12. Tersesat Di Hutan

Di istana kerajaan milik Erland, Bix baru saja menurunkan tuannya di tempat pembaringan. Untuk mengobati tuannya, Bix harus bersusah payah berkonsentrasi mengumpulkan tenaga dalam tingkat dewa yang dimilikinya.

Buuuuzzztt... Buuuzzzt...

Sebuah penyatuan ilmu kultuvasi tingkat dewa yang baru saja Bix gunakan, ia mulai mengintari tubuh Erland dengan energi spiritualnya.

Perlahan luka itu tertutup, satu persatu kini sakit yang dia rasakan semakin lama semakin hilang, hingga akhirnya dia sembuh.

Dia bangun dan berterimakasih pada hewan peliharaannya yang sudah berhasil menyembuhkan luka lukanya.

"Terima Kasih Bix, kau telah banyak membantuku."

"Sudah sepantasnya aku melindungimu tuanku pangeran."

"Istriku dimana Bix ? Kenapa saat aku bangun, aku tidak melihat wajahnya."

"Maafkan aku tuan, istrimu...!!!"

"Dia kenapa Bix, jawablah yang benar."

"Tuanku, istri pangeran telah menghilang dari arena pelatihan saat aku pergi menolongmu."

"Maksudmu istriku menghilang Bix ?"

"Iya tuan, aku juga tidak tahu kemana istri tuan pergi. Istri tuanlah yang memaksaku untuk pergi menolongmu."

Raut wajahku kini berubah sedih, karena selama ini, tidak becus untuk menjadi seorang suami.

"Apa tidak sebaiknya aku mengembalikan Liliana ke dunia manusia saja ?

Andai saja waktu ini aku tidak mengantar Octavia pergi ketempat kegelapan mungkin ini semua tidak akan terjadi. Mungkin saat ini istriku sedang baik baik saja." Sesal Erland.

"Sudahlah tuan, kau jangan terlalu berkecil hati. Aku akan berusaha menemukan tuanku putri Liliana kembali."

Kembali ia memandangi langit langit istana, meridukan seorang istri yang entah bagaimana nasibnya.

Apakah salah jika ini adalah hidup yang ingin dilakoninya, ingin sekali ia bersama Liliana untuk selamanya, merajut menjalin cinta dan kasih tanpa penghalang apapun. Sejak berikrar hidup menjadi suami istri itulah pilihan hatinya, namun semuanya tak semudah membalikkan kata kata.

Angin mulai bertiup sangat kencang, hingga membuat tirai tirai istana beterbangan tanpa ku sentuh, debu debu dan deru angin mulai masuk dan menggema.

Aku mulai merasakan sesuatu yang semakin mendekat, dua cahaya kuning yang perna menolongku kini muncul di istanaku tetapi sangat berbeda dengan waktu mereka muncul. Kali ini wajah mereka menampakan wajah yang sangat marah, entah maksudnya apa, aku tak mengerti semuanya, seperti ingin meraihku tetapi Bix sedang melindungiku dengan kekuatan supranaturalnya. Membuat dua cahaya kuning itu menjauh.

"Apa aku berbuat kesalahan hingga mereka terlihat begitu menyeramkan ?" Lirihnya.

Dalam hati aku selalu berdoa untuk istriku, "Semoga sang khalik selalu melindunginya. Aku yakin dia masih hidup, saat itu aku mengingat kalung giok miliknya yang selalu bersinar seakan menjaganya."

Di satu sisi Liliana kehilangan kucing yang dikejarnya. Suasana tempat itu begitu sepi menantikan waktu yang sebentar lagi akan gelap.

"Apa yang harus aku lakukan ? Aku sepertinya tidak bisa pulang ke arena pelatihan.

Bagaimana ini ? Apa sebaiknya aku istirahat saja di tempat ini." Ucapku seorang diri.

Aku mulai menangis, merasakan hawa dingin malam yang semakin gelap. Mendung itu seketika hilang terbias harapan, saat ini tak ada seorang pun yang akan menyelamatkan hidupku, menyesal namun sudah terjadi.

Tersesat dan tak tahu arah jalan untuk pulang, aku melangkah dengan berat hati diantara lebatnya hutan, pepohonan besar, dan rumput melata yang tumbuh berbagai rupa membuat aku semakin ketakutan, samar kulihat ada sebuah bangunan kayu berwarna kuning emas yang amatlah sangat kecil berdiri sangat kokoh.

"Apakah itu rumah warga disini ?" Batinku

Penuh dengan rasa ragu, kucoba mendekati tempat itu.

"Tok! Tok! Tok!

