20. Pertarungan Hebat

Didalam Istana Liliana semakin ketakutan, aku merasa Via seperti bukan lagi temanku melainkan seorang monster pemangsa.

Aku memberanikan diri bertanya padanya dengan sejuta pertanyaan yang hinggap dibenakku.

"Via, apa yang sebenarnya terjadi denganmu ?"

Wajah seram Via menoleh padaku menatapku dengan dingin dan penuh amarah, sorot mata yang tajam membuat aku tak mengenali temanku.

Dalam sekejab wajah itu benar benar berubah.

Buuuzzzt... Buuuzzzt... Buuuzzt....

Aku ketakutan, tubuhku seperti dalam cengkraman seseorang, membuat aku tak bisa bergerak. Aku memanggil Via dengan sekuat tenagaku.

"Via, Via.... Sadarlah, tolong bebaskan aku dari cengkraman ini." Namun cengkraman itu semakin kuat, aku semakin sulit bernafas.

"Kau tak akan bisa lepas dari cengkramanku.

Hahaha... Aku akan membunuhmu dengan tanganku."

Aku kembali menatap wajah seram dihadapanku, seakan tidak percaya pada kenyataan Octavia yang kini berdiri mencengkramku.

"Octavia kau...? "

"Hahaha...

Iya, aku adalah Via yang kau sebut temanmu, aku Octavia pengusa Ratu kegelapan."

Masih belum percaya sepenuhnya Via temanku merubah dirinya menjadi Octavia.

"Ternyata memang benar firasat Orchon waktu itu, aku saja yang bodoh tidak peduli padanya." Batinku.

"Aku menunggu saat yang tepat untuk membunuhmu dan inilah saatnya, saat semua orang sedang pergi meninggalkanmu maka mereka tidak akan melihatmu lagi."

"Kau mau apa Octavia ?

Kenapa kau begitu jahat padaku ?

Aku sudah meninggalkan suamiku, kenapa kau masih saja ingin membunuh dan mengejarku dimana mana."

"Hahaha...

Bagus, pertanyaan yang bagus. Sebelum mati aku akan menjelaskan padamu.

Pertama karena kau telah menjadi penghalang untuk cintaku, sampai detik ini Erland masih mencintaimu dan tidak mau membuka hati untukku seperti dulu.

Kedua aku membencimu karena kau hidup bahagia di tempat ini, Orchon juga sangat mencintaimu.

Aku sangat membecimu Liliana, karena kaulah semua orang yang dulunya sayang padaku kini telah membenciku. Itu sebabnya aku harus membunuhmu."

Aku terharu mendengar ucapan Octavia, setidaknya aku sudah tahu suamiku juga mencintai diriku, sebelum aku menutup mataku. Tangis pilu membanjiri wajahku, seakan pasrah, aku sudah siap untuk mati. Disatu sisi aku kasihan melihat Octavia yang begitu menderita dengan cintanya, lalu aku berdiri dihadapan Octavia.

"Jika dengan begini kamu bisa bahagia aku sudah siap untuk mati Via, terimakasih telah menjadi teman sesaat untukku. Kau begitu memperjuangkan cintamu."

Aku menantangnya untuk membunuhku, hingga Octavia mendorongku sangat kuat. Ia berubah menjadi monster kegelapan, kukunya yang panjang, matanya yang tajam, giginya mulai mengeluarkan taring yang tajam, tubuhnya membesar seperti raksasa, membuat langit langit istana Kota Tua runtuh seketika, tawanya menggelegar di seluruh istana.

Braaaaakkk... Braaaaakkk... Braaaakkk....

Hahaha...

Seluruh prajurit istana mulai berdatangan mereka melihat monster jahat berdiri di depanku, banyak yang menolong ada yang mencoba melawan.

Triiing... Triiing... Triiing...

Pertarungan hebat dimulai, prajurit istana mulai memotong tubuh Octavia, tetapi satu persatu kembali dilibasnya.

Huuupp... Hiaaap... Haaaap....

Suara pedang, suara mulut saling beradu mulai merajai seluruhnya, satu persatu para prajurit istana tumbang, aku yang menyaksikan semuanya tak mampu lagi mengeluarkan suaraku.

Aaaahhhhkkk....

Triiing... Triiiing... Triiiing...

Gemuruh suara pedang bersahutan diudara, hingga akhirnya seluruh prajurit istana telah tewas beserakan di lantai, mereka ditindas tanpa ampun, tubuh mereka bersimbah darah, ada yang masih selamat ada pula yang sudah mati.

Semua rakyat istana telah berhasil ia lumpuhkan tanpa ada yang tersisa satupun.

"Hahaha...."

Sambil Tertawa Octavia kembali mencengkeramku, ingin mencekik leherku, tetapi tangannya terlepas seolah ada kekuatan yang sedang melindungiku.

"Aaaagggh...

Kenapa aku tidak bisa menyentuhmu ?" Tanya Octavia yang sangat heran denganku.

Aku mengangkat wajahku, menatap lekat dirinya, sambil menitihkan air mata, aku seakan menantangnya dengan nada sombongku.

"Kau lihat kan Via, aku tidak bisa kau bunuh. Aku bukanlah wanita yang lemah, lihat dirimu yang punya ilmu tapi belum bisa untuk membunuhku."

