16. Kesempatan Kedua

Waktu terus berlalu, semakin lama Erland semakin tak memiliki kekuatan lagi untuk melanjutkan hidupnya. Kalau saja waktu bisa ia putar kembali, mungkin saja dia tak akan merasakan hal seperti ini.

Sambil berkhayal di atas menara istana, ia menumpahkan sedikit air matanya melihat bintang bintang malam yang bertaburan dilangit. Perlahan ia mengingat ucapan burung Elang peliharaannya.

"Mungkin benar ucapan Bix aku harus pergi menyempurnakan ilmuku, siapa tau saja istriku Liliana dapat di temukan setelah itu.

Sudah waktunya aku harus pergi meninggalkan kerajaanku, jika kesempurnaan ilmu itu bisa menggapai kehidupan di alam Legenda ini, baiklah aku akan pergi." Ucapnya seorang diri.

Setelah mantap dan bertekad dengan pemikiran sendiri, akhirnya Erland berusaha pergi ke tempat yang perna Bix katakan padanya.

"Semoga aku masih bisa melihatmu Bix." Batin Erland.

Tiba di satu daerah yang namanya Buki Dako seperti ucapan Bix waktu itu, Erland menemukan satu tempat duduk melayang layang seperti batu, ia berusaha naik dan melompat keatasnya.

Huuupsss...

Satu lompatan tidak membuatnya susah, ia segera mengambil posisi dan kini duduk bersila, disana ia mulai mengumpulkan seluruh tenaga dalamnya, berhari hari bahkan sudah sampai 7 hari ia masih saja duduk bersila disana, tanpa memikirkan tubuhnya yang semakin lemah. Erland bersemedi membuka mata gaibnya, semakin lama membuatnya tiba tiba saja bercahaya dan semakin membesar.

Batu melayang, berputar putar semakin kencang, sedang Erland terus berkonsentrasi mengumpulkan kekuatan dewa yang dimilikinya. Hingga akhirnya cahaya itu menembus tubuhnya, sekuat tenaga hingga menembus tiga dimensi lain.

Buuuuuzzzzt... Buuuuuuzzzt...

Aaaaahhgg...

Mengerang kesakitan, Erland sekuat tenaga menahannya, dalam mata batinnya ia sedang melawan burung Elang yang sangat ganas, bahkan lebih ganas dari hewan peliharaannya Bix.

Aaaaaggggghh....

Hingga akhirnya, ia berhasil menguasai dan menaklukkan hewan itu dengan ilmunya dan mengeluarkan Elang Legendaris sesungguhnya dari dalam tubuhnya yang sudah hidup berabad abad di alam Legenda ini.

Matanya tak mengerjap, netranya terbeliak, menatap takjub hewan didepannya ini.

"Akhirnya kau berhasil pangeran." Ucap Elang legendaris.

"Ka kau adalah Bix peliharaan ku ?" Terbata bata Erland melihat seekor burung besar berwarna emas memakai mahkota berdiri didepannya.

"Benar pangeran, aku adalah jelmaan Bix. Inilah wujudku yang sebenarnya."

"Bukankah Elang Legenda di alam kita yang sudah menghilang ribuan tahun yang lalu adalah kau ?"

"Benar pangeran, dan kau telah berhasil menguasai ilmu penyatuan tubuhmu dan tubuhku, hingga aku keluar dari tubuhmu dan aku pantas mengabdi padamu.

Aku akan selalu setia bersamamu pangeran, karena aku akan hidup di dalam tubuhmu."

Mendengar ucapan burung Elang yang tak lain adalah Bix peliharaannya Erland sangat bahagia, dengan begitu ia bisa mengusai seluruh rakyat di alam Legenda.

"Kini seluruh kekuatanmu telah pulih pangeran, kau tak akan mudah dikalahkan siapapun, aku bangga padamu."

"Apa dengan begini aku bisa mendapatkan istriku Bix ?"

Tiba tiba Erland kembali bertanya soal istrinya pada Bix.

"Kau menghadap kedepan, fokuslah dan buka mata gaibmu."

Erland mengikuti ucapan Bix dan segera berkonsentrasi membuka mata gaibnya.

Buuuuzzzzz... Buuuuzzzz....

Matanya hanya memancarkan cahaya kekosongan, ada satu hal yang dilihatnya.

"Bix waktu istriku sedang dihutan, aku melihatnya ingin menangkap seekor kucing, setelah itu ia berlari kehutan ingin menangkapnya, namun hanya sampai disitu saja tempat terakhir yang terlihat dalam mata batinku.

Dimana sebenarnya istriku Bix ?

Apa mungkin dia dalam bahaya ?

Jika mati pasti kita sudah menemukan jasadnya."

Terlihat Erland begitu sedih dan terpuruk. Lalu Bix pun bertanya.

