I Hated My Boss

I Hated My Boss

P R O L O G

..."Jatuh cinta sama kamu, adalah hal tersulit yang tak sanggup untuk aku lakukan. Karena mau sampai kapan pun bumi ini berputar, aku gak akan pernah sekali-kali punya perasaan sama kamu."...

...— si paling denial....

.......

.......

.......

Paris, Prancis.

N i k i t a adalah seorang gadis cantik berdarah campuran Indonesia yang sekarang ini sudah memasuki umur 22 tahun. Di usianya yang terbilang masih cukup muda ini, ia telah lulus dari bangku perkuliahan, setelah kurang lebih empat tahun mengenyam pendidikan di salah satu universitas design ternama yang ada di negara ini.

Sejak Nikita berada di bangku sekolah menengah pertama, ia sudah mengatakan pada diri sendiri mengenai impiannya yang ingin menjadi seorang designer ternama. Awalnya Nikita sempat ragu dan takut kalau itu hanya akan menjadi sebatas mimpi yang tak mungkin bisa tergapai, karena kebetulan kedua orang tuanya memang sangat mengharapkan kalau putri semata wayangnya itu lebih berniat untuk menjadi seorang pebisnis, yang nantinya akan melanjutkan posisi sang ayah sebagai seorang pemilik dari perusahaan pariwisata terbesar yang ada di negara asalnya.

Karena harapan yang dibuat oleh kedua orang tuanya itu, Nikita jadi kurang memiliki kesempatan untuk menyampaikan tentang cita-cita yang selama ini selalu berada dalam angannya. Sampai pada akhirnya, persis beberapa hari sebelum kelulusan dari bangku SMA, Nikita menyampaikan keinginan itu kepada sang ayah.

Memang benar, awalnya sedikit agak sulit dan memerlukan usaha ekstra, tapi akhirnya sekarang Nikita bisa lulus menjadi salah seorang mahasiswa terbaik di universitas design dan telah mendapatkan banyak tawaran kerja sama dari berbagai merk terkenal. Perlahan-lahan tapi pasti, Nikita sudah mulai mendekat pada impiannya menjadi seorang designer ternama sekelas Donatella Versace.

Malam ini, masih di kamar dari apartemennya. Terlihat gadis cantik bernama Nikita itu sedang terduduk dengan pandangan yang terus terfokus pada layar laptop. Bukan karena ada tugas yang harus dikerjakan, Nikita hanya menunggu pengumuman hasil persetujuan kontrak kerjasama dari salah satu merk besar. Dari banyaknya tawaran, Nikita sengaja mengambil merk ini karena memang sejak masih menjadi mahasiswa, ia sudah begitu tertarik untuk menjadi bagian dari perusahaan merk itu.

Selagi Nikita menunggu hasil dengan penuh harapan, tanpa terduga ponsel pribadi yang sejak tadi ada di dekat laptopnya berdering. Saat dilihat dari nama yang tertera pada layar, rupanya wanita cantik itu tengah mendapatkan panggilan dari sang ayah. Tidak mau mengabaikannya begitu saja, Nikita pun dengan cepat menjawab panggilan yang sudah berdering cukup lama itu.

"Yuhuu, good evening papi tersayang aku," seperti biasa, Nikita yang terlebih dahulu memberikan sapaan kepada sang ayah yang kini tengah berjarak sekitar 11.548 km darinya.

"Disini masih siang, sayang. Matahari masih bersinar begitu terang bahkan lagi berada di atas kepala," ucap ayahnya dari balik panggilan telepon internasional ini.

"Iya, aku tahu. Aku hanya ingin menyapa ayah sesuai dengan waktu yang ada disini," kata Nikita diiringi oleh sebuah tawa kecil yang nyaris terdengar samar saat dalam panggilan ini.

"Jadi, bagaimana kabarmu sayang? Kapan kamu lulus dan kembali ke Indonesia?" Tanya sang ayah yang langsung dapat membuat Nikita terdiam sejenak.

Bukan tanpa sebab, Nikita sekarang hanya tengah berpikir bagaimana cara yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh sang ayah. Pasalnya, saat hari kelulusan yang telah terjadi beberapa minggu lalu, Nikita sengaja tak memberitahu kedua orang tuanya karena enggan diminta segera pulang ke Indonesia. Tahu sendiri kalau setelah lulus, masih banyak hal yang memang sedang ingin dilakukan oleh Nikita di negara lain ini.

