11. Sebuah Jebakan

Setelah beberapa jam menunggu, Octavia akhirnya kembali menemui Bix, dengan membawa sesuatu semacam botol kecil berwarna hitam. Ia memberikan botol itu pada Bix.

"Bix ini ramuan pembuka sihir Lembah itu kau pergi terbang melewati arah selatan kerajaan kegelapan sebelum matahari tenggelam.

Disana kau akan tiba disuatu tempat yang hanya ada kegelapan didalamnya, terbanglah secepat mungkin, jangan hiraukan para siluman jahat yang mendekatimu, mereka tidak akan bisa mengganggumu Bix, aku sudah memasang mantra pelindung diri didalam ramuan itu."

Ucapan Octavia kali ini membuat Bix merasa bahwa Octavia adalah bagian dari kegelapan, ia sangat tau percis tempat itu, seperti memang dirinya perna kesana.

Bix yang hanya mendengar penjelasan Octavia, langsung menerima ramuan hitam itu dan terbang meninggi.

Sedang Octavia hanya tersenyum licik, ia berencana akan mendatangi Liliana setelah kepergian Bix, karena inilah kesempatan untuknya untuk menghabisi manusia itu. Hanya karena Liliana hingga akhirnya Erland memutuskan untuk memberontak di istana kegelapan.

Di satu sisi, Bix sedang terbang ke arah selatan untuk menghindari pembantaian para budak yang sengaja di pasang kaisar kegelapan, dan benar saja ia lolos masuk wilayah kegelapan, hingga sampailah Bix di satu tempat yang sangat gelap.

"Hei, siapa itu yang mengusik tempat kita ?"

"Sepertinya hanya se ekor burung." Ucap seekor kelelawar bersama kelompoknya yang menjumpai Bix.

"Biarkan saja, mungkin dia hanya tersesat di tempat ini."

Sesuai ucapan Octavia, ia terus terbang ke arah selatan. Hingga sampailah dia di satu tempat tanpa gangguan dari siluman siluman jahat. Tempat itu seperti lingkaran bola dunia yang sangat besar. Api mengelilingi semua lingkaran itu.

Bix mencoba masuk, ia terhempas beberapa meter, bulu di badannya sempat terbakar, ia mencoba menggunakan ilmu bola salju yang keluar dari mulutnya, tetap saja ia tak mampu memadamkan api yang berkobar itu.

"Aku harus menggunakan ramuan dari Octavia, mungkin inilah yang dikatakan ramuan pembuka pintu mantra sihir lembah Neraka."

Bix kemudian membuka tutup botolnya dan melemparkan ramuan itu ke arah bola api yang besar.

Buuuuuuuzzzzz...

Bola api mulai padam, api api yang tadinya membesar kini semakin kecil, hingga akhirnya mati seketika.

Bix terbang masuk ketempat itu, seperti tak ada kejadian, hanya sebuah padang pasir tak berpenghuni. Sudah beberapa jam tetapi Bix belum menemukan tuannya, sakit yang ada dibahunya semakin sakit dirasakan.

"Aku yakin, tuanku pangeran Erland pasti ada ditempat ini, tubuhkuh semakin sakit saja.

Aaaaaaaghhhh..."

Bix terjatuh di padang pasir yang luas akibat menahan rasa sakit yang luar biasa sakitnya, ia tidak mampu terbang mengepakkan sayapnya.

Hingga matanya kini tertuju pada cahaya disampingnya seperti cermin yang membesar.

"Apa ini ? pantas saja aku tidak melihatnya, saat terbang di atas, karena pantulannya sama dengan warna padang pasir membuatnya sulit terlihat." Gumam Bix.

Saat masuk kedalamnya Bix mulai menjumpai bangkai bangkai hewan mati, bau busuk menyeruak di mana mana. Suara suara tangisan, teriakan seperti orang minta tolong di dengarnya. Bahkan suara tertawa juga sangat jelas di telinganya.

Hiiiikkksss... Hiiiikkkksss...

Tolooong, Tolooooong...

He... He... He...

"Hei, siapa kalian berhentiii ?

Jangan ganggu aku." Teriak Bix

Samar dikejauhan Erland mendengar seperti suara Bix, hewan peliharaannya. Ia mencoba membuka matanya yang berat, akibat luka luka disekujur tubuhnya, bahunya yang mengeluarkan banyak darah membuatnya tidak mampu untuk bergerak.

