Entah dari mana asalnya anak panah timah itu membuat Liliana semakin histeris meratapi suaminya.
"Apa makhluk seperti kak Erland bisa mengalami kematian ?
Anehnya lagi, para pasukan Erland terus saja berlatih dengan gigih, tak menghiraukan pemimpin mereka yang sedang terluka.
Apa mungkin mereka memang tak melihat kejadian ini ?" Bathinnya.
Sedang Octavia yang terus saja mengamati Erland dan istrinya dari jauh, langsung terbang kesana melihat keadaan lelaki pujaan hatinya itu.
"Erland terkena anak panah timah yang sepertinya milik kerajaan lain." Ucap Octavia yang tiba tiba muncul membuat Liliana tersentak dan tangisnya seketika terhenti.
"A apa kak Erland, bisa ditolong ?"
"Tentu saja bisa, kami bukan manusia lemah sepertimu yang tidak bisa berbuat apa apa, kami punya kekuatan tenaga dalam ekstra yang membuat kami tidak akan mati secepatnya." Jawab Octavia dengan nada sombongnya.
"Ka-kau bisa menolong suamiku Octavia ?"
"Aku bisa membantunya tetapi kau pergilah dari sini jauh jauh, karena dirimulah hingga akhirnya Erland seperti ini, demi menolongmu kekuatanya hilang dan membuat tubuhnya melemah, karena kedatanganmu juga yang membuat Erland berubah." Cercah Octavia dengan nada geram, dia sengaja mengusir Liliana dari tempat itu.
"Tidak, aku tidak akan membiarkan manusia ini terus mengusai hati Erland. Bagaimanapun caranya aku harus membunuhnya."
Tatapan mata Octavia yang begitu tajam ketika bertatapan dengan Liliana, membuat ia menyadari jika kehadirannya disini membuat Octavia tidak merasa senang.
"Apa aku telah berbuat kesalahan sehingga Octavia seperti itu ?" Ucap Liliana dalam hati.
Liliana yang kini perasaannya sangatlah sakit, saat mendengar ucapan Octavia segera memilih untuk menjauh dari mereka, dalam hati ia berfikir.
"Apa benar yang dikatakan Octavia semuanya, apa karena aku kak Erland jadi seperti itu dan tidak bisa melindungi dirinya."
Embun kembali mengembang, berbulir perlahan, membasahi kedua belah pipi dan akhirnya jatuh merembes kesegala arah hingga Liliana tak kuasa menahan rasa sakit itu, hatinya begitu hancur berkeping. Sedalam itukah pengorbanan suaminya hingga ia tak tahu apa yang akan dilakukan.
Di tempat lain, sekuat tenaga dengan ilmunya, Octavia membantu menutupi luka Erland, hanya sekejab luka itu kembali tertutup, tidak ada perasaan sakit lagi, hanya meninggalkan bekas saja.
Akhirnya Erland membuka kedua bola matanya, namun yang dilihat kini bukan wajah istrinya.
"Se sejak kapan kamu ada disini Octavia ?" Tanya Erland terbata bata, dengan raut yang begitu sulit di artikan.
"Aku ada di sebelah, kudengar suaramu berteriak sangat jelas, hingga aku terbang kesini." Jawab Octavia bohong.
"Istriku ada dimana ? Kenapa dia tak ada disini ?"
"Hmm... Dia pergi begitu saja meninggalkanmu, untung saja aku datang tepat waktu, istri macam apa itu, yang tega meninggalkan suaminya saat sedang sakit." Ucapnya dengan nada jutek.
"Apa istriku pergi, itu tidak mungkin Octavia, apa kau sudah bicara sesuatu pada istriku sampai membuatnya pergi dari sini ?" Tanya Erland dengan penuh amarah.
"Erland, sudahlah. Biarkan saja, wanita seperti itu tidak pantas untukmu, dia akan membawa mala petaka untukmu." Teriak Octavia dengan murka.
Tak menghiraukan ucapan wanita didepannya ini, Erland memanggil nama istrinya. Setelah berkeliling, ia mendapati istrinya sedang berjalan di pinggir bebatuan, pesisir pantai yang begitu luas, terletak di belakang hutan yang agak jauh dari tempatnya berlatih.
"Kenapa istriku berjalan sampai disini, wilayah ini kan sangat jauh dari pelatihan. Apa mungkin Octavia sengaja mengelabuinya sampai kesini."
Liliana yang sedang menikmati pantai itu, menoleh pada lelaki yang berjalan ke arahnya. Sirat wajah yang sangat bahagia ketika melihat suaminya sudah sembuh.
Rasanya tak ingin kehilangannya, tak mampu ia membendung rasa bahagia itu, Liliana spontan memeluk suaminya.
Erland yang salah tingkah padanya, perasaan canggung ingin memeluk kembali.
"Hmmm... maaf kak, aku bahagia melihatmu sembuh."
"Semua ini berkat Octavia, dia membantuku. Aku mencarimu kemana mana istriku, ayo kita kembali kepelatihan, disana juga masih ada Octavia yang sudah dari tadi menunggu kita." Ajak Erland.
