Erland terus berjalan melewati hutan belantara yang gelap dan sangatlah dingin. Hingga tidak terasa sampailah dia di sebuah perkampungan yang terlihat begitu banyak orang sedang berdagang, namun yang anehnya Erland melihat pakaian mereka yang tidak mirip dengan dirinya. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah.
Dalam hati ia bertanya.
"Dimana aku, kenapa pakaian mereka berbeda denganku ? Kenapa ada makhluk seperti ini ? Pakaian mereka adalah pakaian biasa layaknya manusia seperti istriku ? Setahuku di alamku tidak perna ada perdagangan ? Apa yang terjadi padaku, dan sebenarnya aku dimana ?"
Merasa risih, kini semua orang menatapnya aneh, dengan pakaiannya yang berwarna kuning keemasan membuat Erland menjadi pusat perhatian.
Tak disangka seseorang dari mereka berteriak dan menyembah.
"Dewa penoloooong... Dewa penolong telah datang, ayo bersujud."
Sekejab semua orang bersujud dihadapan Erland, sambil menyebut nama dewa penolong. Dengan raut wajah penuh kebingungan Erland tetap diam di tempat.
Dalam kebimbangan, sebuah bisikan begitu jelas terdengar, seperti sedang menuntunnya.
"Itu halusianasi yang akan membawamu terjebak selamanya jika kau terhanyut ucapan mereka, jangan dengarkan ucapan itu, berjalanlah terus sampai kau menemukan sebuah gerbang emas di antara hutan ini."
Bisikan itu berulang ulang terdengar olehnya, hingga Erland memutuskan terus berjalan, tanpa menatap wajah wajah penuh harap. Angin kencang semakin berderu membuatnya beberapa kali harus terhempas.
Hingga sampailah dia didepan gerbang emas sebagai tanda jalan masuk ke kota Tua.
"Apa ini jalan yang dimaksud dalam bisikan yang sangat terdengar jelas ditelingaku itu ?" Lirihnya.
Tidak jauh dari sana Erland melihat Kerajaan megah berwarna emas, yang masih ditutupi awan, lampu lampu kastil berwarna kuning memancarkan aurah kuning, menambah megahnya bangunan itu.
Para pengawal istana bersejajar rapi di halaman megah itu. Saat Erland masuk kesana seseorang menghampirinya.
"Hei tuan, apa yang kau lakukan di istana kami ? Kalau dilihat, kamu bukanlah penduduk dikerajaan sini, dan dari pakaianmu terlihat seperti orang yang berkedudukan tinggi."
Terbata bata Erland menjawab. "Ma maafkan kedatanganku yang telah mengganggu kalian, aku datang dari kerajaan tetangga, ingin bertemu dengan kaisar Oxados."
Bussssssss...
Secepat kilat pengawal didepannya menghilang begitu saja, dan pergi menyampaikan berita itu pada Oxados.
Kembali Erland dikejutkan kemunculan Kaisar Oxados yang tiba tiba sudah berada didepannya, memakai pakaian yang tidak beda jauh dengan yang dipakainya, didampingi para pengawal.
"Terima sembah sujud hamba kaisar, aku pangeran Erland dari kerajaan tetangga." Ucap Erland sambil bersujud.
"Bangunlah pangeran, ada keperluan apa hingga kau datang berkunjung ke istanaku."
"Maafkan kedatangku yang telah mengganggu anda kaisar, aku datang ingin meminta pertolongan darimu."
"Suatu kehormatan jika bisa membantumu, apa yang kau inginkan ?" jawab kaisar Oxados yang bijaksana.
Erland kemudian menceritakan keadaan dirinya dan istri manusianya itu kepada kaisar Oxados yang hanya bisa disembuhkan dengan air suci dari kerajaan milik Oxados. Dengan senang hati kaisar membantunya.
"Siapkan kereta emasku, aku akan pergi bersama pangeran Erland untuk mengambil air suci." Perintah kaisar Oxados pada para pengawalnya.
Setelah semuanya sudah disiapkan, keduanya terbang menyusuri kabut awan. Sampailah mereka di sungai yang begitu deras arusnya.
Begitu kagum Erland melihat sungai yang menurutnya sangat mistis itu, hingga rasa penasaran menyelimuti hati dan bertanya pada kaisar Oxados.
"Aku terpesona melihat keindahan yang terletak dibalik kerajaan anda kaisar."