"Apa ada orang lain yang menjebaknya ?"

"Entahlah Bix, bagaimana nasib istriku apakah dia masih hidup atau sudah mati. Aku sangat merindukannya.

Rasanya aku sangat lemah, keberhasilanku tapa dirinya aku begitu rapuh."

"Jangan terlalu khawatir pangeran. Aku akan membantumu menemukan istrimu, saat ini tidak ada kekuatan manapun yang bisa menghancurkan kekuatanku.

Tenangkan hatimu pangeran, kita akan bersama sama mencarinya, dari ceritamu aku seperti merasa dia sedang disembunyikan."

"Tapi kenapa kekuatanku tidak bisa menembusnya Bix ?" Tanya Erland.

"Aku juga tidak tahu pengeran. Sudah saatnya aku akan kembali masuk ditubuhmu."

Aaaaghhh...

Erland mundur beberapa langkah menahan Bix yang menyatu dalam tubuhnya dan semakin menghilang.

Bix kini masuk didalam tubuh Erland, jika sewaktu waktu Erland memanggil dan membutuhkannya maka Bix akan keluar membasmi para musuh.

"Apa aku harus masuk mencari istriku kehutan itu ?" Ucap Erland dalam hati.

Hingga akhirnya Erland memutuskan mengikuti arah jalan yang dilihatnya dalam mata gaibnya.

Sedang di Kerajaan Kota Tua Liliana selalu ditemani Orchon, bahkan orchon tidak perna lepas dari pandangannya. Dalam hati Liliana bahagia telah mendapat kesempatan kedua untuk hidup.

"Terima kasih Tuhan, kau masih melindungiku dan aku dalam keadaan baik baik saja.

Orchon dan kakeknya adalah orang orang baik, aku telah membohongi mereka.

Apa jika suatu saat mereka mengetahui kebenaran tentangku, ia dan kakeknya mau memaafkanku ?" Batinku.

Aku terhanyut dengan fikiranku sendiri, sejenak aku bahagia dan melupakan suamiku.

"Mungkin saja kak Erland saat ini sedang bahagia bersama Octavia."

Perlahan air mataku menetes, entah jika mengingatnya aku merasa sangat sakit. Tanpa kusadari Orchon datang dan mendekat padaku.

"Aku sudah berkeliling istana mencarimu, dan ternyata kau ada disini." ucapnya sambil duduk disampingku.

"Hei, kau seperti habis menangis ? Coba lihat bulu matamu yang indah itu masih basah." Selidik Orchon.

"Ak, aku tidak kenapa kok." Jawabku bohong.

"Apa kau sudah mengingat sesuatu Liliana, sampai kau seperti ini.

Ceritalah padaku, aku akan menerima segala kekurangan yang kau miliki."

Deg, Deg, Deg...

Bagai disambar petir, dadaku berdegup agak kencang mendengar ucapan Orchon barusan hingga aku tak mampu mengeluarkan suaraku.

"Apakah dia mulai jatuh cinta padaku ? Tidak, jangan Orchon.

Aku hanya ingin menjadi temanmu atau kau boleh menganggap aku saudaramu, aku telah menikah kau tidak bisa jatuh cinta padaku."

Batinku sambil menggelengkan kepala, perlahan aku berlari menjauh dari Orchon sambil berjatuhan air mataku.

Spontan Orchon merasa aneh padaku, dan berusaha mengejar.

"Liliana, tungguuu...

Kamu kenapa ?

Ada yang salah dengan ucapanku ?" Orchon berteriak sambil menghampiriku.

Saat meraihku ia berusaha melap air mataku yang sudah bercucuran dimana mana dengan kedua tangannya.

"Sudah sudah, aku tidak akan memaksamu bercerita padaku.

Maafkan jika ucapanku membuatmu tersinggung."

Akupun melemah, perasanku tak karuan setelah orchon menenangkan aku ia berusaha menggenggam tanganku dan meyakinkan aku sekuat hatinya.

Aku mulai tersenyum, dan menikmati keindahan bersamanya, waktu terlewati begitu saja, dan aku tidak lagi bersedih, bahkan orchon sudah lebih berani menggendong tubuhku saat kami sedang berkejar kejaran di belakang istananya.

Aku mulai merasa Orchon sangat mencintaiku. Tak bisa kupungkiri akupun mulai merasa nyaman bersamanya.

"Apa aku akan membalas cinta Orchon padaku ? atau aku akan menghancurkan semuanya dan mengatakan yang sejujurnya." Batinku yang mulai merasa bersalah jika tidak membalas cintanya.

Aku mondar mandir disudut ruangan kamar mewah, pikiranku sedang melayang layang penuh kebimbangan dengan apa yang akan aku lakukan selanjutnya.

Bersambung...!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!