Waktu bergulir begitu cepat, rasanya seperti baru saja aku menikah dengan suamiku dan kini aku harus menerima kenyataan kalau aku telah kehilangan dirinya.
Saat ini aku berjalan mengikuti seorang lelaki yang baru saja ku kenal. Aku memberanikan diriku bertanya padanya.
"Sebenarnya aku dimana ?"
"Kau berada di Kota Tua Liliana."
"Lalu kita akan kemana ?"
"Tinggallah di tempatku, untuk sementara waktu saja."
"Tetapi apa aku tidak merepotkanmu Orchon ?"
"Hahaha, dari pada kau harus tinggal di tempat orang asing yang tak kau kenal mendingan kamu ikut denganku."
"Lantas tempat tinggalmu ada dimana ?"
"Sebentar lagi pasti akan sampai kok."
Drap! Drap! Drap!
Diperjalan aku melihat ada kereta seperti kereta kerajaan berwarna kuning, di iringi dengan beberapa kuda yang membawanya, mulai mendekati kami.
"Kakek, kau akan kemana ?" Tanya Orchon yang tiba tiba membuka mulutnya, membuat aku sangat kaget.
"Aku akan mengunjungi tempat mengadakan lomba pacuan kuda." Ucap seorang Lelaki paruh baya yang wajahnya muncul dari dalam kereta.
"Apa, kami boleh ikut denganmu ?" Tanya Orchon pada lelaki tua itu, tanpa bertanya padaku lebih dulu.
"Kakek akan menunggumu di sana."
Kereta pergi meninggalkan kami, seutas senyum yang dilemparkan padaku dari sang kakek, aku pun menunduk sedikit sebagai tanda aku menghormatinya.
"Liliana, ayo kita pergi mengambil kuda ditempat tinggalku." Ucap Ochon sambil menarik tanganku.
Saat masuk aku begitu terkejut, ternyata tempat tinggal Orchon adalah istana yang megah seperti punya kak Erland. Dalam hati aku bertanya.
"Apa Orchon juga seorang pangeran seperti Erland ? Istananya juga jauh lebih megah seperti milik suamiku ?" Batinku.
"Ayo, ikut denganku... " Ajak Orchon.
Aku yang masih kebingungan dengan tingkah Orchon, dengan terpaksa ikut dengannya. Aku naik ke punggung belakang kuda, sedang Orchon di depanku.
Suara derap langkah kaki kuda terus berjalan melewati banyaknya para penduduk kota. Aku terkesima melihat begitu indah dan nyamannya tempat ini, rakyatnya yang selalu damai membuat aku betah belama lama disini. Kucoba bertanya pada Orchon.
"Siapa orang tua yang tadi bicara denganmu ?"
"Dia kakekku Liliana, orang mengenalnya kaisar Oxados, aku tinggal di istana bersamanya, sedari kecil ayah ibuku telah tiada."
"Oh, nasib kita sama setelah kedua orang tuaku meninggal, aku juga tinggal bersama paman dan bibiku."
Akhirnya aku kecoplosan bercerita dengan Orchon, hingga ia kembali bertanya, beruntung ia tidak curiga.
"Apa kau sudah mengingatnya Liliana ?"
"Ooow tidak maafkan aku Orchon."
Sampai di pacuan kuda, kulihat lelaki paruh baya sedang duduk di kursi kebesaran yang begitu megah.
"Apa dia memang kakekmu ?"
"Iya Liliana, kau jangan takut. Dia kakekku, dan dia orang yang baik pada siapapun, itu sebabnya semua rakyat di istana ini sangat mencintainya. Waktu bertemu denganmu, sebenarnya aku ingin mengajakmu bertemu dirinya, tetapi kau menolak tawaranku."
Orchon berusaha meyakinkan hatiku. Aku pun mulai percaya padanya, Orchon menghampiri kakeknya dan kami dipersilahkan duduk.
"Orchon siapa anak gadis yang kau bawah itu ?"
"Namanya Liliana, aku baru saja mengenalnya. Sepertinya dia tersesat kek."
Aku tersenyum melihat ke arah kakek, yang sedang menatapku.
"Apa benar yang dikatakan Orchon."
"I - ia kek." Jawabku singkat dan terbata bata.
"Ikutlah ke istanaku, disana kau akan nyaman beristirahat, mungkin saja aku bisa membantumu menemukan kerajaanmu."
Tak ada jawaban yang keluar dari mulutku, aku hanya diam menyimak ucapan sang kakek. Sampai akhirnya lomba pacuan kuda usai, sang kakek kemudian mengumumkan pemenang lomba, setelah itu aku pulang mengikuti Orchon dan kakeknya.
Orchon terus menemaniku, sesekali ia menatap wajahku, membuat aku merasa yakin mereka bukanlah orang jahat.
"Mungkin untuk sementara, aku bisa bersembunyi disini, aku akan menyembunyikan identitasku yang sebenarnya, agar Octavia juga menganggap aku sudah mati." Batinku.
Kaisar Oxados kemudian memerintahkan para pelayannya untuk menyiapkan makan, sebagai penyambutan bagi tamu yang datang.