Pemisi... Apa ada orang didalam ?"

Berulang kali kucoba mengetuk, namun tak ada suara sahutan yang terdengar. Hingga aku memutuskan masuk dan akan tidur ditempat ini.

Kriiieeet...

Rumah siapa ini ? Kenapa selama ini aku tidak perna melihat ada rumah kecil seperti ini disini ?

Waktu itu kak Erland perna berkata kalau didunianya semua orang memiliki istana dan tidak ada yang miskin. Lalu rumah ini, kenapa ada di tengah hutan ?"

Dalam hati aku mulai bertanya tanya, namun kutepis akibat rasa kantuk yang sudah datang menghampiriku, perjalananku yang panjang membuat tubuhku sangat lelah.

Hoooaaammm...

Akupun tertidur pulas di atas tempat tidur beralaskan tikar, di sepertiga malam, keringat mulai membasahi seluruh tubuhku, badanku bergetar hebat, aku bermimpi buruk.

**

Dalam mimpiku, aku masuk ketempat dimana semuanya berwarna putih dikelilingi bunga bunga indah yang tumbuh sembarangan disegala arah.

Disana aku melihat tiga orang anak kecil sedang melambaikan tangannya, mereka pergi menjauh meninggalkan aku seorang diri hingga datanglah manusia menyeramkan menyerupai raksasa, ingin membunuhku. Aku terus saja berlari, berteriak, sambil mengejar tiga anak itu. Berhari hari aku mencari mereka tetapi tidak dapat kutemukan, dan akhirnya aku berhasil ditangkap raksasa besar itu mebuat aku menjerit ketakutan, berteriak minta tolong.

Toloooong... To toloooong akuuu...

Semakin tersedat, suaraku semakin habis hingga membangunkan aku dari mimpi buruk itu.

Rasanya seperti nyata, aku bangun dari tidurku masih sempat mendengar suaraku berteriak minta tolong.

Sejak bangun aku tak bisa menutup mataku, sampai saat cahaya mulai memasuki seluruh alam dan masuk di sela sela pepohonan. Aku keluar dari rumah kecil itu, kembali berjalan meneruskan langkahku yang sudah semakin lelah karena perutku yang sedari kemarin belum juga terisi.

Sampai akhirnya aku melihat jembatan yang panjang dan sangat indah, warnanya yang kuning bertaburan berlian dan kristal kuning di sepanjang pegangan jembatan membuat naluriku memaksa dan sangat penasaran.

"Indah dan panjang sekali jembatan yang kulihat ini, apakah ini pertanda jalan keluar ku dari tempat ini ?"

Ku ayunkan kakiku menyusuri panjangnya jembatan yang seolah tak terlihat ujungnya. Rasa bahagia aku akan meninggalkan tempat ini, tetapi tak tahu aku akan kemana.

Mataku mulai merintihkan air mata, ku ingat suamiku yang saat ini sedang pergi ke istana kegelapan. Andai saja saat itu aku tidak ceroboh mungkin saja aku tidak akan tersesat dihutan ini.

Akhirnya aku sampai diujung jembatan, dan memasuki sebuah bangunan megah bernuansa klasik ala bangunan eropa.

"Tempat apa ini ? Kenapa sangat indah ?" Tanyaku dalam hati.

Terus kususuri setiap bangunan, hingga mataku terperanjat pada satu ruangan yang sangat mewah tersedia makanan makanan mewah disana, seperti sebuah jamuan.

"Kemana orang orang di bangunan ini, bukannya mereka sedang menyiapkan makanan, lalu kenapa disini sepi ?" Gumamku dalam hati.

Krrrruuuk... krrruuuk...

Perutku berbunyi, tak bisa berkompromi. Aku melangkah ke jamuan makan itu, kuberanikan tanganku menyentuh nasi dan lauk yang tersedia. Aku terus makan dengan lahap, dua piring nasi kuhabiskan, air kuteguk hingga beberapa gelas, hingga tandas dimulutku, membuat dahagaku akhirnya hilang.

"Hei... Siapa yang telah berani mengacaukan sarapanku ?" Teriak seseorang yang berjalan semakin mendekat padaku.

Sedang aku ketakutan mendengar suara itu. Saat kucoba melihat wajahnya.

"Octavia, apakah itu kau ?"

"Iya ini bangunan tempat aku akan makan, dan kau sedang apa disini ?"

...----------------...

Bersambung dulu ya kak...

Terpopuler

Comments

Sandra Lee

Sandra Lee

semangat ya

2022-10-15

0

Sandra Lee

Sandra Lee

mantapz tiap hari update

2022-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!