Author Pov:
Hai para pembaca tersayang!
Sebelum lanjut, aku ada pertanyaan nih buat kalian. Hitung-hitung melatih ingatan agar tidak mudah lupa, cukup authornya aja yang pelupa, kalian jangan sampai pelupa ya hehehe.
Sesuai judul dari novel ini, tentunya sudah bisa kalian tebak alurnya akan bagaimana, kan? Yups, alurnya tentu akan membuat Adinda terus meraih kemenangan di setiap hal yang mana tujuannya adalah untuk mengubah takdir Larina. Tapi apakah kalian sadar bahwa ada beberapa episode yang isinya adalah Adinda gagal. Pertanyaanku, kenapa aku membuat Adinda gagal padahal harusnya aku terus membuat Adinda terus sukses? Ada yang tau jawabannya? Jawab di kolom komentar dalam paragraf ini ya😍
🍀🍀🍀
Melihat sekolah mereka sudah dekat, Doni menghentikan langkahnya, Larina ikut berhenti juga.
"Jangan berjalan denganku," ucap Doni lalu melanjutkan langkahnya.
Larina hanya mengendikkan bahu dan berjalan di belakang Doni. Sesampainya di kelas, Larina langsung duduk sambil membaca buku barunya yang ia beli kemarin lusa.
"Larina," panggil Safina.
Larina menoleh ke arah sumber suara, Safina berdiri di samping bangku Larina.
"Ada apa?" tanya Larina.
"Ikut aku sebentar, ada hal yang harus kita bicarakan."
"Penting kah?"
"Sangat."
Larina diam sebentar.
"Oke," Larina setuju, ia memasukkan bukunya ke dalam laci meja kemudian ia berdiri.
"Ikuti aku,"
Larina tidak menjawab tapi ia mengikuti langkah Safina.
"Ke toilet?" tanya Larina, ia menghentikan langkahnya di depan pintu toilet sekolah.
"Iya. Pintu menuju atap sekolah sedang diperbaiki."
"Oh."
Safina masuk ke toilet dan di ikuti Larina. Larina tidak terkejut sama sekali saat melihat para geng perempuan yang merupakan para pelaku bullying terhadap dirinya dan juga ada Bella.
"Halo," sapa Lala
"Ada yang lagi bahagia nih setelah dapat juara, kemudian ia bertingkah songong." timpal Nana.
"Heeemmmm, kalian itu tidak ada kegiatan lain selain nongkrong di toilet?" Larina menahan tawa.
"Jaga mulutmu, ya!" Safina menutup pintu toilet dan menguncinya dari dalam.
"Ada urusan apa denganku??" tanya Larina dengan malas.
Lala dan Nana segera memegangi kedua tangan Larina, Larina mengernyitkan dahi karena sedikit bingung.
Larina ditarik dan dipepetkan ke tembok. Bella yang sedari tadi diam akhirnya mengangkat pandangannya dan melangkah pelan ke hadapan Larina.
"Apakah kau terkejut melihatku ada disini?" tanya Bella pada Larina.
"Untuk apa aku terkejut? Bukankah dari awal sudah ku katakan padamu untuk tidak lagi berpura-pura?."
Bella menghela nafas kasar.
"Kau fikir aku tidak tau siapa ketua dari kelompok tidak berfaedah ini?" Larina tersenyum mengejek.
"Apa maksudmu?" tanya Bella.
"Huufft, masih mau bersandiwara?" Larina bertanya balik.
Larina sama sekali tidak berontak padahal Lala dan Nana sudah berjaga-jaga jika Larina berontak.
"Aku sudah bersikap baik selama ini padamu, tapi kau malah bersikap sombong. Heh," Bella menyunggingkan bibir.
"Ya bagaimana, ya? Soalnya aku tidak suka bersandiwara seperti yang sok baik hanya untuk terlihat baik di depan padahal semua yang dilakukan anak buahmu terhadapku adalah ide-idemu,"
Bella menyipitkan mata,
"Masih tidak faham? Kau tidak perlu menyembunyikan identitasmu selaku ketua dari kelompok tidak berfaedah ini, Bella. Apa yang dilakukan mereka terhadapku, itu semua idemu. Kau mendekatiku dan bersikap seolah-olah kau ingin berteman denganku, itu hanya kedokmu saja. Kau merasa puas saat aku menangis karena ulahmu,"
"Kau itu pura-pura baik untuk menarik perhatian laki-laki yang bernama Doni, kan?" Bisik Larina.
"Jadi kau?!" Bella tidak menyangka.
"Betul! Aku sudah tau, loh. Wah bagaimana nih? Tidak jadi suprise deh, hahahah." Larina tertawa lepas.
"Diam!!!" Bella kesal.