Istrahatlah di kamar tamu, para pelayanku akan mengantarmu kesana. Ucap kakek.
"Terima kasih kakek, kau sudah membantuku."
"Anggap saja ini rumah sendiri, sudah sepantasnya kami menolongmu, kau jangan sungkan disini.
Istana tempat tinggalmu ada dimana ?"
Lagi lagi aku menggelengkan kepalaku ketika kaisar Oxados menanyakan tempat tinggalku, untung saja Orchon langsung menjawab ucapan kakeknya.
"Kek, aku rasa Liliana sepertinya mengalami trauma, dia sepertinya sedang dalam masalah, biarkan Liliana beristrahat dulu di tempat kita, mungkin setelah beberapa waktu dia akan bercerita."
Kaisar Oxados kemudian menyetujui ucapan cucunya, ia sudah tidak bertanya tentang asalku, setidaknya untuk sementara waktu, aku akan aman disini.
Aku pun di perkenalkan kepada seluruh penghuni istana, setelah itu kaisar Oxados mengajak aku makan malam bersama mereka. Hingga untuk sejenak aku mulai melupakan tragedi yang baru saja menimpaku.
...***...
Sementara itu, di sisi lain Erland belum mendapat kabar tentang istrinya, ia semakin gelisah, putus asa, memikirkan Liliana, bagai hilang ditelan bumi ia menghilang tanpa jejak sedikitpun.
Seluruh pasukan ia kerahkan untuk mencari istrinya, bahkan Erland memakai ilmu supranaturalnya untuk menembus waktu mencari istrinya, tetap saja ia tidak bisa mendapatinya, ia semakin merasa tidak lagi berguna hidup di alam legenda ini karena tidak bisa menjaga istrinya.
Bix sebagai hewan peliharaan dan kesayangannya juga ikut menyesali kepergiannya waktu itu, hingga membuat Erland terpuruk di istananya.
Badannya yang dulu gemuk, kini sudah sangat kurus, yang dulunya ia gagah dan berani, namun berbeda dengan keadaannya sekarang, sejak ditinggalkan istrinya ia sudah sangat berubah, rakyat di istananya mulai berdesas desus tentangnya.
"Tuanku pangeran, kau jangan terlalu larut dengan kesedihanmu, saat ini seluruh rakyat telah mengetahui berita tentang hilangnya istrimu.
Lihat tubuhmu yang sudah sangat kurus, berhari hari kau mengurung diri dan tidak makan apapun, membuat keadaanmu terpuruk seperti ini.
Bahkan aku sebagai pengikut setiamu, sudah tidak sanggup melihat keadaanmu ini tuan."
Ucap Bix yang baru saja datang menghapiri Erland.
"Untuk apa aku ada disini Bix, jika aku tidak lagi berguna, aku tidak sanggup melindungi istriku.
Satu anak manusia saja tidak sanggup aku lindungi bagaimana aku akan melindungi seluruh rakyat istanaku." Ucap Erland dengan mata berkaca kaca.
"Aku yakin kau pasti bisa melewatinya tuan, sampai sekarang kita belum juga menemukan jejak atau bangkai istrimu dihutan itu, aku rasa mungkin masih ada harapan istrimu masih hidup.
Dengan kondisimu seperti ini, bagaimana jika kau ikut aku pergi berlatih untuk mendapatkan kesempurnaan ilmumu itu, mungkin dengan begitu kau bisa menemukan istrimu."
"Maafkan aku Bix, sepertinya aku tidak pantas lagi mempelajari semuanya, aku sudah sangat lemah, semenjak menikahi Liliana istriku, aku sudah siap kehilangan semuanya."
"Apakah sebesar itu cintamu kepada istrimu tuanku ?"
"Entahlah Bix, semenjak kehilangan dirinya aku mulai merasakan rasa sakit yang sangat dalam, seakan saparuh dari hidupku telah hilang bersamanya."
Bix pun pergi meninggalkan tuannya, ia tidak ingin terlarut larut dengan kesedihan tuannya pangeran Erland, sebelum Bix pergi ia meninggalkan pesan untuk Erland.
"Aku akan terbang menuju Buki Dako, jika kau sudah siap datanglah pangeran.
Kuharap kau memikirkan ucapanku itu pangeran, sebelum kau menyesali semuanya, dan sebagai pemimpin yang baik dia akan senantiasa memikirkan rakyatnya."
Bix meletakkan sayapnya di dasar lantai sebagai tanda hormat, lalu pergi meninggalkan tuannya yang entah mereka akan bertemu lagi atau tidak. Berat rasanya namun ia terpaksa harus pergi, sesuai janjinya dan keterikatannya pada Dunia Legenda ini, hingga Bix pun terbang dan tidak memperlihatkan rasa sedihnya.
"Semoga saja tuanku pangeran Erland akan merubah pendiriannya." Batinnya lalu terbang meninggi.
Sebelumnya author jelaskan sedikit ya, Buki Dako artinya gunung yang besar, dimana para manusia kayangan hanya mengenalnya dengan nama Buki Dako.
Bersambung dulu para Readers...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments