lagi
98
Melamar
99
Yang Bahagia dan Yang Sedih
100
Pergi Tanpa Kembali?
101
Klarifikasi!
102
Pengumuman season 3
103
Seri 3: Kehidupan Baru di Seoul?
104
Woojin = Logan?
105
Red flag
106
Akhirnya....
107
Jarak Yang Ingin diputuskan
108
PDKT atau ...?
109
Geuliwohada? Jeongmal?
110
Ayah Kandung Logan?
111
Jika kamu jadi dia?
112
Apa yang Salah Denganku?
113
Pelukan Ungkapan Perasaan
114
Logan Mulai Bertindak
115
Aku Sudah Tidak Tahan!
116
Kau Masih Istriku
117
Rindu yang Menggairahkan
118
Bagaimana dengan Aku?
119
Kebenaran Akan Terungkap
120
Operasi Menangkap Diana
121
Apakah ini Akhir?
122
Permintaan Pertama
123
ONLY ONE?
124
Permintaan kedua
125
Pilihan yang bahagia
126
Salam Perpisahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!