“Nona Elina. Anda kembali.” Seorang pelayan tua membungkuk dan membukakan pintu untuk Elina.
Melihat orang di depannya berlaku sangat sopan dan seperti di kehidupan masa lalunya, tiba-tiba Elina merasa nyaman dan tidak panik lagi. Elina memandang orang setengah baya yang diperkirakan sebagai kepala pelayan itu, diapun bertanya, “Paman siapa namaku?”
“Maaf?” Mata keriput orang yang ditanyai itu membulat sempurna. Dia merasa terkejut dan merasa aneh dengan pertanyaan nona mudanya
yang tidak wajar.
“Siapa namaku?” tanya Elina lagi yang disambut dengan tatapan penuh tanda tanya dari butler.
“Siapa nama Anda?” tanya butler memastikan pendengarannya belum rusak dan masih normal.
Butler atau biasa disapa Paman Sam itu awalnya
ragu-ragu menjawab, namun dia pikir nona mudanya sedang bermain sebuah permainan yang tidak dia ketahui dan diapun menjawab sesuai dengan pertanyaan Elina.
“Nama saya adalah Sam dan nama Nona Adalah Elina Maharani. Kalau boleh tahu, kenapa Nona menanyakan hal ini?”
Elina tersenyum kikuk, “Hehe … tidak, aku hanya sedang bermain saja. Hanya iseng.” Tidak mungkin kan dia menjawab ‘Oh! Aku lupa siapa
diriku dan aku tidak mengenal kalian semua’ kalau Elina berani menjawab demikian, bisa dipastikan dia akan dikira dirasuki mahluk asing dan membuat seisi rumah gempar walaupun bagian ‘dirasuki jiwa lain’ adalah benar adanya.
Tapi tidak mungkin Elina membeberkan hal itu.
Elina menghela napas lega. Setidaknya dia masih menjadi Elina Maharani.
“Tolong ambilkan aku cermin,” titah Elina. Dia memang sudah biasa apapun itu selalu dilayani dan kebiasaan itu akan sangat sulit untuk
dihilangkan. Meski hanya untuk mengambil cermin dia terbiasa memerintah. Dia bisa saja pergi ke kamar langsung dan melihat dirinya di cermin kamar. Tapi dia malas! Terlalu malas untuk berjalan ke kamar yang bahkan dia lupa, tidak, lebih tepatnya dia tidak tahu di mana letak kamarnya. Ya, dia tidak memiliki ingatan dari pemilik aslinya, atau belum? Entahlah.
Segera Paman Sam menyerahkan cermin kecil dengan tatapan menyelidik. Ada apa dengan nona muda yang sehari semalam tidak pulang ini.
Kenapa tingkahnya aneh. Apalagi dengan penampilan yang tidak biasa, hanya menggunakan kemeja kebesaran. Pikir Paman Sam. Meski begitu, dia masih setia berdiri di depan pintu. Mereka bahkan belum sampai di ruang tamu dan masih berdiri di depan pintu masuk. Hanya melangkah beberapa meter jauhnya dari pintu masuk.
Elina menutup matanya sebelum melihat ke cermin, jujur saja dia sedikit takut saat melihat wajahnya nanti. Dia takut itu akan berubah wajah.
Elina pelan-pelan membuka matanya. Dia mengintip kecil dan “Haah!”
Helaan napas lega Elina membuat Paman Sam kembali mengeryitkan dahinya.
Elina merasa sangat senang saat ini. Dia tidak memperhatikan wajah Paman Sam yang sedari tadi mengamati di samping dengan wajah yang
terdistorsi. Dia tidak memiliki waktu untuk mengkhawatirkan orang lain. Dia sendiri sudah memiliki kekhawatirannya, oke!
Kalau bukan karena ajaran elegan dan anggun yang sudah Elina kuasai dia pasti sudah lama berteriak kegirangan.
Ini wajahnya!
Wajah aslinya dan tidak berubah sama sekali. Dia bersyukur karena masih memiliki wajah yang dulu dia rawat dengan sangat hati-hati setiap
minggunya. Akan menghancurkan hatinya jika dia masuk ke tubuh orang lain dan berganti wajah. Setidaknya ini masih wajah putih mulus tanpa komedo apalagi jerawat. Mulus dan glowing. Itu adalah poin kunci dari rasa kekhawaritannya sedari tadi. Hehe terdengar cukup remeh tapi itu adalah masalah besar bagi Elina. Bagaimana jika dia masuk ke tubuh yang penampilannya buruk?
Elina pasti akan sakit hati.
Dengan anggun, Elina mengembalikan cermin itu pada Paman Sam.
