Kemarin Mutia dan Darto sudah memberinya berkas mengenai keseluruhan keluarga Ahkam.
Soraya Ahkam dan Rowan Ahkam. Dia anak Argantana dari istri pertamanya yang mati sepuluh tahun yang lalu.
Jika Argantana menggantikan Suryanata kelak, maka Rowan Ahkam adalah suksesor utama alias ahli waris nomor satu.
Emilia untuk sekarang akan menandainya saja.
"Ada cukup banyak orang di rumah ini dan kurasa akan merepotkan nantinya." Samuel mendorong pintu kamar terbuka namun tidak masuk. "Istirahatlah di sini. Kamarku tepat di sebelahmu, jadi jangan terlalu khawatir. Kunci pintunya untuk kenyamanan kamu."
Emilia masuk tanpa banyak bicara. Memang tanpa disuruh ia akan mengunci pintu.
Setelah itu, bukan meletakkan tasnya, Emilia berjalan mengelilinya ruangan.
Diperiksa setiap sudut hingga laci dan bawah tempat tidur untuk menemukan apakah ada alat pengawas, kamera tersembunyi, penyadap suara, atau apa pun itu.
Ternyata ada. Di bawah tempat tidur, Emilia tidak pernah melihat langsung namun bisa mengenali bahwa itu sensor gerak.
Alat pengawas yang lebih sederhana dari penyadap suara. Tidak mengirim suara, namun bereaksi terhadap gerakan dalam frekuensi tertentu.
Sesuai dugaan dari bos organisasi dunia bawah.
Emilia tidak menemukan apa pun selain itu.
Jadi tanpa menahan diri lagi, ia menjatuhkan diri ke lantai. Napasnya berembus tak beraturan, sesak dan lemah sampai-sampai ingin menangis.
Jika bukan karena Mahesa, Emilia sungguh tidak akan melakukan hal semacam ini.
Aku lapar.
Emilia mengerjap lelah. Menatap langit-langit kamar luas yang tidak pernah ia lihat bahkan di kediaman orang terkaya di desa.
Mereka semua sudah menikmati hidup yang nampak seperti surga.
Kamar luas yang bahkan bisa dijadikan tempat bermain futsal, pendingin ruangan untuk menghindari panasnya matahari, bahkan lantai sejuk yang sudah cukup meredam haus saking sejuknya.
Aku tidak iri pada mereka. Emilia berbaring menyamping hingga pipinya menempeli lantai keramik. Aku tidak peduli pada mereka.
Namun sebuah percakapan masa lalu membuat Emilia merasa sangat buruk.
"Pemenang yang merebut segalanya." Mahesa Mahardika mengatakan itu saat Emilia selesai mengerjakan tes berat. "Emil, kamu ingin jadi pemenang atau pecundang?"
"Tentu saja pemenang. Kenapa Senior bertanya?"
"Pemenang tidak suka berpuas diri pada sesuatu."
"Aku tidak pernah puas pada kemenanganku."
"Tapi bagaimana jika seseorang menikmati kemenangan yang seharusnya bisa jadi kemenanganmu? Apa menurutmu itu berarti kamu pecundang?"
"Ya. Aku tidak akan membiarkannya."
Aku membiarkannya. Emilia mengatur napas baik-baik. Aku membiarkan mereka hidup lebih nyaman dariku dan aku berpikir aku pemenang.
Mungkinkah Mahesa menyuruhnya datang ke sini untuk balas dendam?
Tapi ... tidak ada dendam di hati Emilia untuk orang yang bahkan tidak ingin ia lihat.
*
"Sam!"
Samuel baru saja turun setelah mandi dan tentu saja beristirahat. Rambutnya masih basah meneteskan air ketika Nina Hernia, 'sahabat' sekaligus rekan kerjanya di dunia hiburan, datang menghambur pelukan.
Tidak heran memang. Samuel menghilang tanpa kabar selama beberapa hari dan Nina pasti akan selalu memerhatikan detail kecil kehidupan Samuel, mengingat ia tidak punya asisten.
Samuel melewatkan beberapa janji tampil setelah mendapat DP, jadi Nina mungkin mengalami kesulitan karena itu.
"Kamu dari mana saja, demi Tuhan! Aku mencarimu sampai ke lubang cacing, kamu tahu?!"
Samuel menepuk-nepuk punggung Nina. "Maaf. Aku pergi menemui teman lamaku dan lupa memberi kabar."
"Ponselmu tidak bisa dihubungi."
"Ya, itu ... jatuh."
Nina memicing curiga. "Sam?"
"Aku tidak berbohong. Temanku meninggal dan ponselku jatuh. Daripada itu, Nina, sampaikan permintaan maafku dan kompensasi. Aku untuk sementara ingin beristirahat saja."
Samuel melepaskan Nina dari pelukannya. Dan tentu saja gadis itu mengikut.
"Hei, Sam. Apa sesuatu terjadi? Kamu baik-baik saja?"
Tentu saja. Karena Samuel tidak benar-benar punya teman, apalagi punya hati untuk bersedih atas kematian temannya.
Namun ia sengaja memperlihatkan itu pada Nina agar mau tidak mau dia sedikit percaya.
Mungkin Nina akan tetap curiga ada sesuatu yang ia sembunyikan. Meski tidak menganggap dia sebagai teman, Nina adalah salah satu orang dalam hidup Samuel yang tahu 'sedikit' mengenai Samuel.
Dia tahu Samuel anak haram.
Dia tahu Samuel dan Argantana berseteru di belakang layar.
Dan dia tahu Samuel berulang kali berusaha dibunuh.
"Ohya, Sam. Kudengar kamu membawa seseorang. Siapa dia?"
"Adik temanku."
Sebentar lagi Argantana akan mencari tahu mengenai Ema dan akan tahu bahwa Samuel berbohong.
Tapi, Argantana tidak akan repot-repot meluruskan karena yang lebih penting adalah Ema memiliki apa untuk Samuel?
Kemungkinan dia akan membunuhnya. Tentu saja, Samuel tidak bermaksud membiarkan dia.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Wooaa Hebat Emila,Sekali datang aja udah tau sekitarnya 👏👏👏👍👍👍
2025-01-26
0