Dari kejauhan disisi lain goa terdengar suara seram seekor burung. Seperti seekor Elang, ingin menerkam mangsa di depannya.
Kuku panjang yang hitam mengarah kesemua orang, taringnya yang besar, mencuat di antara moncongnya memperlihatkan betapa ganas dan seramnya Elang monster itu.
"Apa...! hanya seekor burung monster." Fikir Liliana.
"Tidaaak, aku tidak mau."
Liliana mulai murka, saat melihat Dukun Maacik menyembah Elang monster itu. Taburan bunga dimana mana, Maacik mulai menata wejangan untuk ritualnya.
"Apa yang kalian lakukan padaku paman, bibi ?
Ini bukan pesta, ini sebuah ritual bodoh."
"Kalian sangat jahat padaku paman, bibi. kalian sudah menipuku, aku tak sudi menikah dengan seekor burung monster itu." Sambil mengeluarkan air mata Liliana berteriak dengan keras.
Tidak bersuara, paman dan bibi hanya menatap geram ponakan mereka itu.
Dukun Maacik coba mendekat. "Diamlah ndok kalau masih ingin kau hidup, kalau tidak mau seumur hidupmu kau akan bernasib sial.
Bukannya berhenti, semakin menjadi. Gadis itu mengobrak abrik seluruh wejangan, tak ada yang tersisa, lalu ia berlari kearah sebuah patung batu dan mencabut pedangnya.
"Kamulah yang diam nenek tua, aku tak takut padamu."
Saat Liliana melemparkan pedangnya tepat mengenai sayap burung gagak.
Pak pak pak...
Burung monster itu bersimbah darah sambil mengepakkan sayapnya. Dukun wanita semakin ketakutan, roh jahat akan mengutuk perbuatan mereka, dengan terpaksa Maacik memutuskan ingin menangkap dan mengikatnya.
Tiba tiba, sebuah giok kuning di leher Liliana memancarkan silau kuningnya, hingga menerangi seisi goa, membuat siapapun yang menatapnya hanya diam di tempat karena tidak bisa menangkap dan melihatnya karena silau batu giok kuning itu.
Dari kejauhan di dalam goa, bunyi gong besar mulai terdengar. Goa seakan gempa, semua lilin telah mati tidak ada penerangan. Sebuah kabut asap putih masuk ke dalam goa. Lilin kembali menyala. Liliana tersentak saat pemuda tampan berjubah kuning berdiri di depannya tetapi aurah kegelapan sangat jelas diwajahnya.
"Siapa yang sudah berani mengacaukan ritualku."
Melihat kedatangan malaikat tampan didepannya, Liliana diam saja. Tak ada yang spesial. Dukun Maacik bersujud di depannya, orang orang berpakaian hitam itu ikut bersujud, termasuk paman dan bibinya. Lain halnya dengan Liliana.
Dengan sisa tenaga yang dimilikinya Liliana berlari sekencang kencangnya. Namun nihil, ia tetap kembali sedia kala di tempat semula ia berdiri.
Ha... Ha... Ha...
Suara tawa kembali terdengar mengisi goa.
"Hei Nona, kau gadis yang tangguh. Aku mengagumimu. "
Maacik... kau yang membangunkan alam tidurku ?"
Ketakutan sambil gemetaran dukun tua itu terus saja besujud tak ingin memperlihatkan wajahnya. Dengan langkah kaki berat, Maacik pun berdiri dan berjalan ke lelaki berjubah didepannya. Ia lalu membisikkan sesuatu ditelinga lelaki itu, dan kembali bersujud.
"Aku berterimah kasih kalian membawa wanita ini, aku sangat tertarik.
Apa kalian yang datang membawakan calon pengantin untukku ?"
Terbata bata paman Alton berucap. " Iya, Ka. Ka. Kami Tuan."
"Kemarilah kalian !" Lelaki tampan berjubah kuning itu melempar sekantong dan sekarung uang dihadapan paman dan bibi.
Di satu sisi Liliana melihat kebahagian paman dan bibinya ketika mendapat apa yang mereka inginkan. Hati gadis itu hancur, rasa putus asa mulai dirasakan, tangan dan kakinya mulai bergetar, air mata jatuh bercucuran.
Menjadi anak yatim piatu, baginya memang sangat berat, andai saja orang tuanya masih hidup, mungkin ini tidak akan terjadi. Hanya sebuah kalung giok berwarna kuning satu satu peninggalan ibu yang dimilikinya. Selama hidup dia sudah dibesarkan dengan penuh penderitaan dan penyiksaan.
Seketika Liliana jatuh tersimpuh, dan berlutut di depan Pria tampan berjubah kuning itu. Entah kehidupan seperti apa yang akan dijalaninya setelah pernikahannya nanti.
"Sebelum matahari terbit nanti, kalian semua pulanglah, atau kalian tidak akan pernah kembali lagi." Mendengar ucapan pria tampan berjubah, semuanya bergegas pergi. Maacik dan para pengikutnya juga pergi dari goa. Hanya tersisa Liliana dan pemuda itu disana.
"Tunggu...
Kalian tidak boleh datang lagi, yang kuberikan itu tidak akan perna habis tujuh turunan dan ingat, jangan perna menceritakan kejadian ini pada siapapun. Jika suatu saat kalian melanggar maka seluruh harta kekayaanmu akan habis dengan sendirinya, kalian akan kembali miskin. Biarlah rahasia ini menjadi bagian dari cerita di goa ini."
Saat Alton, Astrid, Maacik keluar dari goa dan para pengikutnya, tanah yang mereka pijak bergetar hebat, semuanya berlari menyelamatkan diri. Goa itu lenyap seketika dihadapan mata mereka.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Tampan_Berani
Sinting Paman sama Bibinya ☹️
2022-10-29
0
Edelweis
aku suka karya mu thor, tapi malam ini dag bisa nerusin bacanya. ngeri mana hari jumat pula.
2022-10-28
1