"Safina!," panggil Bella sambil mengulurkan tangan kosong pada Safina, Safina mengangguk lalu mengeluarkan botol berukuran sedang yang berisi tinta hitam.
"Mulutmu itu harus di bungkam. Sudah jelek, banyak tingkah!" Bella membuka tutup botol berisi tinta tersebut.
Larina menghela nafas.
Bella memegang mulut Larina, tangan kanannya yang memegang botol berisi tinta sudah diarahkan ke mulut Larina. Larina memicingkan mata, botol berisi tinta itu semakin dekat dan sudah ada di dekat mulut Larina. Bella mulai meremas perlahan botol ditangannya untuk mengeluarkan cairan tinta tersebut.
Senyum kemenangan yang terukir di Bibir Bella memudar, matanya membulat saat melihat Larina menyeringai dan tiba-tiba Larina menyundul botol yang ada di tangan Bella.
'tes tes tes' tetesan cair tinta menetes dari kening Larina.
Safina, Lala dan Nana diam tertegun saat melihat kondisi Bella. Bella tidak bisa mengeluarkan kata-kata karena terkejut. Yups, Larina menyundul botol berisi tinta itu hingga tinta itu tumpah banyak di wajah dan pakaian Bella, Larina hanya terkena sedikit saja di keningnya.
"Bella!" Safina panik, ia mengambil tisu toilet dan mengelap wajah Bella yang berlumur tinta. Bella menjatuhkan botol ditangannya.
"Ya ampun!" Nana dan Lala ikut membantu mengelap tinta yang ada pada wajah dan baju seragam Bella.
"Maaf, ya." ucap Larina sambil menyeka sedikit tinta di keningnya.
Bella terlihat marah, ia mengepalkan tangannya.
"Larina!!!" teriak Bella kesal dan bersiap melayangkan pukulan.
Dengan cepat Larina menahan dan memutar tangan Bella hingga Bella meringisi kesakitan.
"Larina! Lepaskan!" Safina memukul lengan Larina. Semakin keras Safina memukul lengan Larina, semakin kencang pula Larina memutar tangan Bella.
"Aaaaarghh! SAKIT!!" pekik Bella.
"Kau itu jangan bersikap sok berkuasa, kau tidak pernah tau dengan siapa kau berhadapan saat ini. Bully terus saja aku kalau kau ingin mengalami yang namanya 'Tidak bisa tertawa'." Bisik Larina, Larina melepas tangan Bella.
Mata Bella memerah dan merasakan tulang sikunya akan patah.
"Lebih baik kau ikut aku dan segera cuci muka. Mukamu hitam seperti hatimu, loh." Larina terkekeh.
"Hissh! Songong!"
"Iya, tuh!"
"Kalian bertiga juga, jangan sok berani padahal cuma bawahannya saja, kalau tidak berguna ya akan ditendang." ucap Larina yang melangkah meninggalan mereka.
"Baj*ingan!" umpat Bella
"Nyenyenye. Biji*ngin," ledek Larina, ia kemudian pergi dari toilet setelah membersihkan tinta di keningnya.
"Sekarang bagaimana? Bella mau pulang dulu?" Safina panik.
"Iya. Kita harus mengadu pada guru BK."
"Hu'um!"
Mereka berempat segera menuju ruang BK,
"Masuk," sahut guru BK dari dalam ruangan. Bella membuka pintu, mereka berempat terkejut saat melihat Larina sudah ada di sana.
"Nah, kebetulan sekali kalian berempat datang kemari. Sudah saya siapkan hukuman untuk kalian."
"Eh? Maksud Ibu?"
Larina terkekeh, Guru BK mengambil Hp Larina dan memutar video yang merekam kejadian di toilet.
"Maaf, ya. Tadi sebelum masuk ke toilet, aku sudah menyalakan rekaman video dan ku letakkan Hp ku di saku bajuku, kalian tidak sadar kah kalau kamera Hp ku menghadap ke arah kalian?"
Bella dkk tidak dapat mengelak lagi, akhirnya mereka menerima hukuman dari guru BK. Sebelum Larina memperlihatkan hasil rekamannya, ia terlebih dahulu memotong bagian ia yang berbisik pada Bella tadi dan hanya menunjukkan bagian-bagian Bella akan menyiram tinta ke mulut Larina serta tinta yang berceceran di lantai, terlebih itu adalah tinta permanen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🏁BLU⭕
Tidak heran dengan sikap Bella selama ini, pura-pura baik dan care. Munafik. Padahal dia adalah cewek buruk
2022-12-31
1
KIA Qirana
Hmmm....👏👏👏👏 dah kebaca perangai Bella, yang pura-pura baik
Padahal hatinya sangat buruk
2022-12-29
4
Adinda ♋
mama tuh sama kalian semua
2022-12-27
1