14. Selamat Dari Maut

Malam yang gelap membuat Liliana semakin ketakutan, dingin yang semakin lama mulai menjelajahi seluruh tubuhnya, belum ada tanda Erland akan datang menemuinya. Perlahan ia mulai menyadari.

"Apakah Octavia menipuku ? Dan wanita yang kulihat di balik menara ini adalah wujud dirinya ?" Lirihku.

Tiba tiba terdengar kembali suara yang menggema diseluruh menara.

"Hahaha...

Akhirnya kau menyadari ini tipuanku, tamatlah riwayatmu Liliana.

Kau akan terkurung selamanya di kastil kuno ini, beberapa hari kedepan kau akan membusuk dan mati disini."

"Octavia, apa itu kau ?

Tolong aku Octavia, jangan tinggalkan aku sedirian ditempat gelap ini. Jika kau ingin memiliki Erland, aku akan mengembalikan dia padamu. Tolong bebaskan aku dari tempat gelap seperti ini."

"Hahaha...

Aku tidak ingin berbagi suami denganmu Liliana, dan kau harus pergi dari hidupnya untuk selamanya."

Ssssst....

Setelah berucap, Octavia terbang dan mulai menjauh dari menara.

"Tidaaak... Tidaaaakkk....

Octavia tolong aku, jangan tinggalakan aku.

Hiks... Hiks... Hiks....

Siapa pun disana Tolong akuuu..." Liliana mulai menangis dan berteriak.

"Ya tuhan betapa beratnya jalan yang kutempuh ini, aku sudah tidak punya siapa siapa lagi.

Bantu aku tuhan, hanya kepadamulah aku memohon pertolongan, bahkan lelaki yang sudah sah menjadi suamiku ternyata mencintai wanita lain.

Hiks... Hiks... Hiks... "

Hancur, sakit, pasrah, hanya itulah perasaan yang kini ku rasakan, mungkin memang nasibku yang malang. Mengeluh entah pada siapa. Aku tidak punya teman disini.

Hingga aku dikagetkan kembali dengan cahaya kalung giokku yang semakin lama semakin bersinar menerangi menara itu, hingga cahaya itu mulai menembus dinding luar menara, membuat ratusan para monster jahat yang sedang berjaga menatap aneh."

"Lihat itu ada sinar yang sangat terang berasal dari dalam." Teriak salah satu monster jahat.

Aku sendiri yang merasakan ke anehan ini saja bertanya tanya, sebenarnya apa yang terjadi denganku.

"Biarkan saja, jangan khawatir. Menara sudah dikelilingi dengan mantra hitam, dia tidak akan bisa keluar dari tempat itu." Teriak salah satu monster jahat yang berwarna hitam itu.

Cahaya itu tidak hentinya membesar, hingga membuat mataku sakit jika menatapnya terlalu lama dan sekejab tak kasat mata, seperti ombak lautan petir yang tiba tiba mengerlap membuat semuanya musnah akibat terjangannnya.

Daaaarrrkkk....

Cahaya menghancurkan seluruh mantra sihir dan melemparkan para monster berkeping keping hingga menjadi abu dan seketika lenyap dari pandangan.

Aaaaaggggh...

Suara para monster yang meregang di akhir kematiannya.

Aku yang menyaksikan kekuatan yang keluar dari giok milikku, masih saja dirundung penasaran, karena baru mengetahui kekuatan batu giokku. Kucoba mengucek ngucek mataku, karena aku masih belum percaya, aku selamat dari maut.

Perlahan kubuka pintu menara yang mantranya sudah hilang, terlihat sangat sepi dan menyeramkan, para monster lenyap seketika. Aku melangkah keluar dari tempat itu.

"Apa yang terjadi denganku ? Akhirnya aku selamat juga, dan apa yang kulihat barusan, kalung giokku punya kekuatan hebat."

Tidak berhenti rasa bahagia menyelimuti hatiku, namun aku bingung akan melangkah kemana di tengah tengah badai salju yang menutupi semua tempat ini.

Kuayunkan kakiku mencoba berjalan melewati badai salju, hutan belantara, hingga kakiku semakin kesakitan, tak terasa waktu telah menjelang pagi. Aku tiba di sebuah perkampungan yang sangat ramai, banyak penduduk disana. Banyak jamu jamuan, makanan serta minuman. Tak peduli mereka menatapku dengan aneh. Tetap saja aku berjalan bergabung ditengah banyaknya orang.

"Dimana ini, semoga saja aku sudah selamat. Siapa tau saja aku bisa punya teman yang bisa menolongku disini." Ucapku dalam hati.