"Yah itu namanya Batu Nobotak, atau bisa disebut Batu Bota. Karena bentuk batu, sungai mengalir yang diapit oleh dua buah batu itu sehingga kami memberi nama dengan sebutan itu.
Air suci yang kau maksud itu karena air terjunnya yang murni dan bersih, sehingga rakyat kami mengenalnya dengan Air terjun Malane, yang bisa melawan kegelapan. Dan sejatinya mahluk ciptaannya niscaya akan menang melawan kejahatan.
Sekarang mandilah dan celupkan badanmu, agar segala tipu daya kejahatan tidak akan membuatmu terbelenggu selamanya, tetapi satu hal perlu kau ingat pangeran, aku tidak menjanjikan kekuatanmu akan segera pulih tetapi dengan berlatih, semuanya akan kembali."
Erland kemudian mengikuti ucapan Oxados dan segera mencelupkan dirinya kesungai lalu mengambil sedikit air suci untuk diminumkan ke istrinya. Setelah puas ia naik kembali kepermukaan.
"Sudah saatnya, kau harus pulang. Aku melihat dengan mata batinku istrimu sedang diujung tanduk, dan seluruh penduduk dikerajaanmu telah mencium bau busuk yang menyengat itu."
"Terima kasih atas kebaikan hatimu kaisar Oxados, aku tidak akan melupakan jasa besarmu."
"Pergilah sekarang, dan aku menuntunmu dengan kereta kuda emasku agar kau cepat sampai disana."
"Bagaimana kau akan pulang keistanamu kaisar Oxados ?"
"Jangan pikirkan tentang aku, kau sadar ini adalah wilayahku Erland." Ucap Oxados dan pergi meninggalkan tempat itu.
Semakin memudar, kereta itu akhirnya menghilang dibalik kabut yang tebal.
Sampailah Erland di istana kebesarnnya. Saat melihat istrinya Liliana, sudah di asingkan dalam sebuah ruangan istana tertutup namun aneh, bau busuk masih menyeruak keseluruh penjuru istana.
Saat menatapi wajah yang sudah menghitam itu, disisa nafasnya yang terpenggal penggal, Erland hampir saja terlambat. Secepatnya Erland meneteskan air suci yang dibawahnya ke bibir istrinya, sungguh tak menduga bibirnya yang kering menghitam, kini berangsur angsur memerah kembali. Hingga akhirnya air suci itu tandas dimulut istrinya. Dalam sekejab istrinya sadar dan telah kembali seperti sedia kalah, masih belum percaya dengan semuanya Erland masih menatap wajah yang riang disertai senyuman itu.
"Perasaan seperti apa ini ? aku bahkan sangat bahagia ketika melihat istriku bangun kembali, aurah kecantikannya membuatku tak mampu menatap wajahnya begitu lama seakan menuntut aku ingin memeluknya saat ini, namun kutepis kembali perasaan itu."
"Kak Erland, kamu kenapa ada disini ? Apa yang terjadi denganku ?"
"Kau tidur begitu lama istriku, hingga aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu."
Dalam hati Liliana berucap. "Kak Erland khawatir padaku, apa dia mulai mencintaiku ?" Tanyanya.
Tak menjawab Erland hanya mengukir senyumnya, ia tau apa yang sedang difikirkan istrinya saat ini.
"Mungkinkah kami berdua memiliki perasaan yang sama ?"
Tak mau hanyut dalam lamunan, Erland terus menemani istrinya.
...***...
Besok harinya, Liliana bangun dari tidurnya. Ia masih mengenakan gaun berwarna kuning pemberian bibi Astrid, jika mengingat kembali rasanya dirinya rapuh atas perbuatan serakah paman dan bibinya itu akhirnya ia ada disini.
Seorang pelayan datang mendekati dan memberikan sebuah gaun baru yang terbuat dari tafetta, satin, sifon dan sutra. Gaun indah berwarna kuning bertaburan berlian putih dan kristal swarovski, benar benar indah. Rasanya seperti mimpi melihat gaun seindah itu.
"Nyonya itu pakaianmu yang akan kau kenakan hari ini.
Pergilah ke ruangan disebelah itu, bersihkan dirimu dan aku akan membantumu."
Karena memang sudah gerah dengan pakaian yang ia kenakan, Liliana langsung saja mengarah ke tempat dimana pelayan menunjuk tadi.
"Ini kamar mandi atau apa, semewah seperti ini, cermin terpajang dimana mana, kolam bak mandi penuh dengan bunga mawar, keramik dan batu marmer yang terpasang di lantai dan dinding serta lampu lampu yang sengaja dipasang mempercantik dekorasi ruangan." Liliana berguman sendiri.
