Angin berhembus sepoi-sepoi diawal pagi di hari Senin bulan Januari ini. Tito bersiap memulai harinya dengan perasaan yang datar seperti biasanya.
Matanya terus melirik jam Rolex KW berwarna keemasan yang ada dipergelangan tangan kirinya.
Ia cemas, karena hari ini ia terlambat bangun pagi setelah semalam mabar FF bersama teman-teman onlinenya.
Itulah Tito, meski kehidupan nyatanya nyaris sunyi senyap tanpa suara. Tapi ada sedikit kebahagiaan mengisi ruang hatinya setelah ia mengenal game online yang sedang booming diseluruh dunia ini. Membuatnya bisa bertemu banyak orang yang akhirnya menjadi kawan onlinenya dalam sebuah grup permainan.
Tapi konsekuensinya, ia jadi sering terlambat tidur dan bangun pagi kesiangan akibat mabarnya yang suka lupa waktu saking asyiknya permainan mereka.
Lampu merah dipersimpangan menyala, dan lampu hijau untuk pejalan kaki yang hendak menyebrang zebra cross di depan jalan menuju tempat Tito bekerja di pusat ibukota. Tito pun mengayunkan langkahnya segera setengah berlari menyusuri jalan raya penyebrangan itu agar segera tiba ditempat kerjanya.
Duaaarrrrrr.....
Suara petir tiba-tiba menggelegar. Membuat hampir semua orang yang lalu lalang dizebra cross berjalan lebih cepat hampir setengah berlari agak kaget sedikit ketakutan.
Tito terengah-engah berlari kearah pintu masuk tempatnya bekerja ditengah kota yang disekelilingi perkantoran dan mall pasarraya.
Nyaris tubuhnya kebasahan karena hujan mengguyur tiba-tiba padahal cuaca pagi terlihat cerah membuatnya tidak bisa memprediksi prakiraannya.
Tito masuk keruang ganti. Mencopot t-shirt yang dikenakan berganti dengan kemeja batik seragamnya bekerja di klinik akupuntur itu.
Pagi ini pasien terdaftar ada 5 orang saja. Semakin hari pelanggan koko Chandra semakin berkurang menyusut.
Ada kemungkinan mereka telah sembuh dan menghentikan pengobatannya, ada kemungkinan mereka lari ke pengobatan alternatif lainnya. Itulah namanya pasien. Agak mirip dengan netizen, pikir Tito ketika badmood.
Koko Chandra belum menampakkan batang hidungnya. Tapi kata Rasyid, teman seangkatannya yang seorang cleaning servie mengatakan kalau koko sejak satu jam lalu telah datang dan masuk ruangan khusus pasien namun belum keluar kembali.
Akhirnya Tito memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu ruangan pelan. Berusaha memanggil nama koko Chandra, dan mengulang ketuk sekali lagi. Bahkan kali ini ia mengetuk dengan tenaga lebih besar sehingga menghasilkan suara yang lebih keras.
Tok tok tok
Tapi hasilnya, nihil. Tak terdengar suara jawabannya dari dalam.
Tito kembali mengetuk pintu. Didekatkannya daun telinganya agak menempel pintu. Tapi masih tak terdengar jawaban.
Tok tok tok
"Koko, Koko Chandra? Aku masuk kedalam ya?"
Tito membuka gagang pintu. Tapi terkunci dari dalam. Membuatnya sedikit termangu, karena tidak seperti biasanya, koko Chandra yang seorang akupuntur berusia 37 tahunan itu mengunci pintu ruangan dari dalam meskipun sedang ada pasien di dalam. Apalagi ini, dipagi hari dan belum ada pasien yang datang.
Semakin besar rasa penasaran Tito.
Akhirnya ia berinisiatif memanggil Rasyid untuk membukakan pintu dengan kunci serep yang memang ada pada pemuda yang usianya 3 tahun lebih muda darinya itu.
"Aneh! Aku juga ga tau kenapa Koko mengunci pintu dari dalam. Sejak Koko masuk, sampe sekarang... ga ada tanda-tanda yang mencurigakan!" kata Rasyid membuat Tito semakin tenggelam dalam diam.
Pintu pun terbuka setelah mereka membuka dengan anak kunci yang ada.
....................
"Koko Chandra!!!!!!!!"
"Koko!!!!"
Tito dan Rasyid berteriak berbarengan. Koko Chandra tertelungkup dilantai dengan darah bersimbah disekujur badan.
Membuat keduanya tak berani menyentuh tubuh atasannya itu, pemilik dan sinshe akupuntur yang terkenal yaitu Chandra Salim.
Polisi berdatangan setelah Tito menelpon 110. Mereka meminta Tito dan Rasyid menjadi saksi atas kematian Koko Chandra Salim.
Nyaris 4 jam dengan berbagai pertanyaan intel polisi yang diulang-ulang guna mencari keterangan.
Apakah koko Chandra dirampok?
Apakah ia dibunuh seseorang?
Siapakah orang yang sangat ingin mengambil nyawa atasannya itu?
Tito dan Rasyid sama sekali tidak menemukan jawaban dari semua itu. Karena mereka berdua memang tak tahu apa-apa dan tak punya alibi apalagi dasar kuat untuk melakukan tindak kejahatan menghilangkan nyawa orang terutama nyawa koko Chandra, atasan mereka yang cukup baik mereka kenal.
Suasana klinik akupuntur terasa ramai tapi dingin. Aura-aura negatif dari adanya kasus kematian koko Chandra masih samar-samar.
Tidak ada luka bacok ataupun luka senjata tajam yang ada ditubuh koko. Begitu ahli forensik mengatakan. Tapi banyak darah keluar dari hidung dan mulut jasad koko Chandra. Membuat polisi melakukan autopsi pada mayat koko setelah pihak keluarganya menyetujuinya.
Ada apa dengan koko Chandra? Mengapa dihari senin naas ini ia harus mengalami takdir yang tragis?...
Ataukah ia memang tengah sakit dan menyembunyikan penyakitnya dari keluarganya hingga malaikat maut menjemputnya tanpa aba-aba?
Tiada yang tahu. Begitupun Tito. Yang sangat tidak percaya pada kejadian ini.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Ra dhiraemon
lanjut
2022-12-16
0
я𝓮𝒾𝓷A↠ͣ ⷦ ͣ𝓭𝓲𝓪𝓷✿
kopi buat chandra
2022-10-28
0
Esther
ih sudah emas .. keren baby ... semangat ya .
2022-10-10
2