"Nikita? Kenapa hanya diam?" Sang ayah seakan mendesak ingin mendapatkan jawaban.

"Iya. Kabarku baik-baik saja. Ayah tak perlu terlalu mengkhawatirkannya," ucap Nikita hanya menjawab salah satu pertanyaan yang menurutnya mudah.

"Lalu? Kapan kamu lulus? Ayah dan yang lain benar-benar sudah menunggu kepulangan mu," kata sang ayah yang merasa terlalu rindu, ingin bertemu dengan putri semata wayangnya itu.

"Sebenarnya..." Nikita sangat ingin memberitahu sang ayah tentang dirinya yang memang sudah lulus, tapi di satu sisi ia takut diminta untuk pulang ke Indonesia. Diantara Nikita dan juga sang ayah sudah memiliki sebuah perjanjian yang terlalu sulit untuk dilanggar.

"Ada apa sayang?" ayahanda Nikita merasa begitu penasaran serta ingin tahu. Selama ini beliau sudah terlalu mempercayai putrinya itu, serta menurut pada permintaan agar tak terlalu sering datang berkunjung ke Paris.

Mengingat tentang perjanjian yang dibuat oleh keduanya itu, sanggup membuat Nikita menjadi ragu dan memilih untuk mengurungkan niatnya. Akan jauh lebih baik kalau sang ayah tetap tak tahu apapun mengenai status studinya.

"Sayang? Kamu ingat kan kalau harus pulang setelah lulus?" Tanya sang ayah dari seberang panggilan internasional ini.

"Iya. Aku gak lupa soal itu."

"Jangan coba-coba untuk melanggar janji sendiri ya, sayang! Ancaman ayah tentang hak waris itu masih berlaku," kata sang ayah mengingatkan Nikita tentang perjanjian yang dibuat empat tahun lalu.

"Iya. Setelah lulus, aku pasti akan langsung pulang ke Indonesia."

"Baiklah. Jangan lupakan kalau di Indonesia kamu sudah punya suami yang menunggu!" tukas sang ayah yang kemudian mulai mengakhiri panggilan ini.

Bukan karena ingin melupakannya, namun kehidupan yang sudah dijalani selama empat tahun di negara orang lain ini, mampu membuat Nikita lupa tentang statusnya yang sudah menjadi seorang istri. Bahkan Nikita mengabaikan soal pernikahannya itu dan seperti remaja yang mulai beranjak dewasa lainnya, Nikita tak ragu untuk berpacaran dengan laki-laki lain.

Masih sambil menunggu hasil pengumumannya, Nikita tak ragu untuk membuka laci kecil yang ada di meja belajarnya. Ia mengambil sebuah kotak cincin yang ada di dalam sana dan setelah membukanya, ia mendapati cincin kawinnya yang sudah begitu lama tak pernah dikenakan. Rasanya sulit sekali menerima realita mengenai diri sendiri yang ternyata sudah menjadi istri dari seseorang pria.

"Apa aku memang harus kembali ke Indonesia hanya untuk menceraikan dia? Sudah empat tahun menikah dan kami juga tak pernah tinggal serumah, apa ini bisa dijadikan alasan bercerai?" Nikita dibuat bertanya-tanya mengenai perceraian. Jujur, kalau bisa dilakukan rasanya ia sangat ingin memutuskan tali pernikahan ini.

Sedari awal menikah, dirinya memang tidak memiliki perasaan apapun terhadap sang suami. Alasan yang membuat Nikita setuju hanya karena diancam oleh sang ayah mengenai hak ahli waris. Nikita yang memang masih membutuhkan banyak biaya agar impiannya menjadi designer terkenal bisa terwujud, pun tak memiliki pilihan lain selain menerima.

Meskipun sekarang Nikita sudah menikah, tetap saja sang ayah menggunakan hak ahli waris sebagai ancaman. Tahu saja kalau Nikita memang begitu lemah kalau menyangkut masalah uang ataupun harta.

"Menyebalkan sekali. Kenapa pernikahanku harus didasari dengan keterpaksaan?" Ucap Nikita kesal.

Padahal jelas-jelas Nikita juga memimpikan bisa menikah dengan seorang lelaki yang memang dicintai. Pernikahan yang dilandasi atas dasar cinta itulah yang juga selalu diinginkan oleh Nikita.

"Mengingatnya malah membuatku kesal," decak kesalnya sambil meneguk segelas ice americano yang tadi sempat dibuat untuk menemani.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!