"Bix, apa itu kau ?" Tanyanya dalam hati, sampai ia meneteskan air matanya

Sedalam inikah ujian yang ia hadapi karena dirinya harus berpisah dengan Liliana istri manusianya itu.

"Tuan kau dimana ? Ini aku Bix."

Melihat Bix semakin mendekat padanya Erland terbatuk batuk dan mengeluarkan darah segar.

Uhuuukkk... Uhuuukkk...

Bix melihat Erland yang sedang terkapar, tubuhnya yang dililit besi, wajahnya penuh luka luka dan memar, darah yang mengalir dari bahunya, membuat Bix tak mampu berkata kata. Erland dibantai seperti seorang budak.

"Akhirnya aku mendapatkanmu tuan, kau terluka sangat parah, ayo kita segera kembali.

Aku akan membantumu naik kepunggungku."

Erland menjatuhkan air mata dan hanya menggelengkan kepalanya, tanda dia menolak permintaan Bix.

"Kau lihat tubuhku tidak terluka sedikitpun saat masuk kesini. Naiklah tuan, aku akan menunjukkan jalan pintas untuk pergi dari sini.

Kau tenang saja tuan, tidak ada yang akan mengganggu perjalan kita, Octavia membantuku dan memberikan mantra pelindung diri untuk bisa masuk kesini.

Mendengar nama Octavia, seakan Erland tak suka, wajahnya kini berubah kesut, tatapan aneh membuat Bix paham kalau Erland tidak suka menyebut nama Octavia.

"Baiklah tuan ayo segera pergi dari sini, aku takut tak bisa menyelamatkanmu jika kita berlama lama ditempat ini."

Bix menjatuhkan tubuhnya seperti burung yang telah mati. Sekuat tenaga, Erland berusaha naik kepunggung Bix, dan pergi dari tempat itu.

Ditempat lain, Liliana mulai berjalan jalan disekitar arena pelatihan, dirinya merasa bosan jika hanya diam ditempat itu.

"Ada apa disana ?" Batinnya.

Meeeooong... Meeeooong...

"Sepertinya itu kucing."

Tidak sengaja ia mengejar seekor kucing yang bulunya sangat cantik, tiba tiba ada dihutan itu, karena waktu didunia manusia dia sangat suka dengan kucing.

Liliana terus berlari mengejar kucing itu entah sudah berapa jauh dia berlari hingga tak tahu arah jalan untuk pulang. Dengan mencoba menerka ia terus berjalan menelusuri hutan dan sampailah Liliana di depan sebuah tempat yang begitu indah di pandang mata.

"Dimana aku ? Tempat apa ini ?

Dan kucing itu kemana ?" Batinnya sambil berputar mengelilingi tempat itu.

"Sebentar lagi hari akan gelap, Bagaimana aku bisa kembali ke arena pelatihan ?"

Meeeong... Meeeong...

Liliana berusaha menangkap kucing kecil itu.

"Chuu... Chuu... chuu...

Hai kucing manis kemarilah." Saat ingin menangkapnya kucing itu terus melompat.

Sedang dari tempat lain Octavia sedang menyaksikan Liliana yang berhasil masuk perangkapnya.

"Hahaha...

Akhirnya aku berhasil membuat jebakan untukmu, sekarang kau tak akan bisa lari dariku anak manusia.

Erland tidak dapat membantumu karena saat ini dia sedang terluka parah."

Bix yang baru saja tiba di arena pelatihan bersama Erland yang tubuhnya sudah sangat kaku tidak melihat Liliana ada ditempat itu.

"Tuan putri ada dimana ?

Kenapa dia meninggalkan tempat ini ?

Apa terjadi sesuatu dengannya ?"

Bix mulai menerka nerka dimana Liliana saat ini."

Bix menurunkan Erland yang sudah tidak berdaya, ia sengaja mulai terbang meninggi untuk mencari keberadaan istri tuannya itu.

Tak ada jejak Liliana saat ini ada dimana.

Bix sangat sedih karena telah meninggalkan Liliana ditempat ini sendirian. Bagaimana jika Tuannya sadar dan mengetahui Liliana menghilang.

"Sepertinya Hari akan gelap."

Karena Erland harus ditolong dengan segera, sangat terpaksa Bix membawa Erland pulang ke istananya untuk mendapatkan pengobatan, jika tidak maka Erland tidak akan selamat. Mantra yang dipasang kegelapan ditubuhnya membuat Erland tidak akan bertahan lama...

Bagaimana dengan Liliana selanjutnya ?silahkan nantikan episode berikutnya Readers...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!