Sudah sekitar dua jam ia belum juga selesai, hingga pelayan tadi mengetuk pintu kamar mandinya.
"Nyonya, nyonya, apa anda baik baik saja didalam ?"
"Eh, eh iya tunggu sebentar lagi juga selesai."
Liliana begegas menyelesaikan mandi dan mengeringkan rambutnya."
Keluar dari kamar mandi, Liliana dibantu pelayan mengenakan gaun indah itu dan berias diri. Kemudian ia di antar pelayan ketempat jamuan makan dimana Erland telah menunggunya.
Erland begitu terkesima melihat isterinya yang cantik. Seorang gadis bermata kecoklatan, rambutnya yang panjang, warna kulit kuningnya seakan menyatu dengan gaun yang ia kenakan.
Ada rasa risih Liliana ditatap seperti itu, lelaki yang kini telah sah menjadi suaminya. Tatapan mata tajam darinya membuat Liliana merasa malu.
"Ehmm... Kak Erland, kau sudah lama disini ?"
Liliana memberanikan diri bertanya, ia sengaja mengalihkan tatapan Erland.
"Iya, aku sudah lama menunggumu. Duduklah, kita makan bersama sama."
Bak seorang putri yang sedang menikmati hidangannya, Liliana dijamu dengan makanan makanan yang sama sekali belum perna dilihatnya, makanan yang begitu nikmat dilidah, ada Massaman Curry, Pizza, Sushi, Paking Duck, Hamburger, Penam Assam Laksa, Tom Yum Goong, Kebab, Rendang dan masih banyak lagi makanan istimewa dari berbagai negara lainnya, minuman berbagai rasa semuanya sudah tertata, seakan ada tamu besar yang menikmatinya. Masih ragu, sekilas Liliana menatap Erland hingga akhirnya tatapan mata itu bertemu.
"Makanlah, kau pasti laparkan ? Makanan disini semuanya bisa kau makan jadi jangan takut."
Wajah Liliana memerah karena bersitatap dengan lelaki tampan di depannya ini. Siapa yang tidak tergoda dengan ketampan Erland, lelaki yang berpostur tubuh ideal, memiliki bola mata berwarna biru, rambutnya yang pirang ke abu abuan dan warna kulit putihnya bak lelaki korea membuat banyak wanita bermimpi menjadi pendampingnya.
"Iya, terima kasih." Tanpa ragu lagi, Liliana makan dengan lahapnya.
Setelah selesai makan pelayan kembali membersihkan meja yang tertata makanan itu.
"Hari ini aku akan pergi melatih pasukanku, kau tidak apa kan kalau kutinggal ? jika kau ikut resikonya sangat besar."
"Ia kak Erland, aku tidak apa jika kau tinggal."
"Bersantailah di istanaku, para pelayan akan selalu menemanimu dan memberikan apa yang kau butuhkan, aku tidak akan lama."
Tap !Tap !Tap!
Suara langkah kaki Erland beserta pegawal mulai terdengar menjauh dari istana. Liliana menatap sendu kepergian suaminya.
Tiga hari sudah Erland belum juga kembali, Liliana semakin gelisah, setiap malam ia terus saja memimpikan hal hal aneh padahal waktu di dunia dia tidak pernah bermimpi buruk seperti ini.
Ada perasaan aneh yang muncul begitu saja dihatinya, ia mulai merindukan Erland suaminya. Hingga Liliana memaksa Bix untuk mengantarkannya terbang ketempat suaminya berlatih.
Ditempat lain Erland semakin gigih membuat strategi perang bersama anak buahnya. Semua ini ia persiapkan jika suatu saat kaisar kegelapan mengetahui istrinya, maka ia sudah menyiapkan semuanya. Bala tentaranya dilatih tanpa belas kasih.
"Aaaakkh...." Tiba tiba Erland berteriak dan jatuh tersungkur ketanah.
Tepat di waktu yang sama Liliana baru tiba ditempat itu. Satu buah anak panah timah meleset mengenai lengan Erland.
"Hiks... Hiks... Hiks...
Kak Erland banguuun kak, jangan tinggalkan aku seorang diri disini kak, ayo banguuun..." Teriak Liliana saat melihat suaminya yang sudah berlumuran darah
Bersambung...!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Harniah Harny
aku mampir ya, cerita bagus. bacanya nyicil dulu ya.
2022-11-08
0