Tidak sengaja aku melihat seseorang sedang membuat bakpao, sedang banyak orang yang sedang berebut, ingin memilikinya lalu mereka makan dan pergi begitu saja tanpa membayar upah. Akupun ikut berbaris dibelakang mereka karena merasa perutku sudah lapar.

Setelah menunggu kurang lebih satu jam, aku akhirnya berhasil mendapatkan satu buah bakpao itu, lalu mencoba mencari tempat duduk yang kosong.

Karena merasa aku bukanlah penduduk disini banyak orang yang sedang menatapku, ada yang menatap penuh dengan selidik, apa lagi ketika melihat gadis sepertiku. Hingga seseorang tak berpaling dan coba mendekatiku.

"Hai nona, apa kau tersesat ?" Tanya orang itu padaku.

"Iya aku sedang tersesat." Sahutku datar.

"Dari mana asalmu, dan bagaimana kau bisa tersesat di tempat ini ?"

Sesaat aku berfikir, sebelum menjawab ucapannya.

"Aku tidak boleh memberitahu tetang aku dari dunia manusia pada mereka, bisa mati aku." Batinku lalu aku hanya menggelengkan kepalaku menjawab ucapan orang dihadapanku.

"Apa !!! Kau tak tahu dari mana asalmu ?"

"Aku hanya menganggukan kepalaku, tak berani menjawab."

"Bicaralah nona, kau tidak perlu takut pada kami.

Dikerajaan ini, penduduknya tidak ada orang orang jahat."

"Kerajaan, apa aku sudah sampai dikerajaan kak Erland ?

Tidaaak, aku harus bersembunyi." Tiba tiba saja aku ketakutan jika mengingat suamiku itu, aku takut Octavia selalu ada disisinya.

Aku berdiri dan mencoba pergi dari tempat ini, namun orang itu menahanku.

"Hei tunggu, kau jangan pergi dari sini. Mungkin aku bisa membantumu menemukan istana tempat tinggalmu."

"Bagaimana kalau kita menemui kaisar, agar mau membantumu pulang."

Ucapan lelaki itu seakan menghipnotis tubuhku. Aku menangis sejadi jadinya, aku takut akan bertemuan dengan kaisar akan membawa mala petaka buat aku.

"Tidakkk... Tidakkk....

Hiks... Hiks... Hiks...

Tolong jangan bawah aku kesana."

"Hei kamu kenapa seperti ketakutan. Baiklah jika kau tidak ingin aku membawamu pada kaisar, tenangkan fikiranmu dulu, aku tidak akan menyakitimu."

Sesaat orang itu berfikir dan bertanya tanya. "Benar benar wanita yang sangat aneh, sepertinya ia mengalami masalah trauma, saat aku menyebut istana dia ketakutan." Batinnya.

"Hei nona, aku belum tau namamu, bagaimana kalau kita berkenalan dulu, panggil saja aku Orchon. Kalau kamu, namamu siapa."

"Namaku Liliana."

"Nama yang sangat cantik, secantik wajahnya."

Dalam hati aku bicara, "semoga orang ini bisa menjadi pengobat hatiku yang sedang sakit. Aku tak tahu harus kemana lagi.

Kalau aku perhatikan, dia orang yang baik. Tidak ada kebohongan yang terlihat diwajahnya."

"Mmm... Apa kamu lapar ?" Aku hanya kembali menganggukan kepalaku yang memang sudah sangat lapar.

Orchon pergi dan mengambil sepiring nasi dan beberapa potong ayam dan sayuran untuk mengganjal perutku yang sudah lapar ini.

Tanpa menolak aku menerima dan menghabiskan makanan yang di ambilnya itu, rasanya nikmat, benar benar nikmat, hingga aku kekenyangan.

Eeeeeee...

Suara ceruk leherku yang kekenyangan dan membuatku malu dihadapan Orchon.

"Ooouuupsss... Maafkan aku." Ucapku sembari menutup mulutku yang baru saja berbunyi.

Melihat tingkahku Orchon terkekeh kekeh.

"Kamu lucu sekali Liliana. Hahaha..."

"Oh iya, kamu akan tinggal dimana ?" Tanya Orchon padaku. Aku kembali menggeleng.

"Kalau begitu kamu ikut saja ketempat tinggalku, siapa tahu dari sana kau bisa mengingat tempat asalmu, dan kamu juga akan aman disana."

Aku setuju saja mengikuti langkah Orchon yang entah akan kemana. Disatu sisi, aku masih merasa ragu dengan apa yang kulihat ini, semoga saja Orchon bukanlah orang jahat seperti yang aku fikirkan.

......................

Bersambung...!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!