“Terima kasih.” Dia tidak lupa ajaran di kelas etiket untuk selalu berkata maaf, tolong dan terima kasih. Dia masih menerapkan itu. Bahkan akan sulit untuk menghilangkan kebiasaan baik ini. Dan dia tidak berniat untuk mengubah kebiasaannya di dunia novel ini. Itu hanya asumsi sementara Elina. Dia berpikir kalau dia pasti sudah bertransmigrasi, tapi ke mana dia
bertransmigrasi? Itu adalah pertanyaan yang membuat Elina merasa khawatir luar biasa. Tiba-tiba dia merasa takut dan memiliki firasat yang buruk.
“Paman, tolong antar aku ke kamarku. Aku sedikit pusing. Tidak! Biarkan pelayan wanita itu menuntunku.” Elina berpura-pura terlihat lemah dan menyentuh pelipisnya merasa pusing. Untuk menyempurnakan aktingnya, dia bahkan berpura-pura merasa lemas dan bersandar dengan hanya berpegangan pada tangan Paman Sam yang sengaja ia raih.
“Nona! Ada apa denganmu,” kata Paman Sam sangat mengkhawatirkan Elina. “Cepat papah nona ke kamarnya dan panggilkan dokter
keluarga!”
Elina gugup dan panik saat mendengar akan dipanggilkan dokter keluarga. Dia hanya berpura-pura sakit oke! Tidak mungkin dia akan
membongkar kebohongannya sendiri dengan membiarkan Paman Sam memanggil dokter.
“Tidak! Tidak perlu. Aku hanya kurang air gula dan aku tidak apa-apa. Tolong buatkan aku air madu atau air apapun itu untukku minum. Sekarang tolong bantu aku ke kamar.”
“Baik.”
Dua pelayan wanita membantu Elina dengan memapah tubuhnya di kanan dan kiri mengapit Elina. Dia pun bekerja sama berpura-pura tidak memiliki tenaga bahkan untuk berjalan pun harus sangat pelan.
“Ada apa? Apa yang terjadi denganmu? Apa kamu tidak pulang ke rumah semalaman karena menguntit Arka lagi?”
Langkah Elina terhenti saat di tangga dia bertemu dengan seorang pria.
Itu adalah kakaknya!
Benar! Dia tidak mungkin salah mengenali kakaknya sendiri. Apakah semua keluarganya ikut bertransmigrasi ke sini? Untuk sesaat Elina lupa
untuk merespon karena rasa kaget yang disertai rasa bahagia karena bertemu dengan orang yang dikenalnya. Setidaknya dia mengenal wajah kakaknya.
“Tidak! Aku hanya bermain dan lupa waktu,” jawab Elina.
“Ck!” cibir Neo yang langsung berjalan melewati Elina dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
“Kamu selamat karena ayah dan ibu tidak dirumah semalam. Coba saja lain kali tidak pulang, kamu pasti akan habis dimarahi ibu dan ayah.”
“Huh!” dengus Elina tidak ambil pusing dan kembali berjalan menaiki tangga dan menuju ke kamarnya.
Tapi tunggu sebentar! Sepertinya ada yang salah. Apa yang kakaknya tanyakan tadi? Arka?
“Kakak!” teriak Elina dari ujung tangga terakhir. Dia berteriak sekuat tenaga dan melupakan aktingnya yang berpura-pura lemah dan tidak bertenaga tadi.
“Uhuk, Uhuk.” Neo terbatuk saat mendengar suara teriakan Elina yang sangat keras.
“Apa?!” kesal Neo.
“Apa maksudmu Arka Giandra?”
“Apa? Memangnya ada Arka yang lain? Sudah kubilang berhenti menguntit Arka. Tapi kamu tidak mendengarkan dan terus saja membuat masalah!”
“Sialan!”
“Apa?! Siapa yang sialan?”
“Tidak!”
Ya, komunikasi dengan jarak jauh dan suara keras itu diakhiri dengan Elina yang berjalan linglung dan tidak bertenaga ke kamarnya. Kali ini bukan acting, tapi beneran seluruh tenaganya seolah tersedot habis saat mendengar nama Arka.
“Mati aku!” Elina merosot dan duduk di kasur super empuk. Dia bahkan lupa untuk meneliti kamarnya karena pikirannya dipenuhi oleh Arka.
Sekarang dia paham dia masuk ke dalam novel mana. Dan dia merasa sangat frustasi setengah mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
suharty thy
kenapa harus pakek kata batuk2 kenapa nggak uhukkk uhukkk aja kan itu menandakan orang lagi batuk, kalau pakek kata batuk2 aku hayalnya bukan orang yg batuk malah kayak orang lagi manggil nama temennya 😌 jadi agak aneh aja sih bacanya pas lagi menghayati ceritanya ehh tiba2 aja jadi aneh cuman karena 2 kata batuk2 🙏🙏
2022-10-09
3
Leo Nil
klo baca nama Elina jadi keinget Elina mariposa. taukan yg Barbie di RCTI itu heheh
2022-09-28
2