Sambil berjalan berdua, menikmati keindahan alam yang singkat itu, tidak sengaja Liliana melihat lengan Erland yang tadi terluka parah.
"Kak Erland, ada apa denganmu ? Kenapa lenganmu masih membiru seperti itu meski sudah diobati ?"
"Aku baik baik saja Liliana, kamu tahu kalau melatih pasukan itu harus terluka berkali kali, ribuan luka akan mampu menembus kulitku."
Entah dorongan dari mana, Liliana tiba tiba saja menangis sejadi jadinya.
"Hiks... Hiks... Hiks... Ak ak aku takuuut kak."
"Hahaha... Kenapa kamu menangis istriku. Aku ada didepanmu, kami bukan manusia sepertimu, luka kami akan secepatnya sembuh dengan kekuatan yang kami miliki."
Mendengar ucapan Erland barusan, seketika Liliana sadar kalau suaminya bukanlah manusia seperti dirinya.
Menurut saja Liliana tak mampu berucap lagi, ada rasa sedih atau kah rasa cemburu menghinggapi hati, ketika suaminya menyebut nama Octavia di hadapannya.
Liliana tersenyum melihat lelaki tampan yang jadi suaminya itu, tak menyangka kehidupannya akan seperti ini.
Jika menatap istrinya, Erland merasa sangat lucu dengan keunikan istrinya, ia susah menebak perasaannya, yang kadang terlihat sedih dan kadang terlihat bahagia.
Pohon pohon rindang menjulang tinggi ke atas, menutupi sela sela cahaya yang masuk ke permukaan tanah, jalanan yang sepi dan rasa dingin mulai masuk meraga sukma, membuat bulu kuduk merinding bagi siapa saja yang melewatinya.
"Kak Erland, apa perjalanannya masih sangat jauh kenapa kita belum juga sampai ?"
"Sebentar lagi kita akan sampai dek, ini sudah setengah perjalanan kita lewati."
"Haaa, sudah berjalan sejauh ini masih setengah perjalanan, disini juga seram, seperti suasana malam hari.
Waktu awal aku berjalan ketempat itu kenapa terasa begitu cepat ?" Ucap Liliana dalam hatinya yang tak berani bertanya.
"Kita akan tiba setelah pepohonan besar menutupi tempat ini, akan ada hamparan luas tempat dimana para prajuritku latihan."
Buuuuusss...Buuuuusss...
Angin tipis secepat kilat berhembus di samping telinga Liliana dan Erland.
"Apa itu kak, aku takut sekali."
Spontan Liliana meraih tangan suaminya, dadanya mulai berdebar, perasaannya kini tak karuan, entah apa yang baru saja melewati dirinya bersama Erland. Namun saat menatap Erland ia kebingungan karena Erland tetap diam saja tanpa ekspresi apa pun.
Buuuusss... Buuuusssss....
"Kak Erland aku takut, itu datang lagi dan semakin banyak kak." Ketakutan, Liliana bergidik ngeri.
"Kamu jangan takut itu adalah para prajuritku yang sedang berlomba datang kembali ke tempat pelatihan setekah beristirahat, karena mereka melihat kedatanganku yang sudah semakin dekat."
Sampai didepan arena pelatihan, Erland melihat wajah Octavia yang sudah sangat pucat, kedua suami istri itu mendekatinya.
"Terima kasih Octavia, kau menyembuhkan lukaku. Tetapi kau kenapa ? Ada apa denganmu ? Kau sepertinya sangat lemah dan wajahmu putih seperti kapas."
"Ak. aku... Me, mengobati lukamu dengan tenaga dalamku, dan se sepertinya panah itu bukan panah biasa Erland." Wajah Octavia mulai membiru, matanya semakin tertutup, mulutnya mulai mengeluarkan busa, dan diikuti banyak darah.
"Octavia kau kehabisan tenaga karena membantuku, Octavia sadarlah jangan tutup matamu."
Erland berusaha membangunkan Octavia, namun dia sudah sangat lemah, darahnya merembes kesegala arah, membuat Liliana terbelalak, gemetaran menahan rasa takutnya.
"Erland kembali berusaha menyempurnakan ilmunya dan membantu Octavia. Tetapi masih tetap tidak bisa disembuhkan.
Sesaat Erland kembali berfikir.
"Apa yang terjadi denganku ? kenapa ilmuku semakin melemah saja akhir akhir ini, waktu menolong Liliana aku juga belum berhasil, dan ini kedua kalinya aku tidak berhasil. Apa mungkin ada hubungannya dengan pernikahanku ?
Kaisar Oxados perna berkata, perlahan lahan kekuatanku akan pulih, namun tidak ada tanda sama sekali."
"Bi bisa kau bawah tubuhku menemui kaisar Luther ? Aku tidak sanggup lagi." Ucap Oktavia yang akhirnya pingsan dipangkuan Erland.
Liliana yang menyaksikan itu, menepis rasa sakit hatinya karena melihat Octavia yang tidak berdaya.
Kebingungan entah apa yang harus Erland lakukan lagi untuk menolong Octavia. Apa dia harus mengikuti permintaan terakhir itu ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Edelweis
suka dengan kata2 buss buss busss😀
2022-10-29
0