Wajah monster didepanku sangat marah mendengar ucapanku, seakan ingin menelanku hidup hidup.

"Ka kau brengsek, cuiiih, wanita bodoh. Aku akan membunuhmu dengan mantraku."

Octavia kembali mengayunkan kedua tangannya kedepan, membentuk bola bola tembus pandang seperti es, menjadi satu lingkaran yang besar kemudian melemparkannya ketubuhku.

Aaaaagggh...

Aku menahan sakit dan terbaring diatas lantai yang dingin, dalam sekejap aku tak bisa bergerak kekuatan dari kalungku tak mampu menahan serangan darinya, kakiku menjadi kaku, seluruh tubuhku sangat dingin, seakan batu es tertanam dihatiku.

"Ada apa denganku ? nafasku seolah tertahan, apakah ini awal kematianku ?" Batinku.

Semakin lama tubuhku seolah beku, mulutku tak mampu mengeluarkan suara, perlahan lahan, aku menjadi patung manusia tidur yang membeku.

"Tidaaaakkk...."

Aku coba berteriak tetapi suaraku tidak terdengar, kini tubuhku menjadi beku seluruhnya. Rasanya seperti sedang di sel tikus yang tidak bisa tergerak sama sekali.

"Hahaha...

Akhirnya mimpiku terwujud, dengan begitu kau bisa mati perlahan lahan, tubuhmu akan membeku sedingin es, jika tidak ada yang dapat menolongmu, maka semakin lama akan mengeras lalu menjadi batu."

Merasa puas Octavia kembali merubah tubuhnya, tetapi tidak menjadi Via, melainkan Octavia sang ratu kegelapan.

Buuussssh...

Hembusan angin hitam, sekejab Octavia pergi dari Kota Tua, meninggalkan aku dalam kondisi yang memprihatinkan.

Sedang Kaisar Oxados dan Orchon masih terus berusaha ingin masuk istana, mereka mengetahui ada pertarungan hebat yang telah terjadi, seakan hujan darah, tetapi keduanya belum juga bisa menembusnya meski menyatukan kekuatan tenaga dalam mereka.

Hembusan hitam baru saja melewati mereka, langit langit kembali berubah cerah, saat mencoba melewati pintu utama, akhirnya mereka bisa masuk keistana. Namun apa yang ada di depan mata.

Istana sangat mengenaskan, hujan darah dimana mana, para prajurit yang terluka sedang merintih kesakitan.

Bangunan bangunan rubuh, langit istana yang kini hanya tinggal sisa reruntuhan, membuat Kaisar Oxados dan Pangeran Orchon merasa tidak mampu melindungi istana tempat tinggalnya.

"Kakek, apa yang terjadi dengan istana kita ?

Apa semua ini ulah temannya Liliana ?"

"Aku juga belum bisa memastikan Orchon.

Ayo kita cari Liliana dulu, dia ada dimana sekarang ?"

"Liliana, Liliana... Kau ada dimana" Teriak Orchon.

Berputar putar, Orchon mencari dan memanggil Liliana tetapi belum jg ditemukan. Tak jauh dari tempatnya berdiri seseorang memanggilnya.

"Tu tuanku pangeran, jika kau mencari tuan putri, dia se sedang terbaring di sana." Tunjuk seorang prajurit istana yang sedang terluka.

Orchon tak kuat lagi melihat seluruh istananya yang hancur berkeping keping, ia segera mencari Liliana di ruangan, dan apa yang dia lihat disana, seorang wanita cantik sedang terbaring.

Perlahan Orchon mendekatinya, saat di peganginya tubuh itu sangat dingin seperti es, badannya mengeras seperti batu seperti tidak ada kehidupan disana.

"Apa yang terjadi denganmu Liliana ?" Orhon mulai mengeluarkan air matanya, ia tidak lagi mampu melihat wanita yang dicintainya sangat menderita...

"Liliana bangunlah..." Teriak Orchon sambil menggoyang goyang tubuhku.

Samar samar, aku hanya mendengar Orchon memanggil namaku.

Orchon terus merutuki dirinya ia merasa menyesal telah meninggalkan aku.

Dari kejauhan Kaisar Oxsados juga melihat semuanya, ia melihat cucunya yang sangat mencintai dan ingin melindungi wanita itu. Lalu perlahan ia duduk disalah satu kursi kebesaran, sebagai seorang kakek dan juga pemimpin di Kota Tua, ia merasa tidak berhasil melindungi rakyat dan orang orang yang dicintainya.

Raut wajah lelaki paruh bayah itu, bermandikan peluh disukujur tubuhnya, wajahnya memerah menyimpan begitu banyak penyesalan, kulit bawah matanya yang sudah setengah keriput perlahan lahan mulai basah, mahkota kebesarannya kini ia lepas dan ditinggalkan di altar kebesarannya, Kaisar Oxados kini duduk bersimpuh dihadapan seorang gadis yang hati dan tubuhnya telah membeku.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Alhalik

Alhalik

Nenyimak....kisah perjalanan seorang gadis bernama Liliana. Mantap thor 👍👍

2022-10-29

0

Edelweis

Edelweis

nyimak terussss

2022-10-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!